BAB 59 | They getting along together

24.9K 1.2K 7
                                    

REVISI : 9 OCT 2018


Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!



Megan duduk di kursi depan dengan kesal. Kenapa hari ini ia harus satu mobil dengan kinan. Mamanya bahkan tidak masuk kerja karena mengantar kinan ke dokter.

"Manja banget sih lo. Baru sakit muntah-muntah doang gak masuk sekolah." Gerutu megan saat hanya ada mereka berdua di mobil. Ardina tengah mengunci rumah mereka. "Gue juga sakit tapi masih kuat sekolah. Gue juga sakit, tapi gak manja kayak lo sampe ke dokter." Omel Megan.

"Lo sakit apa?" Tanya Kinan khawatir.

"Lo tahu penyakit gue, emang lo bisa nyembuhin. Sakit lo aja gak beres mau nolong orang pula." Lidah megan pedas. "Lo datang sini nyusahin banget sih. Pake acara sakit segala. Jangan-jangan penyakit lo kambuh lagi."

Kinan ketakutan. Kalau penyakit lamanya kambuh maka ia harus sensitive dengan keadaan. Dan sudah dipastikan ia akan keluar masuk rumah sakit. Atau bahkan ia harus ke kanada lagi untuk berobat.

"Semalam lo juga gak masuk, kan. Gak ada gue lihat lo di kantin. Hari ini lo juga gak masuk. Norak lo! Udah kayak artis jarang masuk sekolah sibuk sana-sini." Omelnya lagi.

Kinan hanya mendengarkan megan mendumel tajam padanya. Tapi terselip rasa bahagia karena megan sadar kalau dirinya tidak masuk sekolah.

Ardina menghentikkan mobilnya dipinggiran SMA Nusa Jaya. Megan menyalam mamanya lalu turun dari mobil dan melambai. Kinan hanya memperhatikan sekolahnya dari jendela mobil. Satu hari tidak masuk dan rasanya seperti seminggu.

Ardina melaju meninggalkan sekolah itu. Dari arah trotoar pejalan kaki berlawanan dengan mobil ardina, ada ranu yang melihat megan turun dari mobil itu. Ranu menoleh sekilas namun matanya mengkap kinan di kursi belakang yang sedang melihat ke arahnya.

Ranu bahkan memusingkan tubuhnya untuk melihat kepergian mobil itu. Tanpa disadari ternyata Fino juga ada di belakangnya dan melakukan hal yang sama. Mereka melihat kinan.

***

Kinan langsung masuk ke dalam kamarnya sambil menenteng bubur ayam dan kantong obatnya. Ardina ke dapur mengambilkan sendok dan juga membawakan air putih hangat.

"Bisa makan sendiri?" Tanya Ardina saat melihat Kinan menyuapkan bubur ayam ke dalam mulut.
Kinan mengangguk. Ia masih canggung.

"Mau mama suapkan?" Ardina mendekat. Kinan menggeleng cepat.

Ardina tersenyum. "Kamu merasa aneh ya? Kenapa mama jadi seperti ini sama kamu? Mama tahu mama salah. Mama ingin memperbaikinya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan."

Kinan mencoba senyum walaupun pipinya menahannya.

"Owenmu, nanamu bahkan papamu, mereka semua benar. Disini mama yang salah. Mama yang menelantarkan kamu selama ini. Tidak peduli, tidak ingin tahu. Bahkan terkadang lupa. Mama memang kepala sekolah, setiap hari mengayomi banyak anak murid, guru bahkan orang tua wali. Tapi mama juga manusia yang punya rasa ego dan gengsi untuk memulai. Mama sudah coba tapi selalu berakhir gagal. Pendekatan dengan kamu gak bisa seperti dulu, saat kamu masih bayi."

Kinan masih menyuapkan bubur ayamnya perlahan ke dalam mulut sambil menunduk. Ia menangis mendengar mamanya mengeluarkan kalimat yang mewakili hubungan mereka selama ini.

"Merawat kucing yang dari kecil tidak akan sama dengan merawat kucing ketika ia sudah besar. Kamu mengerti kan maksud mama?"

Kinan mengangguk.

Kinan's Life Story (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang