REVISI : 8 OCT 2018
Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!
Fino menghempas dirinya diatas kursi pemain. Pikirannya campur aduk. Otaknya sedang mencerna semuanya.
Kematian kakek megan, kedatangan kinan, kepura-puraan megan, kemarahan megan, kinan terluka, bimbel, foto-foto itu. Semuanya masuk akal. Fino menatap langit gedung olahraga yang hanya bumbung tinggi yang ditopang oleh besi untuk menahan beratnya lapisan atas yang menutupi gedung olaharga itu.
Fino menghela napas dalam, apa sih yang selama ini lo cari. Apa yang selama ini lo kejar. Kenapa lo gak bisa berhenti buat dia sedih? Kenapa lo gak bisa berhenti menarik perhatian dia, batinnya.
Fino bangkit lalu terlihat beberapa lembar foto jatuh. Fino meraihnya lalu pergi dari sana.
"Kenapa lo gak jujur aja sama perasaan lo?" Ucap Ranu tiba-tiba di depan pintu masuk gedung olahraga. Ia sudah menunggu fino keluar.
"Lo ngapaim disini?" Fino glagapan. Ia takut ranu mendengarnya.
"Gue lihat kinan lari keluar dari gedung ini, makanya gue nungguin lo." Ranu memegang kedua tali ranselnya. "Mau sampai kapan lo gini terus?"
"Maksud lo apa?" Suara fino melemah. Ia memegang erat foto iu.
Ranu bisa melihat foto yang dipegang oleh fino namun tidak terlihat gambarnya dengan jelas. Namun ia yakin kalau foto itu ada hubungannya dengan kinan. "Semua orang tahu lo suka sama kinan. Gue juga tahu. Dulu lo penasaran dengan apa yang gue sama kinan bicarakan. Sekarang lo penasaran sama apa yang kinan bicarakan dengan riki. Mau sampai kapan lo gini?"
Fino membuang wajahnya. Ucapan ranu tidak membuatnya malu. Sedikit banyak ia memang nyaman pada teman sebangkunya ini. Makanya apapun yang terjadi, ia tidak malu lagi di depan ranu.
"Semakin lama lo pendam semakin sering lo nyakitin kinan." Ucap ranu bijak.
Fino melirik ranu, "Bukannya lo juga suka sama dia?"
Ranu menghela napas, "Seberapa sukanya gue sama dia gak akan pernah bisa buat gue deket sama dia. Harusnya lo tahu kalau dia selalu menghindar dari gue." Ranu berbalik dan berjalan menuju kelas.
Fino memandangi punggung ranu.Beberapa langkah ranu berjalan ia berbalik dan berkata, "Posisi kita sekarang ke balik seperti resti dulu." Ia diam sejenak. "Gue masih coba buat dekat sama kinan. Bermain adil, oke?!" Ia berbalik kembali dan berjalan menuju kelas. Fino tersenyum sungging. Ia paham maksud ranu.
Fino masuk ke kelas kinan dan melihat gadis itu sedang menunduk diatas meja. Ia mendekat lalu menyelipkan lembar foto itu di tangan kinan.
Kinan mendongak dan melihat ada foto yang terselip ditangannya. Fino senyum tipis lalu pergi dari kelas itu. Dan hari itu berlalu begitu saja.
***
Sesaat setelah bel istirahat berbunyi, Fino dan ranu langsung muncul di depan timnya. Mata fino melirik kinan namun gadis itu benar-benar acuh dengannya.
"Nanti jam pulang kita ngumpul di ruang organisasi." Ucap fino. Timnya mengangguk.
Kinan mengeluarkan karet rambutnya lalu ia mengangkat rambutnya ke atas dan mengikatnya.
"Lo bagusan begini, ki," kata Doni penuh senyum.
"Iya cakepan di ikat rambut lo." Sahut dani juga tersenyum.
"Gini aja terus. Lo cantikan gini." Samber wiji. Ranu hanya tersenyum dan setuju dengan perkatan teman-temannya. Fino merengut. Ia tidak suka.
Kinan bangkit dan meninggalkan sekumpulan cowok itu yang masih memperhatikannya. Kinan hendak menemani dewi menuju kantin. Saat menuruni tangga, samar -samar kinan mendengar suara orang saling berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinan's Life Story (SELESAI)
Genç KurguKinan hanya ingin hidup seperti gadis seumurannya yang lain. Tinggal bersama keluarganya dan bermain bersama saudara kembarnya. Tapi penyakit itu malah membuatnya bahkan harus kehilangan orang yang paling ia sayang dalam waktu bedekatan hingga membu...