Winter Sadness *43

102 14 27
                                    

Princess Aida P.O.V

Tanganku memegang gelas berisi minuman yang tinggal separuh saja. Dengan posisi bersandar pada dinding, mataku menyapu sekeliling. Mengamati keramaian yang berada di hadapanku. Begitu ramai, tapi kenapa diriku merasa sepi?

Ku teguk lagi minumanku, masih tetap memandang keramaian. Lihat di sana, orang-orang itu sedang bercengkerama. Membicarakan hal yang menurutku membosankan. Bagaimana mereka bisa bertahan dalam topik obralan yang membosankan seperti itu?

Tanpa sadar, aku menggelengkan kepalaku dan pandanganku beralih pada tempat lain. Di sana, para gadis itu terlihat sedang semangat mengobrol. Oh, ada yang dari Kingdom C juga. Aku bisa menebak apa saja topik pembicaraan mereka. Paling hanya tentang pakaian model terbaru, perhiasan, dan tentang pria tampan.

Oh, bagaimana mereka bicara begitu? Bagaimana dengan rakyat yang belum tentu seluruh kebutuhannya terpenuhi?

Lagi, aku mengalihkan pandanganku. Di situ juga sama saja, tidak ada yang istimewa. Tapi, di sana aku melihatnya. Pemuda yang membuatku jatuh hati, sedang mengobrol dengan gadis yang aku lihat bersamanya. Walaupun rasanya sakit, tapi harus aku akui mereka memang tampak serasi.

Aku masih tidak bisa merelakannya. Walaupun aku sudah berusaha mengikhlaskan dirinya, rasanya tetap tidak bisa. Bagaimanapun, dia sudah mengisi hatiku sejak lama. Melupakannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Kau sedang lihat apa?"

Aku dibuat terkejut dengan suara yang berasal dari sampingku. Aku menggembungkan pipiku setelah melihat siapa pelakunya. Orang yang tidak lain adalah Prince Qih.

"Kau bisa tidak sih, tidak membuat orang terkejut!" protesku. Sementara dia hanya tertawa kecil dan membalas, "Salah siapa melamun di sini."

"Memangnya kalau di tempat lain kau tidak akan mengganggu apa?" tanyaku sengit. Dia kembali tertawa kecil. Sial, kenapa dia sering tertawa jika di dekatku sih? Memangnya aku pelawak.

Dia menatap mataku dan berkata, "Tidak."

Aku mengerutkan dahi, "Tidak?"

Dia masih menatapku dan sialnya, aku balas menatapnya. "Aku tidak bisa berhenti. Karena, aku akan terus bersamamu kemanapun kamu pergi."

Aku rasa pipiku memanas, dengan segera mengalihkan pandangku. Uh, sial! Apa yang baru saja dia katakan? Apa itu semacam rayuan? Kenapa dia mengatakan itu dan kenapa aku harus tersipu begini?!

Terima kasih pada pencahayaan yang tidak begitu terang ini, setidaknya wajahku yang memerah ini tidak terlihat jelas. Samar-samar aku bisa mendengar Prince Qih yang menahan tawa. Uh, dia benar-benar menyebalkan!

Aku diam-diam melirik pada pemuda di sampingku. Pemuda yang sedang menahan tawa. Pemuda yang di jodohkan dengan Princess Aulia. Dia, Prince Qih.

Prince Qih.

Setiap kali aku mengingat nama itu, aku jadi berpikir. Kenapa akhir-akhir ini, dia sering sekali ada di dekatku? Kenapa dia jadi terlihat hangat saat aku melihatnya? Kenapa juga, debaran aneh muncul di saat aku berada di dekatnya? Debaran yang sama dengan debaran yang aku rasakan untuk Prince Affandi.

Apa aku menyukainya?

Aku menggelengkan kepalaku, menepis jauh-jauh pikiran konyol itu. Aku tidak mungkin menyukainya, dia sudah dijodohkan dengan Princess Aulia. Aku tidak mungkin merebutnya, terlebih melihat cinta yang tulus dari Princess Aulia.

The Kingdom Class of C [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang