LIMA BELAS

3K 218 8
                                    

"Beli perlengkapannya pake apa?" tanya Diana.

"Ya, pake uang lah, masa pake upil," jawab Rizal dengan kesal.

"Maksud gue naik apa perginya?" tanya Diana.

"Mobil ayah," ucap Rizal

Diana melirik mobil ayahnya yang ada di garasi, "Cih, gak mau gue naik mobil ayah, lo" ucap Diana.

"Kan ayah lo juga, kak." ucap Rizal

"Udah ah, naik angot aja," ucap Diana sambil berjalan keluar dari halaman rumah.

"Huh—" desah Rizal.

Diana dan Rizal menuju toko hewan, sesampainya mereka melihat lihat barang yang ada di toko tersebut. Rizal mencari makanan yang cocok untuk kucing barunya, sedangkan Diana melihat kucing yang lucu berjejer di sudut toko, ia merasa gemas dengan hewan itu.

"Kucik kuci kuci cuuu..." ucap Diana dengan bahasa gemasnya ke kucing tersebut.

"Diana?"

"Iya?" ucap Diana sambil berdiri dan memutar dirinya 180 derajat.

"Ngapain lo disini?" tanya Alka

"Anu— gue beli perlengkapan kucing." jawab Diana gugup

"Kok lo gugup?" tanya Alka

"Gakpapa," jawab Diana

"Lo, kesini sama siapa?" Tanya Alka

"Adek gue," jawab Diana sambil meninggalkan Alka.

Diana mencari adiknya yang entah kemana, dan ternyata Rizal sedang selfie dengan kucing yang di dekatnya.

"Astagfirullah... Malah foto sama kucing, udah selesai nyari perlengkapannya?" tanya Diana

"Belom," jawab Rizal.

"Yaudah cepetan cari, biar gue bantu." ucap Diana

"Lo cari tempat buang kotoran kucing, sama pasir buat kotorannya. Biar gue cari kandang, sama tempat makannya." perintah Rizal.

Diana menuruti perkataan adiknya, dia mulai berkeliling mencari tempat di mana benda itu berada.

"Nyari apa?" tanya Alka.

Diana sontak kaget,"gue nyari tempat kucing buat buang kotoran."

"Oh, itu paling belakang." ucap Alka sambil menunjuk ke arah  Timur.

"Makasih," ucap Diana meninggalkan Alka.

"Dia kok tau, isi toko ini sih?" ucap batin Diana.

"Karena yang punya toko ini mama gue." ucap Alka, yang tiba tiba ada di sebelah Diana.

"Eh— " ucap Diana kaget, kenapa Alka bisa menjawab perkataan batin nya?.

Diana mengambil barang yang disuruh adiknya, dan mendekati Rizal yang sedang memilih kandang yang cocok buat kucing barunya.

"Kak, cocoknya warna apa?" tanya Rizal.

"warna pink aja deh, biar kiyud," ucap Diana.

"Gausah deh Biru aja." ucap Rizal. "Yang ada tingkatnya atau engga?" tanya Rizal sambil melihat design kandang kucing.

"Gak usah, yang biasa aja, siapa tau uang lo gak cukup." ucap Diana

"Yaudah deh, yang ada tingkatnya aja." ucap Rizal.

"Astagfirullah..." ucap Diana, yang tidak menyangka adiknya sangat boros, gara-gara hanya untuk kucing jalanan.

Rizal memanggil pelayan toko tersebut. "Bang, bawain ini ke kasir, trus sama pasirnya satu karung."

"Allahu akbar..." ucap Diana sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Diana dan Rizal berjalan menuju kasir, Rizal melihat sosok yang tidak asing.

"Eh— Bryce Hall?" ucap Rizal.

"Hah? Siapa Bryce Hall?" tanya Alka

"Tukang urut sebelah rumah kakek gue." ucap Rizal.

"Nama gue Alka, bukan Bryce Hall." ucap Alka kesal.

"Alka?" ucap Rizal sambil melirik kakaknya yang pura-pura melihat ke arah jalan raya.

"Udah ngomongnya? Belanjaan lo lagi dihitung harganya, tuh." ucap Diana.

"Eh, iya." ucap Rizal

Diana dan Rizal ke arah kasir, sambil menunggu jumlah nominal harga yang dihitung pelayan toko.

"Jumlahnya 1 juta tujuh ratus lima puluh ribu." ucap pelayan  toko.

Diana kaget dengan harga yang disebut si pelayan toko, sedangkan adiknya memasang wajah biasa saja, sambil mengeluarkan uang yang ada di dompetnya.

"Bayarnya 50 persen aja," ucap Alka.

"Hah? Gak usah," ucap Rizal kaget.

"Udah gakpapa, lagian yang punya toko ini mamanya," ucap Diana dengan lirikan mata ke arah samping.

"Makasih." ucap Rizal.

"Mau gue anterin pulang gak?" Alka menawarkan tumpangan.

"Udah, gak usah, bang." ucap Rizal sok jual mahal.

"Emang ada cara buat ngebawa barang ini pulang? Selain gue anterin?" tanya Alka.

Rizal berfikir sejenak.

"Eh, yaudah deh, bang." ucap Rizal.

"Gue ambil mobil di parkiran dulu ya," ucap Alka sambil bergegas mengambil mobil tersebut.

Alka mengendarai mobilnya, dan keluar untuk meletakkan barang ke mobil yang dibeli kakak beradik itu.

Sesampainya Diana dan Rizal melihat ibu mereka menunggu didepan pintu, kakak beradik itu, turun dari mobil dan di ikuti Alka, mereka bertiga mengeluarkan barang yang ada di belakang mobil, dan meletakkan barang tersebut di depan pintu.

"Asalamualaikum, tante." sapa Alka.

"Waalaikumsalam, kamu siapa?" tanya ibu Diana.

"Saya temennya Diana, tante." jawab Alka.

"Masuk dulu yuk, mau minum apa?" tanya ibu Diana.

"Gak usah, repot-repot tante, saya masih banyak urusan. Kapan kapan aja, tan." ucap Alka

"Oke deh, kalo gitu." ucap Ibu Diana.

"Saya balik dulu ya, tante. Asalamualaikum." ucap Alka sambil menyium punggung tangan ibu Diana.

"Iya nak, hati-hati ya." ucap ibu Diana.

Rizal, Diana, dan ibunya menunggu kepergian mobil Alka, dan akhirnya mereka bertiga masuk membawa barang perlengkapan kucing, ke dalam rumah.

"Banyak banget yang kalian beli?" tanya ibu mereka.

"Rizal bu, yang beli." jawab Diana.

"Ini semua untuk apa?" tanya ibu mereka.

"Untuk kucing." jawab Rizal.

"Oh, jadi itu kucing kamu yang dibelakang? Liat, kotoran anaknya berserak. Jadi ibu yang beresin." ucap Ibu mereka.

"Itu anaknya Rizal, bu. Dia baru kawin sama kucing." ucap Diana.

"Eh, kamu. Gak boleh ngomong gitu sama adik sendiri."

Alhamdullilah, part 15 selesai juga. Maaf ya lama update. Soalnya author bingung mau lanjut kayak gimana. Maaf juga kalo ceritanya banya typo, garing, dan lain lain. Author masih pemula, wakakaka.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAA, READER SAYANGG😘. Muachh *kecup manja*

The Stupid GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang