/Dia Reina, Dia Arvin. Inilah Mereka/
Reina menarik napas panjang-panjang. Biarpun umurnya masih kurang sepuluh tahun, ia juga bisa geram layaknya orang dewasa.
Dengan mantap, Reina melangkah masuk ke kelas, melempar tasnya ke meja yang berada tepat dekat pintu masuk, lalu menghampiri tempat duduk seseorang di pojok kanan paling belakang.
"Minggir!"
Anak-anak yang tadi berembuk mengerumuni sesuatu, mendadak bubar begitu mendengar suara dan melihat wajah kesal Reina. Bisa dibilang, Reina preman di kelas 5-A. Pentolannya anak cewek di kelas. Mulutnya paling pedes. Tidak jauh beda dengan musuh bebuyutannya, Dea.
Begitu sampai di meja target, bahkan belum sempat mengambil napas, Reina langsung mengeluarkan unek-uneknya. "Arvin ngambil buku catatan Rei, ya?!"
Arvin terkejut bukan main. Buku paket yang tadi ia baca, tidak sengaja robek. Kepalanya mengangkat takut-takut; Arvin tahu benar bagaimana Reina sedang marah. "P-pinjem doang kok, Rei." Arvin tergagap.
"Emangnya Arvin bilang sama Rei, kalo mau minjem buku catatan?! Rei gak bisa ngerjain PR gara-gara gak ada buku catatan!"
Arvin nyengir. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam kolong meja, lantas menyerahkan sebuah buku tulis bersampul mickey mouse kepada Reina. "Maaf."
Segera Reina mengambilnya, memukul tubuh Arvin dengan buku tersebut yang telah digulung. "Gara-gara Arvin, Rei gak ngerjain PR! Rei kan bego! Nanti Rei dimarahin lagi sama Bu Sonya!"
Tak kuat menahan pukulan Reina, Arvin langsung berdiri tegak, merampas balik buku catatan Reina yang baru saja dikembalikan. "Sakit!" teriaknya. "Sakit tau! Aku kan cuma minjem!"
Reina menggaruk kepalanya ketika melihat cairan bening jatuh dari mata Arvin, kemudian disusul isakan yang ditahan.
"Aku kan udah minta maaf," ujar Arvin terisak.
Reina menghela napasnya, tersenyum masam sambil mengusap bahu Arvin yang dipukulnya. "Iya, iya, Rei minta maaf juga. Perasaan Rei gak mukul kenceng dah."
"Tapi kan sakit!"
"Jangan cengeng! Arvin kan cowok!"
"Tapi sakit!"
"Ya lagian! Tau Rei bego, makin bego kalo gak ada buku catatan! Arvin kan pinter, gak perlu ngeliat buku catatan Rei!"
"Tapi tulisan aku gak kebaca. Jelek!"
Reina bukannya tidak pintar, hanya saja lemot menangkap pelajaran, juga pelupa. Bagi Reina, buku catatan adalah penolong kalau ada PR. Apalagi saat ulangan, Reina tidak perlu menghapal banyak-banyak dari buku paket, sebab buku catatannya lebih ringkas.
Dan Arvin, adalah kebalikan dari Reina. Si pringkat satu di kelas ini, emang jago banget hitung-hitungan, terutama menghapal. Tapi ada satu kekurangan yang nyusahin, yaitu tulisannya teramat bagus--sampai sulit dibaca, bahkan oleh dirinya sendiri. Intinya, ia juga membutuhkan buku catatan sewaktu-waktu. Catatannya pun tidak pernah lengkap, lantaran dirinya selalu tertinggal ketika guru mendikte.
Dengan kesal Reina menarik tangannya dari bahu Arvin, kembali memukul bahu Arvin dengan tangannya. "Terus Arvin nyalahin Rei gitu?! Makanya, tulisan jangan jelek-jelek!"
"Rei juga! Jadi cewek jangan terlalu bego!"
"Arvin ngatain Rei?!"
"Enggak! Rei kan emang bego!"
Salam sayang,
DasJanjinya tanggal 7, tapi karena udah gatel, yaudah publish saja👍
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Ending Scene [Completed]
Fiksi Umum"Kamu yang kembali, mengulang kisah ...." Seperti air, berharap cerita kali ini akan setenang alirannya. Karena hati, akan selalu berharap pada kebahagiaan. Ketahuilah, bahwa Erga juga sama lamanya menunggu seperti Riska. Rafael juga sama sakitnya s...