FWY-28

5.6K 320 1
                                        

Vomment!

Kayala menatap sendu punggung Samudera dari balik kursi roda. Dengan sangat hati-hati Kayla mendorong, membawa kursi dan pemiliknya mengelilingi Rumah Sakit.

"Mau itu dong, kayaknya enak."

Kayla menghentikan dorongannya lalu menoleh ke arah yang jari telunjuk Samudera mengacung. Di sana ada penjual kopi dan kacang rebus keliling.

"Nggak boleh, kamu masih sakit masa minumnya kopi?"

Tawa Kayla tertahan melihat wajah cemberut Samudera. Bahkan bibirnya mencabik kesal, persis seperti dirinya saat ngambek.

"Nanti yah? Makanya cepet sembuh. Nanti aku beliin satu kontainer kopi..."

Samudera berdecak, "Kamu mah taunya cuma nebar janji, tepatinnya nggak pernah. Males aku."

"Ih beneran," ujar Kayla "Asal pake uang kamu, aku beliin dua juga boleh."

Tangan Samudera meraih tangan Kayla tanpa menoleh lalu mencubitnya nakal.

"Sakit ih!"

"Habisnya ngeselin. Kalau pake uang aku bukan dibeliin namanya, dasar anaknya Bunda Re."

"Kenapa dengan Bunda? Aku laporin ya, nanti. Biar kena ceramahan gratis 10 kaset." Canda Kayla disertai tawa pelan.

"Enggak apa. Ngomong-ngomong, Narend apa kabar?"

"Dirawat di pertamedika." Jawab Kayla tidak bersemangat.

Mengingat Narend sama saja dengan mengingat kesalahan terbodoh Kayla sendiri.

"Sebenarnta aku nggak mau minta maaf karena aku gak tau kesalahanku apa. Tapi kata Papa waktu itu, minta maaf bukan karena kita salah atau kita kalah, tapi maaf itu sebuah kata kemenangan. Sampaiin maaf ku ya?"

"Aku malas ketemu dia,"

Samudera tersenyum tipis, "Jangan membenci, Kay. Bukannya kamu yang sering ingetin aku?"

"Situasinya sekarang beda, Cel."

"Nggak ada, pokoknya nggak boleh benci-benci. Benci bisa jadi cinta, nanti kamu jadi cinta dia kan berabe." Kekeh Samudera.

"Ok fine."

"That's my Kayla."

Definisi bahagia bagi Kayla adalah bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang yang dia sayang. Sesederhana itu namun sangat berarti baginya.

Waktu berputar sangat cepat. Langit susah menampilkan semburat jingga, mentari juga sudah berkunjung ke tempat lain di belahan bumi ini.

"Balik yuk? Sudah malam."

Samudera mendelik, "Sejak kapan jam setengah enam jadi malam? Biasanya juga jam sepuluh kamu bilang masih siang."

"Ngaco, kapan aku bilang gitu?"

"Kapan-kapan." Samudera mengacak rambut Kayla.

Kini mereka sedang duduk bersampingan. Kayla duduk di salah satu bangku taman dan Samudera masih di atas kursi rodanya.

Tadinya ia ingin duduk di kursi yang sama dengan Kayla, namun Kayla melarang dengan alasan Samudera masih terlalu lemah karena baru sembuh dari kritisnya kemarin.

"Kay?" Kayla berdeham "Kamu percaya kalau habis hujan ada pelangi?"

"Enggak. Kenapa?"

"Sama, karena sehabis hujan nyatanya memang belum pasti akan ada pelangi. Tapi suatu saat, pelangi itu akan datang, di waktu yang tidak bisa kita duga." Samudera tersenyum melihat Kayla yang menyimak perkataannya tanpa berkedip.

Fall With You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang