Sudah sebulan sejak Samudera hilang bagai ditelan bumi. Kesana-kemari sudah ia mencari namun tak ada tanda-tanda bahwa ia akan menemukan Samudera.
Mamanya dan Saviola juga tidak pernah ada di rumahnya. Anggota Safid yang lain seakan enggan membuka suara.
Beratus-ratus pesan Kayla kirim walaupun tak satupun terbalas, dibaca pun tidak.
Menyesal juga sudah tidak berguna. Rasanya Kayla ingin mati saat ini juga daripada menanggung sakit yang teramat sangat.
Bahkan Ayah dan Bundanya sudah angkat tangan, mencari keberadaan Samudera dan membantu Kayla keluar dari kesedihan.
"Duh anak Bunda, galaunya jangan lama-lama, dong! Bunda sama Ayah kan galau juga liat kamu gini." Re mengelus rambut anaknya, "Keluar sana, ada yang nyariin."
Namun Kayla tetap diam, menyembunyikan wajahnya di balik guling dan memeluk benda empuk itu erat seakan ingin menyalurkan sedikit kesedihannya.
"Yakin gamau? Yaudah deh, Bunda bilangin ke Indra sama Alfi kalau kamu nggak mau."
Ternyata umpan Re manjur. Kayla langsung bangkit saat itu juga, walaupun masih dengan wajah kuyu.
"Alfi sama Kak Indra?" Re mengangguk "Suruh tunggu ya? Kay beres-beres dulu."
"Siap sayang, akan Bunda sampaikan." Jawab Re dengan senyum bahagianya.
..
Kayla berjalan dengan piama yang sudah berganti dengan terusan santai, wajahnya sedikit lebih segar karena sudah dicuci. Walaupun tidak bisa menghilangkan matanya yang membengkak.
"Lama ya? Sori,"
"Ngga masalah. Tau aja mau diajak jalan, udah dandan. Yaudah ayuk."
"Eh? Mau kemana?" Tanya Kayla ketika tangannya digenggam Indra dan membawanya keluar."
"Liat aja ya nanti,"
Kayla memaksakan senyumnya. Berharap ekspetasi ia akan bertemu dengan Samudera akan menjadi kenyataan.
Mobil yang dikendarai Alfi melesat membelah jalanan yang cukup ramai karena hari libur, sebenarnya hari ini adalah pembagian raport. Tapi Kayla enggan pergi.
"Sudah sampai," kata Alfi dengan senyum khasnya.
Mata Kayla mengedar. Jantungnya seakan turun ketika tahu mereka berhenti di pemakaman umum.
"Don't say.... Nggak! Nggak mungkin Cello mati kan?"
Alfi dan Indra tidak menjawab, mereka hanya tersenyum. Awalnya Kayla tidak ingin turun, ia takut. Namun Indra membujuknya.
Hingga ia berdiri di sini, memandang kerumunan orang berbaju putih di sana. Kayla berharap ia salah mengira bahwa di sana ada Saviola dan Mamanya.
"Fi, siapa yang mati? Jangan main-main sama gue."
Alfi mengusap wajah Kayla dengan sapu tangannya. menghapus air mata yang berjatuhan di sana.
"Jangan nangis ah, mau ketemu pacar juga. Eh mantan yang akan menjadi calon pacar lagi ya?" Kekeh Alfi lalu membawa Kayla mendekat.
Mereka datang bertepatan dengan orang-orang yang sudah mulai bubar meninggalkan makam. Dan disitulah Kayla bisa bernapas lega melihat Samudera sedang jongkok di samping Mamanya.
"Terus siapa?" Bisik Kayla lirih.
"Om Erycsa."
Kalian boleh mengatakan Kayla kurang ajar, karena sempat lega yang terbaring mati di sana bukan Samudera melainkan Papanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall With You ✔
RandomBagaimana jika kita dipertemukan kembali dengan mantan dan keadaan memaksa kalian untuk sering bertemu? Kayla Priskilla tahu benar bagaimana rasanya. Kayla pernah mengatakan bahwa ia sangat anti untuk memberi kesempatan pada masa lalu. Tapi jika beg...