[ Twenty Four ]

1.6K 153 26
                                        

Kinal Pov

Aku membawa Annabel ke Perpustakaan Sekolah. Jaraknya sih deket, tapi kok sekarang berasa jauh ya? Elah, ngapain sih nih bocah pake mau ke Perpustakaan segala?

"Ooh disini. Luas ya, perpusnya." ujarnya sambil melihat-lihat.

Dia langsung mau menyelonong masuk, kutahan tangannya. Duh, kok lembut banget ya?

"Kalo masuk kesitu, gak boleh pake sepatu." ujarku.

"Ooh. Maaf-maaf, gak tau. Hehehe." jawabnya sambil nyengir.

MANIS BANGET WOI !!

PLEASE, GUE HARUS BURU-BURU CABUT SEBELUM GUE MELIPIR !!

"Y.. Ya.. Udah ya. Gue cabut, mau pulang!" jawabku.

"Eets, tungguuu! Temenin gue elah! Kenapa sih buru-buru banget?" tanyanya sambil menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam.

Mati dah.

"Ish, y-yaa udah gue tungguin."

Kami pun masuk ke dalam. Dia ternyata ingin membuat kartu anggota perpus. Wooh! Mau jadi saingannya Veranda dia.

"Yah, besok kan bisa." kataku.

"Maunya sekarang! Kok lo yang repot!" serunya.

"Buset galak bener neng. Takut aing." ledekku.

Dia mengancam dengan kepalan tangannya. Lalu aku kabur, duduk di sofa. Ve udah pulang belum ya?

Tak lama kemudian Annabel datang menghampiriku, rambutnya sudah digerai.

Dag dig dug deg.

Maafkan aku, dunia.

Aku sendiri tidak tau kenapa jantungku berdebar-debar begini. Sungguh, tidak ada niat bagiku untuk melipir dari Ve ke Annabel!

"Ngapa lo?" tanya Annabel.

"Gapapa. Udah jadikan?"

"Dah. Katanya ibu itu, lo itu petugas tetap perpus ya?"

"Hmm. Kenapa emang?"

"Gapapa. Kirain captain team basket yang selengean ini gak suka di Perpustakaan. Ternyata, lo juga suka di Perpus."

"Yah, dimana aja mah gue suka. Asal ada orang cakepnya." jawabku.

"Eh? Kok lo tau gue captain team basket?" tanyaku langsung.

"Tau lah. Tadi dikasih tau sama Beby." jawabnya.

"Oh."

Aku dan dia akhirnya keluar dari Perpustakaan.

Brrrr!

Hujan!

"Yaaah!" seru Annabel.

"Lo sih.. Ah, hujan dah." keluhku.

"Lo emang balik naik apaan?" tanya dia.

"Sepeda."

Dia mengangguk.

"Kalo lo?" tanyaku.

"Ojek. Ehehe."

"Emang rumah lo dimana?"

"Deket sih, gak jauh-jauh amat."

"Ya udah bareng gue aja nanti kalo hujannya dah berhenti."

"Makasih loh, Nal."

Kami akhirnya duduk di teras depan Perpustakaan. Kami juga membicarakan banyak hal. Mulai dari yang sangat penting, sampai melantur kesana dan kesini. Dia ternyata asik banget orangnya!

Beautiful DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang