[ Five ]

2.6K 253 12
                                    

Kinal Pov

Sudah sebulan ini aku terus berangkat dan pulang bersama gadis itu.

Tapi hari ini ada yang berbeda. Semalam aku terus call an bersama Ayana. Sehingga aku tidak tau gadis itu juga menelfonku.

"Kamu masih ngambek?" tanyaku.

Kini kami sedang sarapan di supermarket.

"Gak." jawab gadis itu.

"Ya udah bagus deh." jawabku. Aku tidak tau harus bagaimana. Apa dia sedang merajuk? Ngambek? Aku tidak tau bagaimana perasaannya padaku. Aku bukan cenayang!

"Dasar gak peka." dumel gadis itu pelan, tapi aku masih bisa dengar.

Gak peka? Argh, apa sih maksud gadis itu..

Kami makan roti, lalu membuang bungkusnya di tong sampah. Wajah gadis itu masih agak kesal, sama seperti tadi pagi.

"Kok kak Kinal gak naik sepedanya?" tanya gadis itu. Mungkin dia bingung karena aku tidak juga menaiki sepedaku.

Tanpa bicara sepatah katapun, aku menggenggam tangannya kemudian memasukkannya kedalam kantong jaket kananku. Kemudian jemariku mengait jemarinya. Hal itu membuat diriku seperti tersengat listrik. Aku harus menahan sengatan listrik ini sampai di sekolah.

"Dingin." ujarku karena dia tampak bingung dan gugup dengan tindakanku.

Gadis itu kemudian tersenyum, setelah cemberut daritadi.

"Jadi sepedanya ditinggal disini?" tanyanya.

"Ho oh. Kan deket, nanti aku tetep jemput di dalem sekolah kok. Kamu kan ada ekskul dulu." jawabku.

"Hmm, aku pulang sendiri aja gapapa. Nanti kak Kinal jadi nungguin aku." ujarnya.

"Gapapa, ada Ayana nanti. Dia minta ditemenin gambar di perpus." jawabku.

Bodoh, baru saja gadis itu membaik. Sekarang dia nampak agak kesal lagi. Kenapa dengan gadis ini? Setiap kali aku menyebut nama Ayana, wajah gadis ini hampir seperti monster yang siap menerkamku.

"Maks.. Maksud aku.. Kan kemarin kamu udah nungguin aku. Jadi hari ini gantian aku yang nungguin kamu." ujarku.

"Hehe, iya." jawabnya.

Setelah sampai di gerbang sekolah, aku langsung melepaskan genggaman tanganku. Gadis itu nampak kecewa dan langsung jalan meninggalkanku.

"Ih, bareng dong. Kan kita sama lantainya." ujarku sambil menarik tudung jaketku, yang sekarang jadi miliknya.

Gadis itu membuang muka, "Sana tuh bareng Ayana aja."

"Eh? Cemburu?"

"Hah? Enggak lah. Kenapa harus cemburu?"

"Ya udah kalo gak cemburu kenapa mukanya kesel gitu, hmm? Nanti makan siang bareng ya. Jangan kesel lagi. Nanti cantiknya ilang. Aku duluan ke kelas. Byee!"

Dan omonganku tadi sukses mengukirkan senyuman di bibirnya. Syukurlah.

Saat aku memasuki kelasku, Beby dan Shania masih asik mendengarkan lagu melalui earphone yang terhubung di telinga kanan dan kiri mereka.

"Ish, lagunya galau banget. Sayang kamu lagi galau?" tanya Beby.

"Gak sih. Tapi enak aja dengernya." jawab Shania.

Brak!

Aku menggebrak meja Beby dan Shania bersamaan.

"Goblok! Kaget gua anjing!" umpat Beby.

Beautiful DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang