Vomment!
Mata Kayla mengerjab-ngerjab. Matanya sangat berat, tiba-tiba sekelebat bayangan berputar di otaknya.
Dirinya yang bercanda dengan Samudera, dirinya yang tertidur di sisi Samudera, dirinya yang terbangun,
Dan...
Dirinya yang melihat tubuh Samudera ditutupi oleh kain putih.
Saat itulah Kayla memberontak. Tangannya berusaha melepaskan infus yang terpasang di punggung tangannya.
Dan saat itu juga ia sadar, ruangan ini adalah ruangan yang sama dengan ruangan Samudera, bahkan tadi malam, ranjang ini masih ditemoati oleh Samudera.
"Kamu udah bangun sayang?" Kayla menoleh menatap Re yang baru saja memasuki ruangan ini.
"Cello mana, Bun?"
"Tenang dulu, sayang. Kamu masih lemah."
"Kayla nggak peduli Bun, Kayla cuma mau tahu Cello dimana? Samudera dimana?!" Kayla mulai meraung.
"Axcello sudah pergi ke tempat yang lebih baik."
Bahkan setelah Bundanya mengucapkan itu, sudah tak ada lagi air mata yang jatuh di pipi Kayla. Seakan air mata saja tidak cukup mewakili kesedihannya saat ini.
"Kayla? Kamu nggak apa-apa sayang?" Tanya Re khawatir. Karena Kayla yang tak berkedip dan menampilkan ekspresi datar.
Tatapannya kosong, sama seperti raganya yang kosong kehilangan satu alasannya untuk hidup.
Rasanya lebih sakit ketika tidak diakui Samudera di depan publik. Jauh lebih sakit, bahkan Kayla lebih memilih untuk tidak dianggap daripada ditinggalkan seperti ini.
Yang Kayla sesali adalah Samudera yang pergi saat dia belum bisa membalas kebaikan Samudera, bahkan belum menebus kesalahannya.
"Kay? Look at Bunda, you okay? Mau Bunda panggilin dokter?" Tanya Re khawatir.
"Bahkan untuk berpura-pura semua baik aja aku nggak bisa, Bun." Lirih Kayla.
Re menghela napas, ia mengusap pundak anak semata wayangnya itu. "Bunda nggak larang kamu sedih, tapi bukan sedih yang berlarut-larut.
"Bunda tahu rasanya sakit, tapi kamu harus ikhlas supaya Axcello bisa tenang di sana. Kamu mau nangis boleh, walau sudah nggak ada pundak Cello, kan masih ada pundak Bunda sama Ayah buat kamu jadikan sandaran." Lanjut Re membuat pertahanan diri Kayla tumbang.
Walaupun tidak mengeluarkan air mata, semua orang tahu bahwa dia terpukul dengan kepergian orang terkasih.
Bahkan Ayahnya saja tidak tahan melihat Kayla seperti ini. Seumur hidupnya, sesedih-sedihnya Kayla, anak itu hanya menangis, tidak pernah seperti ini.
"Aku mau pulang, Bun. Aku nggak tahan di sini."
Re mengangguk, "Bunda ngerti. Maaf ya, kamar lain kosong."
Tidak ada jawaban dari Kayla, gadis itu langsung mencabut infusnya paksa lalu merapikan diri sebelum menarik Re untuk pulang.
"Jangan paksain sayang, nanti kamu makin parah. Besok aja ya? Kita cari kamar lain aja, biar ayah carikan." Sahut Ayahnya yang baru selesai shalat berjamaah di mushala RS.
"I'm okay, Yah."
"Baik, kalau begitu kita pulang. Kamu sama Bunda ke mobil duluan ya? Ayah mau urusin administrasinya."
Re mengangguk mengerti, ia lalu menuntun Kayla dengan hati-hati keluar dari sana.
Keluar dari tempat yang menyimpan kenangan buruk. Tempat yang menjadi saksi kepergian Samudera subuh kemarin subuh.
..
Kayla berbaring di atas kasurnya. Sudah berhari-hari ia seperti ini, menyendiri di kamar. Apalagi sekolah sedang libur akhir tahun.
Beberapa kali Ella dan Jefika berkunjung, namun tak pernah berhasil membuat Kayla kembali, setidaknya tersenyum saja.
"Kay, film Surat Cinta Untuk Starla udah tayang loh, bentar lagi turun layar. Mau ikut kita nonton nggak?"
Kayla melirik Ella dan Jefika "Dulu, Samudera sering nyanyiin gue lagu itu. Romantis yah?"
Mendengar itu, keduanya tertegun. "Maaf, Kay. Gue nggak tahu, ya udah, nggak usah. Kita tunggu Dilan tayang aja kalau gitu."
Kayla hanya tersenyum sebagai jawaban. Di saat yang sama, Re muncul dari arah pintu bersama dengan tiga laki-laki yang selalu bersama Samudera.
Re mempersilahkan ketiganya masuk sebelum ia pamit untuk membuatkan minuman dan camilan untuk mereka semua.
"Hallo? Maaf ya kita baru nongol. Lagi sibuk urusin band." Sapa Indra dibalas senyuman oleh Ella dan Jefika.
"Kay apa kabar?" Sahut Alfi yang baru saja meletakkan sebuket bunga di nakas samping ranjang.
"As you see." Balas Kayla seadanya.
"Tabah ya? Gue tahu ini berat buat lo, buat kita semua juga. Tapi kita juga harus nerima takdir, Tuhan lebih sayang sama cowok sok oke itu." Alfi mencoba membuat suasana cair.
"Yaelah, Bang. Bang Sam itu emang oke dari sononya, buktinya banyak cewek gaet, nggak kayak lo."
Alfi menoyor kepala Denis, "Lo kalau ngomong ya? Suka bener."
"WAH GILA!" pekik Indra tiba-tiba membuat semua mata tertuju padanya.
"Apaan sih lo?"
"Tadi Adek Kay gue yang gemes ini senyum. Cantik banget deh kalau senyum gitu dek. Udah ah, jangan sedih-sedih. Kamu mau Sam sedih di sana terus nggak rela pergi terus malah gentayangan?"
"Nggak apa, aku cinta dia, apapun bentuknya." Kayla tersenyum paksa
Bukannya lega, perkataan Kayla malah membuat semua orang bergidik ngeri memikirkan Samudera yang berubah menjadi arwah gentayangan.
"Jangan gitu juga, Kay. Kasihan dong Samuderanya, ya gak guys?"
Denis berdeham, "Iya, bayangin deh. Selama ini Bang Sam udah capek-capek buat kita semua bahagia, apalagi Kak Kay. Pasti doi bakalan sedih banget kalau tau Kakak sedih karena dia."
Kayla menatap Denis lama. Perkataan Kayla menyentuh hatinya, setelah sekian lama ia mengeraskan hati tidak memperdulikan perkataan orang lain.
Namun kali ini, Kayla setuju dengan Denis. Perkataan Denis membuat Kayla teringat kata-kata Samudera sore itu.
Kebahagiaan itu bukan ditunggu, tapi diciptakan.
Sama seperti pelangi sehabis hujan. Daripada menunggu yang tak pasti, lebih baik menciptakan pelangi kita sendiri.
Dengan cara-cara sederhana, misalnya mengikhlaskan kepergian Samudera.
"Lo benar, gue harus ikhlas. Gue nggak mau jadi egois lagi, udah cukup gue nyusahin Samudera selama dia hidup. Sekarang waktunya bahagiain dia kan?"
Semuanya mengangguk serempak. Tak terkecuali Re yang ternyata sudah datang dan mendengar percakapan mereka.
"Terimakasih udah ngingetin gue."
"Asalkan kau bahagia, Kak." Denis membuat gerakan seperti mencium jauh.
"Jangan ngancurin suasana bisa nggak sih, Den."
"Iye-iye, sori."
Indra hanya tersenyum, ia mendekat ke Kayla lalu menyodorkan satu kotak kecil kepada Kayla.
"Dari Samudera, buat elo. Dia ngasih ini sejam sebelum hembusin napas terakhir." Indra menghela napas berat. "Pesan Samudera, Kakak baru boleh ngasih ini ke lo kalau lo udah 'sembuh', dek."
"Kayaknya lo butuh waktu, kita tinggalin ya? Besok jam sepuluh Kakak jemput, kita kunjungi Samudera."
Pada akhirnya Kayla hanya bisa mengangguk seraya menggenggam kotak itu erat.
🙃🙃🙃
Udah damai semuanya. Gak ada permusuhan lagi. Konflik udah selesai, tinggal Kayla yang masih kurang ikhlas. Part depan kalau bisa...
Kita buat dia ikhlas guys

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall With You ✔
LosoweBagaimana jika kita dipertemukan kembali dengan mantan dan keadaan memaksa kalian untuk sering bertemu? Kayla Priskilla tahu benar bagaimana rasanya. Kayla pernah mengatakan bahwa ia sangat anti untuk memberi kesempatan pada masa lalu. Tapi jika beg...