REVISI : 8 OCT 2018
Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!Benar saja, kinan di hampiri oleh teman-temannya. Terkecuali fino dan ranu yang tidak ikut bergabung. Mereka hanya berdiri di depan kelas sesaat lalu kembali ke kelas mereka.
Kenapa, mengapa, ada apa, apa aja, menjadi dominasi atas pertanyaan teman-temannya semua. Dan kinan menjelaskan seperti apa yang mereka bicarakan. Kecuali bagian riki mengatakan kalau banyak mata yang melihat ke arah mereka saat itu.
Fino masuk ke kelas lalu menuju meja riki. Ranu tidak membuntuti. Ia kembali ke mejanya.
"Ngapain lo tadi." Tanya fino pada riki yang sedang memainkan hp nya. Dengan yakin ia melakukan hal itu hanya karena rasa penasarannya.
"Apanya?" Polos sekali wajah riki.
"Kinan. Lo ngapain sama dia tadi." Fino masih berusaha tenang.
"Kenapa lo gak tanya langsung aja sama orangnya." Riki tidak menoleh dan sibuk dengan hp nya.
"Gak usah muter-muter ngomong lo," fino mulai kesal.
Riki meletakkan hp nya lalu menatap fino, "Gengsi lo tinggi buat tanya sama dia kita ngobrolin apa aja?" Riki diam sesaat. "Gue cuma ngobrol sama dia dan itu udah buat lo jauh-jauh ke sini dan tanya sama gue." Riki melirik ke arah ranu sekilas. "Lo penasaran apa lo perhatian?"
Fino terdiam. Riki benar. Ia memang penasaran sama isi obrolan riki dan kinan. Namun ia juga khawatir kalau riki berniat mendekati kinan apalagi berencana untuk mengerjai kinan.
"Anaknya lucu, baik lagi." puji riki dengan tawa renyah.
Fino mengacuhkan ucapan riki dan kembali ke mejanya. Emosinya membara. Ia kesal setengah mati pada musuhnya itu.
"Dia ngomong apa?" Tanya ranu yang ikut penasaran. Ia tidak mendengar percakapan mereka.
Fino hanya diam saja. Ia tidak menajwab pertanyaan ranu. Ia malu jika harus menjelaskan apa saja obrolannya dengan riki pada ranu. Dan teman sebangkunya itu juga ikut diam karena tidak mendapatkan jawaban.
***
Kinan dan teman-temannya mampir ke penjual batagor di depan sekolah untuk mengisi perut sebelum masuk ke gedung olahraga. Siap menyantap batagor, kinan membeli es kelapa.
"Ikut gue," fino muncul dan menarik tangan kiri kinan. Hampir saja es kelapa di tangannya jatuh. Ana, yuli dan dewi hanya melihatnya saja tanpa ada kuasa untuk membantu.
Fino menarik kinan ke belakang mushola yang tak jauh dari gerbang masuk. Kinan masih memegang es kelapanya. Wajahnya tampak bingung. Sedari tadi ia memikirkan apa masalahnya hingga fino harus berbicara dengannya.
"Riki ngomong apa sama lo tadi." Tidak ada ketegasan didalam nada suara fino. Tampak ia seperti malu bercampur penasaran.
Kinan menghela napas ringan. Tidak terlintas kalau fino akan menariknya karena hal itu. "Kenapa sih kalian semua tanya pertanyaan yang sama. Gue gak ada ngomong apa-apa cuma tanya nama ngobrol biasa. Udah."
"Tanya nama gimana maksud lo?" Fino menyipitkan matanya.
"Biasa aja. Kayak lo anak baru ya? Nama lo siapa? Oh, gue kinan. Gue riki. Iya, gue tahu. Udah gitu doang."
"Bohong! Selama dua menit kalian cuma ngomongin itu?" Fino keceplosan.
"Dua menit? Lo hitung? Kayaknya gak selama itu deh." Kinan menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinan's Life Story (SELESAI)
Novela JuvenilKinan hanya ingin hidup seperti gadis seumurannya yang lain. Tinggal bersama keluarganya dan bermain bersama saudara kembarnya. Tapi penyakit itu malah membuatnya bahkan harus kehilangan orang yang paling ia sayang dalam waktu bedekatan hingga membu...