EMPAT BELAS

3K 230 11
                                    

"Selamat Siang, Pak." ucap si ketua osis sambil mengetuk daun pintu kelas 11 ipa 2

"Iya, silahkan." ucap guru yang sedang mengajar.

"Selamat siang, adik - adik, saya ingin memberitahukan, bahwa 7 hari lagi, akan ada acara untuk ulang tahun sekolah kita, jadi, setiap kelas harus menampilkan sesuatu." ucap kak Dio si ketua osis.

"Penampilannya bebas, kak?" ucap si ketua kelas.

"Bebas, boleh nyanyi, dance, drama, dan sebagainya." ucap kak Dio.

"Oh, oke kak." ucap ketua kelas

"Baiklah, kalau kalian udah terpikir apa yang akan di tampilkan, ntar kasih ke saya." ucap kak Dio sambil memberi salam kepada penghuni yang ada di kelas.

"Kalian kerjakan tugas halaman, 56. Saya mau keluar dulu," ucap pak Sugi.

Siswa-siswi yang di kelas bukan mengerjakan tugas yang disuruh, melainkan mereka membahas apa yang akan ditampilkan, karena yang sedang mengajar bukan lah guru killer.

"Woi, diam dulu kelen," ucap si ketua kelas yang bernama Rafi.

"Yang bakal kita tampilin apa?" tanya Rafi.

"Nyanyi sama Dance aja, Fi" jawab Mona.

"Nyanyi sama Dance?" tanya Rafi ke teman sekelasnya

Mereka semua mengangguk, yang berarti setuju.

"Oke, kalau gitu, dua orang nyanyi, dan 4 orang yang dance."

"4 team?" Tanya Mona.

"Enggak, satu team, terdiri dari 4 orang." jawab Rafi.

"Oke, sekarang kita pilih, siapa yang mau nyanyi?" tanya Rafi.

Salvia yang merasa senang dia menunjuk Diana untuk nyanyi.

"Diana, woy! Dianaaa!" teriak Salvia

"Kok gue sih?"

"Iya lo, suara lo kan merdu kayak Ariana Grande," rayu Salvia.

"Gak, gak mau gue." jawab Diana

"Pokoknya Diana, Raf! Tulis Diana!" teriak Salvia.

"Emang lo bisa jamin, kalo suaranya bagus?" tanya Rafi meremehkan

"Bagus bangettt..." ucap Salvia kegirangan

"Oke, gue setuju, gue pilih Diana," ucap Rafi sambil menulis nama Diana di kertas selembar.

"Yang nyanyi satu lagi, siapa?" tanya Rafi.

"Salvia, Raf. Salvia!" teriak Diana, ia ingin balas dendam.

"Cowok," ucap Rafi.

Salvia mengejek Diana, sambil mengeluarkan lidahnya. Diana terlihat kesal.

"Kalo gitu yang cowok gue pilih... Alka aja." ucap Rafi.

Alka mengangguk setuju.

"Sekarang, yang Dance. Mona, Herlin, Lily, sama Salvia." ucap Rafi.

"Hah? Ih, gue gak mau dance!", ucap Salvia

"Pilihan gue gak boleh diganggu gugat." ucap Rafi.

Diana terlihat senyum kemenangan, pasalnya Dance lebih lelah, daripada nyanyi. Salvia terlihat pasrah dengan keputusan Rafi.

"Udah, kan? Ada yang mau ditanyakan?" tanya Rafi

Salvia angkat bicara, "Raf, gimana kalo gue nampilin atraksi bela diri? Bosen kan masa nyanyi sama dance mulu,"

Rafi berpikir sejenak, dia menyetujuin saran Salvia.

"Oke kalo gitu, lo atraksi aja, gak usah dance," jawab Rafi.

Salvia menatap Diana dengan penuh kemenangan, karena dia tidak perlu latihan lagi.

Bel pulang sekolah mengeluarkan suaranya yang begitu nyaring, dan membahagiakan para pendengarnya. Salvia pulang bersama Diana menggunakan motor matic.

"Sal, gue bingung mau nyanyi apa, lo sih, pake milih gue segala. Suara gue kayak tikus kejepit, pake dipilih." ucap Diana merasa kesal

Salvia berpikir sejenak, mencari lagu yang ada di otaknya, "gue gak tau lagu apa, Na."

"Tuh kan, lo gak tau. Makanya jangan nunjuk gue," ucap Diana kesal.

"Yaudah, selo, gue cuma ngasih saran nih ya, lo cari aja lagu yang bikin bernostalgia para guru, lagu tahun 90'an gitu deh." ucap Salvia.

Diana berpikir, benar juga kata Salvia. Dia akan mencari lagu yang akan dibawa saat ulang tahun sekolahnya.

Diana turun dari motor Salvia, dan ia tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Salvia. Diana melihat rumah begitu sepi, tidak ada yang menjawab ucapan salamnya, dia menelusuri tiap ruangan rumah, tidak ada siapa siapa. Akhirnya dia melihat ke halaman belakang rumah, ternyata dia melihat Rizal yang sedang ternak kucing liar yang mempunyai 3 ekor anak yang masih kecil.

"Kucing dari mana lo ambil?" tanya Diana

Rizal kaget, karena kakaknya tiba tiba muncul di belakangnya, "astagfirullah, bikin kaget aja mbak kunti."

"Kucing ini gue dapet dari tempat sampah komplek." Rizal melanjutkan ucapannya

"Trus, kenapa lo ambil?" Tanya Diana.

"Gue kasian, sama induknya, nyari makan, trus anak nya ngikut." jawab Rizal dengan mata yang berkaca kaca.

"Dih, nangis." ucap Diana

"Gue gak nangis, gue cuma terharu aja sama pengorbanan induknya." ucap Rizal.

"Temenin gue beli makanan kucing ya, trus gue juga mau beli kandangnya, tempat e'eknya, trus gue juga mau beli kalungnya, banyak pokoknya yang mau gue beli." ucap Rizal

Diana merasa terkejut, begitu pedulinya dia kepada makhluk berkaki empat yang sangat lucu ini, "banyak banget duit lo, buat beli perlengkapan kucing? Dapet duit dari mana lo?" tanya Diana.

"Tadi malem gue ngepet," jawab Rizal

"Nyuri uang ibu ya, lo!" bentak Diana.

"Gila, gue ngumpulin duit, bego. Gak kayak lo, boros." ucap Rizal kesal.

"Eh, gue nabung juga ya!" bentak Diana sambil pergi meninggalkan Rizal.

"Temenin gue ke toko hewan ya!" teriak Rizal.

"Iya! Gue ganti baju dulu!" ucap Diana mengeluarkan suaranya 2 oktaf.

"Punya kakak, kok kayak gini ya Allah," Rizal mengeluh sambil membersihkan anak kucing yang badannya kotor.

"Lo tau gak, cing? Gue kesel banget punya kakak kayak dia." Rizal berbicara dengan anak kucing.

"Meongg..." jawab si kucing

"Kakak lo kayak gitu juga cing?" tanya Rizal

"Meong..." jawab si kucing

"Astagfirullah, udah kayak film legenda aja, gue bisa ngomong sama hewan. Coba gue ngomong sama babi, ngokk... ngokk" ucap Rizal sambil meniru suara babi.


YEEEYY SUDAH SELESAII PART 14, TUNGGU PART SELANJUTNYA YAA... AUTHOR TIDAK PERNAH LELAH NGETIK "JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT" author sayang kalian readers dan sider 😘
(Kita gak sayang lu, thor😏)

The Stupid GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang