REVISI : 5 OCT 2018
Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!Entah karena kebetulan atau mukjizat, tapi setelah pembicaraan itu keadaan kinan perlahan mulai membaik. Ia bisa menerima susu yang diberikan oleh rumah sakit.
Jena dan gunawan sibuk mengurus surat dan dokumen kinan. Dokter juga menyetujui langkah yang diambil oleh Gunawan yang akan membawa kinan ke Kanada.
Hari ini adalah hari terakhir kinan berada di Jakarta. Dalam tiga jam, ia akan menaiki pesawat yang mengantarnya menuju tempat yang baru baginya.
Gunawan sengaja cuti dari kerjanya demi mengantarkan bayi kecilnya ke bandara. Ardina masih termenung duduk dikursi rumah sakit dengan tatapan kosong.
Jena juga menyiapkan baju dan perlengkapan untuk kinan. Dokter juga sudah menyatakan kalau kesehatan kinan sudah bisa memungkinkan untuk dibawa perjalanan jauh.
Dokter membekalkan obat sementara untuk diminum jika sewaktu-waktu kinan sulit bernapas. Bayi itu sejak pagi bahkan tidak ada menangis.
"Lihat tawanya, ma." Ucap gunawan yang berdiri didepan kaca.
"Kinan kelihatan sehat." Ujar jena dengan senyum sumbang.
"Dia senang dibawa ke kanada, ma." Lirih suara Gunawan.
Jena menepuk bahu menantunya, "Semua demi kebaikan kinan nantinya."
Gunawan mengangguk pasrah.
Sepanjang perjalanan, Kinan digendong oleh Ardina. Ia merangkul bayi mungilnya erat. Kinan bahkan sesekali tertawa saat mereka bertatapan mata. Tidak tampak guratan sakit yang selama sebulan terakhir ini telah menyelimutinya.
"Kinan tahu kalau dia mau pergi, ma." Seru Ardina lirih.
"Kalian berdua kenapa hari ini! Kinan masih bayi. Dia tidak tahu apa yang terjadi." Jena tampak menengahi.
"Dia tahu, ma. Dia tahu tempat yang bagus untuknya." Ardina mulai menangis.
Jena hanya menggelengkan kepalanya.
***
Gunawan menggendong kinan erat. Sejak dimobil tadi ia sudah menahan kesedihannya. Jauh didalam lubuk hatinya ia menentang rencana ini tapi jika tidak, kinan akan menderita selama hidupnya.
Gunawan menekan egonya dan membiarkan Kinan pergi untuk sementara agar bisa sembuh total. "Baik-baik ya nak, disana. Jangan nakal." Ucapnya sambil mengelus wajah mungil itu.
Kinan tampak tertawa dengan menggerakkan jarinya yang masih kecil untuk ukuran bayi berumur tiga bulan.
"Nanti kalau kamu pulang, papa akan jemput disini." Ucapnya. Kinan kembali tertawa kecil.
Jena menggendong Kinan dan melambai pada anak dan menantunya. Ia masuk ke dalam bandara untuk check-in.
Tampak dari kejauhan Ardina membalikkan tubuhnya dan jatuh ke dalam tubuh Gunawan sambil menahan rasa sedihnya. Gunawan yang juga bersedih hanya bisa menahannya sekuat tenaga dan menenangkan istrinya.
Pesawat itu mulai menyimpan rodanya dan menanjak naik hingga tinggi yang seharusnya.
Deging pesawat sudah mulai menusuk telinga Jena. Ia menatap kinan yang juga sedang menatapnya. Bayi mungil itu tertawa kecil tanpa ada rasa rewel.
"This is your first time," ucapnya pada wajah mungil yang tertawa kecil sambil memandangnya. "They're right. You knew it." Jena mengelus wajah Kinan dengan lembut. Bayi mungil itu seolah tahu apa yang sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinan's Life Story (SELESAI)
Teen FictionKinan hanya ingin hidup seperti gadis seumurannya yang lain. Tinggal bersama keluarganya dan bermain bersama saudara kembarnya. Tapi penyakit itu malah membuatnya bahkan harus kehilangan orang yang paling ia sayang dalam waktu bedekatan hingga membu...