Seminggu sejak kedatangan Samudera kembali, Kayla masih terpuruk dalam lubang hitamnya. Walaupun tidak sedalam dulu.
Bagaimanapun ia lega saat mengetahui baik-baik saja. Namun takdir seakan mempermainkannya. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.
Saviola: kak, Abang Cello masuk Rumah Sakit Elim, ruang VIP 2.
Ponsel Kayla jatuh, bersamaan dengan jantungnya. Kayla berlari keluar, tidak peduli bajunya yang sudah terkena tumpahan saos. Bahkan tanpa alas kaki ia menyuruh sopir keluarganya mengantarnya ke rumah sakit.
Setelah sampai, Kayla langsung berlari terseok-seok karena kakinya yang lemas saat membaca pesan itu. Ia mencari ruangan yang dimaksud oleh Saviola.
"Kak, di belakang."
Ketika mendengar teriakan itu, Kayla langsung berbalik.
"Axcello kenapa, Sav?"
"Abang kritis lagi, kak."
Mata Kayla memicing. "Lagi?"
Lantas Saviola meraih gadis yanh dua tahun lebih tua di depannya. Ia mengeratkan pelukannya membuat Kayla semakin sadar ada yang tidak ia ketahui.
"Maaf kak, bukannya kita nggak mau kasih tau."
"Kejutan apa lagi kali ini?" Gumam Kayla lirih.
"Abang bulan lalu kecelakaan, tiga minggu dia dirawat di Singapur."
Tidak cukup takdir membuat hati Kayla hancur berkeping-keping, sekarang malah ingin membuatnya hancur menjadi atom, tak tersisa lagi.
Sedih sudah tidak cukup mewakili perasaan Kayla. Gadis itu marah pada dirinya sendiri.
Saat Saviola menguraikan pelukannya, gadis itu luruh di atas dinginnya ubin lantai. Tidak peduli pada mata-mata yang memerhatikannya.
"Kak, bangun, jangan begini." Ujar Saviola mengarahkan Kayla untuk duduk ke atas sofa.
"Semuanya gara-gara aku, Sav. Maafin kakak ya?"
Saviola menggeleng lalu memegang tangan Kayla yang sangat dingin. "Nope. Memang sudah jalannya begini kak, bukan salah siapa-siapa kok. Ini cobaan dari Allah, Allah tahu yang terbaik. Walaupun Allah sudah panggil Papa, aku nggak marah."
Perkataan Saviola bukan lagi menyentil perasaannya, Kayla merasa tertampar. Ia malu dengan Saviola. Malu karena tidak bisa dewasa seperti Saviola, walau umurnya lebih tua.
"Kakak mau masuk? Tuh Bang Ata udah keluar."
Kayla menoleh, melihat Althair yang sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan, kumisnya tidak terurus, dan kaus yang ketumpahan bubur.
Lihat, bagaimana bisa Kayla hanya marah-marah di saat seluruh keluarga Samudera lelah seperti ini?
"Nggak usah, Sav. Kamu lebih perlu."
"Aku udah kok, Kak. Sekarang giliran Kakak, aku yakin pasti Bang Cello rindu."
"Iya, kamu masuk gih. Cello sendirian di dalam, dia penakut loh. Apalagi ini rumah sakit, kamu tau kan dia parno sama rumah sakit? Katanya banyak bekas orang mati." Sahut Althair yang sudah duduk di samping Saviola.
"Aku nggak ganggu?" ujar Kayla yang lebih seperti cicitan, sangat pelan.
"Nggak lah. Suruh bangun aja Kay, masa dia nggak capek sih bobo terus, aku aja capek liatnya." Althair tersenyum kecut lalu menenggak kopi instan yang ia beli di kantin rumah sakit tadi. Bahkan kopinya sudah dingin, tapi ia tidak peduli.
Akhirnya Kayla mengalah. Ia bangkit dan masuk ke ruangan tempat Samudera terbaring lemah.
"Halo? Maaf ya, aku datang. Aku tahu kamu pasti nggak mau lihat aku, tapi kali ini nggak apa yah?" Kayla mulai menggumam, mengelus wajah Samudera yang memucat.
Senyum lirih Kayla tercipta. "Maaf ya nggak peka? Aku kira Alhmarhum Om yang dirawat, ternyata cowok bandel ini.
"Bangun deh, masa kamu nggak risih make alat-alat gini? Kamu aku pakein kacamata aja risih. Bangun, marahin dokternya, masa nyucuk-nyucuk hidung kamu kaya kerbau. Cel? Kok diem aja?" Kayla bermonolog diiringi dengan air mata.
Sepertinya masuk ke sini adalah pilihan yang salah, rasa bersalah itu semakin membesar dalam diri Kayla. Dengan pelan ia memukul badan Samudera yang semakin mengurus.
"Kamu bohong, Cel, kamu bohong. Katanya cuma menguasai sepersepuluh hati aku, tapi kok rasanya satu tubuhku hancur lihat kamu begini?"
Bisa dipastikan Kayla akan lebih gila kalau saja Ranti tidak datang memeluknya.
"Sabar sayang, Cello pasti bangun kok. Dia nggak rela aja Papanya pergi, jadi ngambek." Lirih Ranti.
"Tapi Cello janji kita mau nyalain kembang api bareng, Ma. Katanya kita mau barbeque-an di belakang. Dia bohongin kita."
"Cello nggak akan langgar janjinya, dia pria sejati." Ranti melepas pelukan mereka lalu mengelus rambut gadis yang sudah ia anggap anak sendiri. "Sudah, kita tunggu aja ya?"
Kayla mengangguk pelan, ia bangkit dan memberikan tempat untuk Ranti duduk.
Wajah kuyu Ranti sangat menunjukkan raut kesedihan karena kehilangan mantan suami dan kali ini anaknya sedang kritis.
Walau bagaimanapun Erycsa pernah mengambil bagian dalam hidupnya, Erycsa tetap Papa dari anak-anak yang sudah dilahirkannya.
"Kamu sudah makan, Kay?" Tanya Ranti yang sibuk merapikan selimut Samudera.
"Nanti aja, Ma."
"Makan dulu. Tadi mama beliin Axcello bubur ayam, tapi dianya keasikan tidur." Ujar Ranti dengan suara berat.
Kayla hanya memaksakan senyumnya. Tak ingin membuat Ranti khawatir, akhirnya Kayla mengambil bungkusan itu lalu menuangkannya ke mangkok yang ada di sampingnya.
Kayla makan dalam diam. Hanya suara alat-alat medis dan helaan napas berat dari Ranti yang mengisi ruangan.
Saat buburnya sudah habis, Kayla pamit untuk mencuci piring. Sebenarnya hanya alibi Kayla saja karena tidak tahan melihat pemandangan di sana.
Di perjalanan, terhitung tiga kali dengan perawat--yang sepertinya sedang tergesa-gesa-- Kayla menabrak seseorang.
Raganya ada di sana, tapi jiwanya melayang entah kemana.
Setelah mencuci mangkuk dengan air panas yang ia minta tadi, Kayla segera kembali. Namun pemandangan yang ia dapatkan bukan pemandangan yang ia mau.
Althair yang sedang menenangkan menenangkan Mama juga Adiknya yang histeris karena Samudera tiba-tiba mengalami kejang.
"Ma, sabar, istigfar Ma." Lirih Althair mengurung Ranti dalam dekapannya.
"Mama mau lihat anak Mama, Ta."
"Sebentar ya? Dokter lagi periksa. Sebentar lagi, sabar ya, Ma."
Ketika Saviola melihat Kayla, dia langsung berlari menghampiri Kayla yang tengah mematung memeluk mangkuk dengan erat.
"Kakak.."
"Semuanya akan baik-baik aja, Sav. Everything gonna be okay. Kan kamu yang bilang kalau Tuhan nggak akan kasih cobaan melebih batas kemampuan umat-Nya, iya kan Sav?"
Saviola mengangguk, "Iya, kak."
"Kalau begitu ayo, dokter sudah selesai." Kata Kayla menunjuk ke arah pasukan medis yang baru saja keluar.
"Anak saya kenapa dok?"
"Alhamdulillah anak Ibu sudah sadar, silahkan masuk tapi jangan buat dia berpikir berat."
Bagaikan terkurung dalam padang gurun selama satu minggu tak minum apa-apa dan tiba-tiba menemukan danau. Itulah yang Ranti dan juga yanh lainnya rasakan.
Bahkan lebih membahagiakan dari itu.
🐫🐪🐫
Vomment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall With You ✔
AléatoireBagaimana jika kita dipertemukan kembali dengan mantan dan keadaan memaksa kalian untuk sering bertemu? Kayla Priskilla tahu benar bagaimana rasanya. Kayla pernah mengatakan bahwa ia sangat anti untuk memberi kesempatan pada masa lalu. Tapi jika beg...