Between the Devil and the Deep Blue Sea

17.6K 810 44
                                    

MitiS - Moments (Feat. Acara)

Jantung Minah berdegup tak karuan. Apanya yang sedikit mengejutkan. Bukan hanya sumsum tulang belakang, ia juga bisa komplikasi karena mendengar berita dari dokter Kim.

Dokter Kim menyodorkan satu file dengan tulisan Jang Minah di atasnya, ia memberikan kode dengan matanya, yang berarti untuk membacanya sendiri. Minah kebingungan, ia tidak mengerti apa yang tertulis disitu.

"Minah sudah berapa lama kau berhubungan dengan pria itu?" Tanya Seokjin

Kerongkongan Minah tercekat ketika mendengar dokter Kim menyebut seorang pria di pertanyaannya. Ia menelan salivanya kasar.

"Sial! Apakah aku..." Gumam Minah pelan

"Yes, kau positive Minah, tes darahmu mengindikasikan bahwa kau sedang hamil"

"Apa yang sudah kulakukan" rutuk Minah pada dirinya sendiri.

"Tolong rahasiakan ini, aku tak mau ini terdengar media" pinta Minah

"Tapi, kau bisa-" saran Seokjin dipotong oleh Minah

"Tidak, aku akan menjaganya"

"Resikonya sangat besar Minah-ya, seharusnya kau sedang menjalankan kemoterapi yang kedua, tapi karena janin yang kau miliki. Kita terpaksa menghentikan kemoterapinya" jawab Seokjin

---

Minah meninggalkan rumah sakit tersebut. Tanpa sengaja ia melihat Jimin, seperti déjà vu, tapi kali ini Minah tidak menghindar. Pikirannya kalut, semuanya terputar layaknya kaset rusak.

"Minah-ssi?"

Minah memandang Jimin dengan pandangan kosong. Tiba-tiba tangan wanita ini memeluk tubuh Jimin, erat. Jimin tersentak melihat tindakan Minah, tangannya tidak berani membalas pelukannya. Suara tangisan memenuhi dada Jimin, ya, Minah menangis sesenggukan di dalam dada Jimin. 

Sengatan hangat di dalam tubuh Jimin membuat tangannya bergerak mengusap rambut Minah, sedangkan tangan kirinya menepuk-nepuk punggung wanita ini dengan canggung. 

'Apa yang sedang dialami Minah sehingga ia terlihat sangat sedih seperti ini' batin Jimin

Napas wanita ini tak karuan karena tangisannya yang kencang, membuat para pengunjung rumah sakit sesekali menengok apa yang sedang terjadi. Jimin menjadi gugup, ia sedikit menurunkan topi baseball yang ia pakai, lalu menundukkan kepalanya.

"Gwenchana?" Tanya Jimin pelan di samping telinga Minah

Wanita ini menjawab dengan gelengan pelan, membuat Jimin menjadi bingung apa yang harus ia lakukan padanya. Jimin mengusap wajahnya kasar. Ia berdehem kemudian menelan salivanya, berharap cara terakhir akan membuat Minah berhenti menangis.

Tangan Jimin yang dingin menjelajahi leher Minah kemudian berjalan menuju pipinya, wanita ini segera mengendurkan pelukannya ketika merasakan sentuhan dari Jimin, pipinya terasa panas terlebih lagi matanya, karena lelah menangis. Minah lalu mendongak mengikuti irama tangan Jimin. Mereka saling menatap, Jimin memperhatikan manik mata Minah sangat dalam, senyuman malaikat Jimin terukir di wajahnya, yang segera membuat hati Minah tenang. Jarang sekali ia melihat senyuman ini. Senyuman yang membuat semua orang merasakan damai dan ketenangan. Momen ini akan terus diingat Minah.

"Uljima, ayo pulang" ucap Jimin sambil mengusap pipi Minah yang basah karena air mata.

---

Sepanjang jalan Minah terus memikirkan bagaimana ia menyampaikan hal ini kepada Jimin, laki-laki ini mengeluarkan suaranya ketika merasa dirinya diperhatikan terus menerus.

"Apa aku terlalu tampan? Mengapa kau melihati wajahku terus?" tanya Jimin diiringi dengan senyum malu-malu

Minah menggeleng, lalu tertunduk.

'Aku harus mengatakannya'

"Jim-" "Min-" 

Jimin dan Minah memanggil nama satu sama lain secara bersamaan.

"Kau duluan Jimin-ssi" ucap Minah

"Tidak jadi, aku lupa mau bicara apa" ucap Jimin berbohong, ia padahal ingin menanyakan tentang bagaimana kondisi kesehatannya sekarang.

"Oh ya, tadi kau mau bicara apa?" Tanya Jimin lagi sambil menyetir mobil miliknya.

"Tidak ada, aku hanya ingin memanggil namamu"

'Sial, kenapa begitu susah menjelaskan hal ini kepadanya' batin Minah lagi

Pertama mereka adalah aktor dan aktris, jika berita ini menyebar pasti akan menjadi skandal bagi keduanya.

Terlebih lagi ia cenderung berat pada faktor yang kedua, karena Minah harus menghentikan kemoterapinya yang berarti kemungkinan terburuk umurnya tidak lama lagi, ditambah prosedur operasi yang dilarang ketika pasien sedang mengandung.

Ia berada di dalam dua pilihan yang sangat susah.

'eomma, tolong aku' rintih Minah dalam hati

TBC~

Suka? Vote ya~

Krista senang liat kalian komen dan vote, makasih ya <3  

Ini bingung bikin konfliknya, kalian pada mau happy ending kan?

[NC 21+] |PJM| HERO(IN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang