"Take 1 scene 291, action!"
Pause....
Krista mau bilang makasih dulu untuk yang baca, vote dan comment ya. Angka itu berharga untuk Krista buat chapters di series ini dan selanjutnya. Oke deh lanjut~
Suara sutradara telah memanggil Jimin dan Minah untuk memasuki lokasi, adegan dimana Minah ditemukan Jimin sedang pingsan.
"Take 1 scene 291 action!"
"Hyojung-ie bangun" Jimin menepuk pipi Minah pelan
Wajah Jimin begitu panik saat melihat wajah Minah membiru, urat-uratnya terlihat jelas di pipinya.
"Kamu kenapa? Ayo bangun" Jimin kemudian mencari sesuatu di dalam tas Minah, ia menghamburkan isi tasnya. Dompet, beberapa lembar tisu, satu botol pil, jarum suntik dan ponsel.
Sebuah suntikan, ia menemukan sebuah suntikan, dengan segera Jimin menyuntikan cairan itu ke paha Minah.
Sang wanita itu menarik napas dalam-dalam
"Hhhhh"
Ia segera sadar saat cairan itu masuk ke dalam tubuhnya.
"Aku tidak mau kehilanganmu" ucap Jimin sambil mengelus pipi putih Minah.
"Kenapa aku masih disini?" tanya Minah dengan mata berkaca-kaca
"Ke-kenapa aku masih disini?" Tanyanya lagi dengan terbata-bata karena air matanya mulai keluar
Jimin segera memeluk Minah ke dalam dadanya, tangan kanannya memegang pucuk kepala Minah, ia menenggelamkan wajahnya di leher Minah.
"Aku mau mati saja" jawab Minah dengan suara yang tidak jelas karena wajahnya tertutup dada Jimin.
"Yak! Cut! Ganti kamera, scene 292 ready, action!"
Minah melanjutkan dialognya
"Aku mau mati saja" ucap Minah lalu mendorong badan Jimin kemudian wanita itu mengambil satu botol pil di tangan kanannya.
"Kau gila?" Tanya Jimin lalu menghempaskan botol itu jauh-jauh
"Jangan sekali-sekali berani meninggalkanku lagi, kau itu berharga Hyojung-ie" ucap Jimin lirih
---
Adegan pun berpindah dengan setting kamar rawat inap, Jimin duduk di sebelah kasur Minah.
Jimin terus menggenggam tangan Minah, ia tidak bisa melepaskannya. Tidak mau.
"Jaeyoung oppa jangan melihatku seperti itu. Aku tidak akan mati hari ini." Ucap Minah pelan kemudian mengusap jari Jimin
---
Sore ini dua scene film mereka selesai, Minah terlihat lelah sekali.
Make up di wajahnya telah dihapus, tetapi tetap saja kulit pucatnya menutupi wajah cantiknya.
"Minah-ya kau baik-baik saja?" Tanya stylist di lokasi syuting.
"Iya, hanya sakit kepala biasa"
Jimin yang duduk di sebelahnya menguping pembicaraan mereka.
Alis Minah sedikit berkerut, karena menahan rasa sakit di kepalanya.
"Minah-ssi hidungmu?" Ucap sang stylist terkejut
"Ahh, astaga, cerobohnya. Maafkan aku wardrobenya jadi terkena noda darah ku"
Aliran darah di hidung Minah mengalir deras, darah segar segera di hentikan dengan gumpalan tisu di hidung.
"Aku benar-benar harus pergi eonni,maaf kan aku." Jawab Minah sambil memegang tisu di hidungnya.
Minah beranjak dari kursinya, dan menuju ruang ganti. Pandangannya mulai sedikit kabur. Minah kemudian keluar dari studio. Ternyata manajernya tidak berada di parkiran.
Minah kesal, karena seharusnya ia bisa bertemu dengan dokter Kim karena masalah kesehatannya.
Ia hendak memilih taksi, tapi apa daya, dompetnya tertinggal. Biasanya sang manajerlah yang mengurus hal-hal finansial.
"Aihh, oppa kenapa tidak mengangkat panggilanku!" Umpat Minah di parkiran
Ponsel kedua manajernya tidak aktif semua.
"Kenapa situasinya seperti ini, gaji mereka harus kukurangi" omelnya lagi.
Tiba-tiba pandangan Minah menjadi gelap, terakhir yang diingatnya adalah rasa sakit di kepala ketika menghantam lantai parkir.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
[NC 21+] |PJM| HERO(IN)
Fiksi PenggemarBermain blue film dengan Park Jimin? Hal buruk atau baik? Kedua-duanya mungkin #2 Jimin (09.08.18) #7 BTS (09.08.18) #3 ParkJimin (25.05.18) #6 Marriage (23.05.18) #5 fanfiction (14.09.18)