Winter Crying *44

97 10 23
                                    

Princess Irshy P.O.V

"Aku."

Tatapan semua orang kini tertuju padaku, menunggu melanjutkan ucapanku.

"Aku yakin Princess Nurfa tahu kalau aku adalah targetnya," ucapku. Suara King Muji terdengar, "Bagaimana kau yakin dengan itu?"

Aku menoleh padanya dan menjawab pelan, "Karena dia menukarkan minumannya dengan minumanku."

Meskipun mengucapkannya dengan pelan, aku yakin mereka masih bisa mendengarnya dengan jelas. Tidak ada yang menanggapi, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku mendongakkan kepala dan menatap healer itu, "Boleh aku menjenguknya?"

Melihat healer itu mengangguk, aku langsung melangkahkan kakiku menuju ruangan tempat Princess Nurfa berada. Ruangan dengan pencahayaan yang berasal dari lilin, membuat aku tidak bisa melihat dengan jelas sekelilingku. Tapi, aku masih dapat mengenali gadis yang terbaring tak berdaya di atas ranjang.

Aku berjalan mendekat dan duduk di kursi, tepat di sebelah kiri Princess Nurfa. Memperhatikan wajah gadis yang cerewet itu kini begitu pucat. Dia yang tidak bisa diam dan sering ceroboh itu kini hanya diam, menimbulkan kesunyian.

Aku menutup mataku perlahan, masih tidak mau percaya dengan musibah yang baru saja terjadi. Mengingat kembali semua perilaku Princess Nurfa saat pesta yang tampak tidak wajar, aku begitu yakin kalau dia melakukannya karena suatu alasan.

Aku yakin dia mengetahui sesuatu. Entah bagaimana caranya Princess Nurfa bisa mengetahuinya. Tapi, kenapa dia tidak mengatakan apapun padaku? Harusnya dia memberitahuku bukan? Ini bukan masalah yang sepele.

Aku menghela napas.

Seandainya aku menyadarinya lebih cepat, semua ini tidak akan terjadi. Princess Nurfa tidak harus merasakan rasa sakit karena melindungiku. Rasanya ingin memutar balik waktu, walaupun itu jelas tidak mungkin. Aku kembali membuka mataku dan mendongakkan kepala. Di dalam pikiranku berkecamuk berbagai pertanyaan.

Kenapa mereka mengincar diriku?

Apa benar aku adalah orang yang mereka incar?

Pertanyaan yang paling sering terlintas dalam benakku. Siapapun yang mengincarku pastilah telah merencanakan ini, tidak mungkin hanya kebetulan saja. Jika memang tujuannya bukan mengincar diriku, harusnya racunnya ditemukan di gelas lain juga. Racunnya hanya ada di satu gelas, bukankah itu artinya targetnya memang sudah pasti?

Saat pandanganku terhenti pada wajah pucat Princess Nurfa, pemikiran lain muncul dalam benakku. Tentang Princess Nurfa yang tampak menyembunyikan sesuatu. Dia bahkan tidak mengatakan apapun tentang hubungannya dengan Prince Adhyth. Meskipun aku ingin bertanya, aku tidak mau dianggap mencampuri privasi orang lain. Jadi aku mengubur niat itu dalam-dalam.

Entah kenapa aku tersenyum tipis, mengingat penampilan Princess Nurfa tadi. Tapi senyum itu mendadak sirna, saat bayangan Princess Nurfa yang tiba-tiba terjatuh di atas panggung kembali terputar jelas di dalam ingatan. Aku hanya bisa menatapnya sendu. Merasa sangat payah, padahal Princess Nurfa jatuh tepat di hadapan mataku tapi kenapa aku tidak bisa menyelamatkannya?

"Hei," aku memandang wajah yang terpejam itu, "boleh aku menobatkanmu sebagai orang yang sering terkena sial?"

Itu benar bukan? Rasanya Princess Nurfa sering sekali terkena masalah. Entah karena dirinya maupun karena orang lain. Aku yakin, kalau dia sadar saat ini, pastinya si cerewet ini akan protes. Mendebatku sampai aku mengalah padanya.

Menyebalkan memang. Tapi aku jadi merindukan tingkah kekanakan itu. Sikapnya yang menyebalkan itu lebih cocok dibanding dengan Princess Nurfa yang hanya diam saja.

The Kingdom Class of C [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang