"Ada dimana kamu terjatuh sangat dalam, harapan seperti tidak terlihat di depan mata, yang terlihat hanya tumpukan masalah, tapi hati kita masih terus menyuruh kita untuk percaya. Percaya kepada apa? siapa? dimana? Percaya kepada keajaiban yang pasti datang di saat yang tidak kita sangka."
Whitney Houston - When You Believe
"Wah eomma ada bintang jatuh"
"Minah-ya buat sebuah harapan, kalau kau berharap dengan sungguh-sungguh pasti akan terkabul"
"Aku mau bersama dengan eomma selamanya!!"
Bohong
Satu kata yang bisa Minah ucapkan, harapan yang dia teriakkan ketika berumur 7 tahun itu tidak berhasil. 3 tahun kemudian ibunya pergi untuk selamanya. Ibunya meninggalkan dirinya saat umurnya masih 10 tahun
'Aku tidak bisa percaya pada suatu harapan' batin Minah
Jimin aku hamil. Andaikan kalimat itu bisa dengan gampangnya keluar dari mulut Minah hari itu, tetapi ia mengurungkan niatnya.
Ia berencana untuk berbicara empat mata dengan Jimin keesokan harinya di rumah Minah sendiri.
Ia pun belum berani mengatakan hal ini kepada kakaknya sendiri. Bisa jadi Minseok akan menghajar Jimin habis-habisan karena mengeluarkan semuanya di dalam. Bisa jadi, Jimin akan diejek sebagai player yang belum pro.
---
Matahari masih bersinar hangat, sinarnya tidak mengganggu Jimin yang sedang turun dari mobilnya. Karena waktu itu masih sekitar pukul 9.
Jimin menekan tombol bel di dekat gagang pintu Minah. Ia terlihat mengetuk-ngetuk kakinya pada lantai rumah Minah, menunggu wanita itu membukakannya pintu.
"Masuk" ucap Minah setelah membuka kunci pintunya
Sesekali Jimin mengamati sekitar rumah Minah, seperti mesin scanner ia juga memerhatikan gaya Minah hari ini.
"Kau sudah makan?" Tanya Minah
"Sebelum kesini aku sudah membeli Americano"
"Baiklah, sebaiknya kau duduk dulu Jimin-ssi, ada sesuatu yang ingin kubicarakan" ucap Minah sopan
Ia menunjuk sofa abu-abu kehitaman klasik di dekat tempat mereka berdiri.
"Tunggu sebentar"
Minah pergi meninggalkan Jimin sendirian di ruang tamu, ia membuka laci di kamarnya.
Test pack yang ia pakai untuk mengecek kehamilan tadi pagi ia simpan di dalam laci itu.
Tak lama Minah meletakkan alat tipis seperti ukuran pulpen tersebut di atas meja tamu. Garis dua terlihat jelas di alat itu, yang menandakan Minah sedang mengandung.
"Ini a-ar-artinya hamil?" Eja Jimin pelan. Mulutnya sedikit menganga melihat alat kecil yang tergeletak di meja.
"Obat yang sutradara perintahkan untuk kau meminumnya bagaimana? Tidak ada reaksi?" Tanya Jimin penasaran
"Aku sudah meminumnya hari itu, tiga kali pula" jawab Minah polos
"Ini sungguhan?" Jimin memastikan lagi
Minah beranjak dari sofa, ia menuju pantry dapur, menyiapkan dua mug keramik berwarna pastel.
Ia menyalakan kompor untuk memanaskan air.
"Maafkan aku" gumam Jimin pelan
Minah mendengar samar-samar ucapan Jimin. Ia berjalan pelan menghampiri Jimin yang berada di ruang tamu.
"Apa yang kau katakan tadi?"
Jimin menggigit bibir bawahnya perlahan, ia ragu. Pikirannya berkelana ke rencana masa depan miliknya. Berujung menjadi ayah, dengan karir yang baru menanjak. Tiba-tiba ia teringat akan nasib Minah yang kurang beruntung soal kesehatannya.
'Apa yang sedang kupikirkan waktu itu, apa aku sungguh-sungguh mencintainya?' batin Jimin
"Jimin-ssi?"
Laki-laki itu segera menangkap manik mata Minah ketika namanya dipanggil.
"Minah!" ucap Jimin kemudian ia menggenggam kedua tangan wanita itu di depan dadanya.
"Aku akan bertanggung jawab. Bagaimanapun juga dia itu anakku" jawab Jimin mantap sambil mengusap-usap tangan Minah.
Wanita itu tersenyum karena tindakan Jimin. Sejenak, ia lupa akan penyakitnya.
"Percayalah, kita bisa menghadapinya" ucap Jimin yang seakan tau perasaan Minah
Laki-laki itu kembali memeluk Minah, seperti kemarin. Tapi kali ini pasti, Jimin tidak ragu untuk mendekapnya. Tangan Jimin memeluk erat tubuh Minah. Detak jantung satu sama lain terasa begitu nyaring. Sengatan-sengatan hangat kembali terjadi karena sentuhan kulit mereka.
---
"Noona, bolehkah aku meminta tolong?"
"Apa yang tidak buat adik tersayangku hah?" Jawab Cheonsa
Cheonsa sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Ia benar-benar pekerja keras. Pekerjaannya ada di kantor maupun di rumah. Hal itu menjadi salah satu faktor mengapa Yoongi menyukainya.
"Aku harus menikah"
Suara ketikan berhenti seketika,saat perkataan Jimin terdengar di telinga Cheonsa.
"Apa katamu? Menikah? Dengan siapa? Kenapa kau tidak mengenalkannya pada noona dulu?"
"Noona pelan-pelan. Aku akan menikah dengan Jang Minah" jawab Jimin kemudian duduk di seberang meja kerja Cheonsa, ya daritadi ia berdiri di depan pintu ruang kerja Cheonsa.
"Apa kau menyukainya? Kukira kau tidak suka dengan Minah" ejek Cheonsa kemudian ia melanjutkan lagi pekerjaannya.
Suara ketikan memenuhi ruangan itu lagi. Aroma latte menjadi ciri khas ruang kerja Cheonsa.
"Dia hamil" ucap Jimin
TAK
Penghapus kecil Cheonsa sukses mendarat di kepala Jimin. Sehingga laki-laki itu mengeluh kesakitan.
"Aigoo, anak jaman sekarang. Kapan kalian mau menikah?" Ucap Cheonsa sambil menggelengkan kepalanya
"Bisakah dipercepat, oh iya dan juga tolong rahasiakan acara ini dari media"
"Kenapa? Kau takut reputasimu hancur? Itukan perbuatanmu" Tanya Cheonsa sedikit kesal
"Sepertinya aku menyukainya noona. Aku tidak tega melihat dia berjuang sendiri. Apalagi ketika dihujani pertanyaan dari pers, apa yang harus dia lakukan, ditambah lagi sakit sum-" ucapan Jimin terpotong ketika ia menyadarinya. Ia menggigit bibir bawahnya lagi.
"Sakit? Park Jimin kau membuat anak orang menderita kau tau itu?" Cheonsa menghela napas panjang kemudian memijat kepalanya pelan. Sepertinya ia pusing memikirkan adiknya ini.
"Lalu, apa yang harus kulakukan noona?" Tanya Jimin dengan nada putus asa
"Puaskan dia" jawab Cheonsa singkat.
TBC~
Suka? Vote ya~
MAKASIH BANYAK💜
Komen juga~
Komen kalian ntar Krista balasin satu-satu kok

KAMU SEDANG MEMBACA
[NC 21+] |PJM| HERO(IN)
FanficBermain blue film dengan Park Jimin? Hal buruk atau baik? Kedua-duanya mungkin #2 Jimin (09.08.18) #7 BTS (09.08.18) #3 ParkJimin (25.05.18) #6 Marriage (23.05.18) #5 fanfiction (14.09.18)