BAB 29 | Her package, her life

25.4K 1.3K 11
                                    

REVISI : 8 OCT 2018

Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Kinan memungut buku dan tasnya. Ia menahan air matanya yang akan segera jatuh. Entah kenapa ia merasa sedih sekali mendengar kalimat yang diucapkan oleh fino dari awal hingga akhir.

"Ki, lo gak apa-apa?" Tanya ana khawatir.

"Udah. Jangan nangis." Bujuk yuli.

"Gue cengeng banget, ya." Tanya kinan sambil menyeka air matanya.

"Siapapun kalo diginiin pasti nangis." Komentar ana.

"Terus gimana caranya supaya fino gak terganggu sama lo lagi?" Tanya yuli mencari solusi.

"Na, lo mau tukar duduk sama gue?" Usul kinan.

"Memangnya gak kelihatan?" Tanya anak balik.

"Kayaknya enggak sih asalkan dewi duduknya agak kekakanan." Sambar yuli.

"Oke deh." Ana setuju. Kinan menyeka air matanya dan mulai menukar tempat duduk.

Doni melirik teman sebangkunya itu dengan penuh tanda tanya. Ia mengenal fino sejak di bangku SMA. Tapi mengenal fino selama itu cukup baginya untuk tahu seperti apa perangai fino jika ia suka atau tidak suka, jika ia penasaran ataupun cuek. Dan saat ini temannya tidak sedang berada di semua bagian itu.
"Lo kenapa sebenarnya?" Tanya Doni pelan sambil menoleh ke samping.

"Apa?" Suara fino pelan dan masih terdengar kesal sekali.

"Cuma karena lo penasaran kinan ngobrol sama ranu, lo sampai segininya sama kinan?" Tanya doni langsung tanpa basa-basi.

Fino melirik sekilas, "gue pengen tahu aja, hubungan mereka apa sebenarnya."

"Hubungan mereka apa perasaan mereka?" Tanya doni balik.

"Lo mau ngomong apa sebenarnya?" Fino mulai kesal dan menatap doni tajam.

"Lo bukan penasaran sama isi obrolan mereka. Tapi lo gak terima kalau kinan bisa lebih dekat sama ranu di banding sama lo." Ujar doni santai.

"Maksud lo?"

"Lo gak terima waktu lo lihat kinan ngobrol sama ranu sedangkan lo lebih dulu tahu soal kinan. Sama waktu kayak resti dulu."

"Lo tahu apa soal resti?" Suara fino semakin meninggi. Teman di depan mereka sampai menoleh ke belakang karena obrolan itu.

"Siapa yang gak tahu soal resti. Gue yang beda SMP aja tahu soal itu. Semua orang juga tahu. Udah rahasia umum."

"Kampret lo semua!" Maki fino.

"Lo sadar gak sekarang lo kenapa?" Tanya doni lagi.

"Apa lagi?" Fino sudah di ujung kesabarannya.

"Lo tuh sekarang bingung sama diri lo sendiri karena lo udah suka sama kinan tapi lo gak suka lihat kinan dekat sama ranu. Lo penasaran sama obrolan mereka tapi lo berusaha buat cuek sama perasaan lo. Maka jadilah sifat lo yang sekarang, ngerjain kinan abis-abisan supaya lo tetap bisa dekat sama dia. Dan lo barusan suruh dia pergi dari hadapan lo supaya lo bisa yakin sama perasaan lo sendiri. Itu yang lo harus sadar." Jelas doni panjang lebar.

Fino mengepalkan tangan kanannya dengan keras mendengar kalimat doni. "Taik lo!" Fino menendang bangku doni hingga temannya hampir tersungkur ke samping.

Untungnya dengan sigap doni memegang meja di depannya. Karena suara tendangan fino yang cukup keras, seisi kelas menoleh ke belakang dan memperhatikan mereka, termasuk kinan.

Kinan's Life Story (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang