Be Real

9.3K 510 24
                                    

Hold up!! Sudah 100k aja yg baca😢 terharu saya...
Makasih yang sudah jadi pembaca setia, yang rajin komen, vote.
Pasti banyak yang follow Krista waktu masih readernya dikit, kita rayain bareng nihhh🎆🎉

Oh iya harapan Krista, kalian selalu support series ini meski agak lama update nya :( At the end, GUEEE GAAAA NYANGKAAA KALIAN SEMUA HEBATTT😁💞💞

Ki Hyun ft. Seol Ah- Love Virus

Mata Jimin begitu fokus kepada daftar yang ia pegang. Ia memikirkan bagaimana hal ini dilakukan. Suara pintu terbuka menghentikan konsenstrasi Jimin, ia melihat asal suara tersebut. Ternyata seorang suster yang sedang mendorong kereta kecilnya dengan beberapa peralatan di atasnya. Jimin segera berdiri dari sofanya, Ia menghampiri Minah, memegang tangan kanan wanita itu.

Minah yang tadi sedang tertidur, kaget akan sentuhan di tangannya. Ia melihat Jimin berdiri disampingnya. Wajahnya terlihat gugup, tetapi Minah meyakinkan Jimin, ia mengangguk sambil tersenyum manis. Padahal di dalam hatinya terasa sangat sakit sekali. Sekali lagi suster mengambil sampel darah Minah, jarum suntik itu menusuk lengan kecil Minah.

Tak disadari air mata Jimin telah membasahi pipinya.

Di dalam hatinya ia berkata tidak sanggup, ia tidak kuat melihat semua penderitaan Minah. Ini baru awal, belum lagi kemoterapi yang ia harusnya lakukan. Minah pernah bercerita bahwa ia baru melaksanakan dua kali kemoterapi dan rambutnya mulai rontok. Ia mengatakan itu dengan tertawa, seperti hal itu tidak menjadi masalah baginya. Padahal Jimin tau benar, rambut Minah mulai botak di beberapa bagian. Ia harus menambahkan wig dan beberapa rambut sambung saat di depan para media, saat pernikahan mereka.

Jimin menyentuh pipi Minah, mengelusnya, matanya menatap dalam, kemudian ia berkata

"Kau memang kuat, aku mencintaimu Jang Minah"

8. Tatap mataku saat jarum suntik menyentuh kulitku

Usai perawat mengambil sampel darah Minah, ia mendorong keretanya keluar kamar. Minah terbaring lemah, ia tampak lelah karena darah yang di ambil dari tubuhnya. Awalnya Minah masih memandang Jimin dan tersenyum, tapi tiba-tiba kelopak matanya tertutup perlahan.

Jimin pun panik karena Minah yang aneh. Ia mulai mengguncang-guncangkan tubuh wanita itu.

"Minah!!! Ya Tuhan, Minah bangun!!" Tangan Jimin mulai menekan tombol di dinding kamar agar sang perawat segera membantu mereka.

Pintu kamar Minah terbuka, sang perawat pun menghampiri Minah, ia menekan pergelangan tangan Minah, lalu memeriksa selang infus Minah.

"Jimin-ssi, Minah baik-baik saja, ia hanya sedikit lelah, Anda tidak perlu khawatir. Sebentar lagi ia akan sadar"

Jimin pun menghela nafas lega, ia takut kehilangan Minah, ia tidak siap, bahkan ia tidak ingin.

"Terima kasih" ucap Jimin pelan.

Ruangan kembali sepi, Jimin menunggu Minah siuman, ia terus menggenggam tangan Minah. Mengusap dan menciumnya beberapa kali.

"Jimin" ucap Minah pelan, matanya masih tertutup.

"Aku disini sayang" sahut Jimin lalu berdiri, ia ingin memeriksa secara pasti keadaan Minah.

Mata Minah terbuka, saat Jimin membelai rambut hitam miliknya.

Dengan segera Jimin menghamburkan pelukan kepada Minah. Ia mendekap Minah, penuh kasih sayang, rasanya ia tidak kuat untuk melepaskan pelukannya.

"Jangan pergi" gumam Jimin

4. Peluk aku lebih lama.

-

--

Hari ini Jimin ingin melakukan kejutan pada Minah, yap di tangannya sudah terdapat dua tiket. Lebih tepatnya tiket bioskop. Ia sudah berpakaian rapi. Ia terlihat tampan dengan pakaian formal seperti itu. Kemeja biru muda dengan celana kain navy.

Minah yang baru saja keluar dari kamar mandi heran dengan gaya Jimin sekarang. Ia berdiri di dekat pintu dengan menyilangkan kedua tangannya, sambil tersenyum manis. Tiba-tiba Jimin menawarkan lengannya untuk dirangkul.

"Ayo" ucap Jimin dengan nada usil

Minah kebingungan dengan kejutan Jimin, apa yang sedang ia rencanakan.

"Jimin kita mau kemana?"

"Tidak kemana-mana" jawab Jimin

Laki-laki itu mempersilakan Minah duduk di kasurnya. Lalu ia melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya.

"Kenapa dikunci?" Tanya Minah penasaran

Kemudian lampu kamar Minah menjadi gelap.

"Kita harus berkencan" jawab Jimin sambil menghampiri Minah

Ia meraih laptop yang diletakkan di nakas di samping tempat tidur Minah. Hitungan detik, Jimin sudah duduk di samping Minah, dengan kepala yang disenderkan pada dada Minah.

Entah kenapa ia suka sekali merasakan kehangatan Minah saat ia menyenderkan kepalanya.

"Ahh kepalamu menghalangi pemandanganku" ucap Minah sambil mendorong pelan kepala Jimin.

Jimin menengadah, memandang wajah Minah sambil tersenyum ah lebih tepatnya smirk. Belum saja laptop dinyalakan, Jimin mengganti kegiatannya. Ia mencium Minah, Jimin pun memperbaiki posisi duduknya dengan bibir yang masih menempel pada Minah. Ia menghisap bibir merah Minah, sedikit menggigit bagian bawahnya. Minah yang tidak mau kalah mengimbanginya, lidahnya merasakan rongga mulut Jimin, tak lupa tangannya yang sudah bermain di area Jimin yang terasa mulai mengeras.

Nafas mereka menjadi tak karuan, pundak mereka naik turun. Tangan Minah mendorong dada Jimin, ia menghentikan ciuman panas mereka, dan berkata

"Sebaiknya kita harus menonton, bukannya bercinta disini"

Alis Jimin berkerut, ia memikirkan sesuatu.

"Kenapa tidak keduanya?"

1. Menonton film bersama-sama

TBC~

Baper kah kalian?

Krista juga mau diginiin sama Jimin :(

Jangan lupa vote yaaa💜💜

[NC 21+] |PJM| HERO(IN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang