Mei melangkah di sepanjang trotoar jalan. Kepalanya tertutup tudung jaket hoodie, sementara telinga tersumpal earphone yang sedang memutar musik Spring day miliknya BTS.
Padahal hari itu tidak sesuai dengan lagu yang ia dengarkan. Hari itu hujan. Semalam pun juga. Lebih lebat malah. Sudah memasuki musim hujan rupanya. Dan yang menyebalkan bagi kebanyakan orang adalah hawa dingin dan kubangan air yang memenuhi lubang-lubang di jalan. Bagi Mei tidak, dia menyukai hujan malah.
Dinginnya seperti di musim dingin saja, gumam Mei sambil merapatkan jaket.
Tengkuknya terasa merinding. Bulu romanya langsung meremang. Tanda-tanda kehadiran temannya. Dia menghela napas lalu menoleh ke samping kanan. Gadis berambut panjangㅡdengan pakaian seragam sama persis yang ia pakai kemarin.
Mei memilih diam saja, pura-pura tak melihat. Karena bila menyapa hanya akan diabaikan. Kan, Mei jadi keki sendiri.
"Hati-hati."
Mei tersentak. Terkejut untuk pertama kalinya gadis itu berbicara padanya. Tak lama gadis itu lesap bersamaan dengan sebuah motor melintas kencang di sampingnya. Melindas kubangan air hingga menimbulkan cipratan lantas mengenai tubuh Mei sampai basah kuyup.
Mei menggerutu dalam hati. Untungnya dia memakai jaket di luar, sehingga seragamnya tidak berwarna coklat. Sayangnya roknya tidak bisa terselamatkan.
Gadis itu memperhatikan motor jenis CBR berwarna biru dengan stiker besar Asmaul Husna di body motor berhenti 4 meter darinya. Sepertinya dia kenal motor itu. Penunggang motor itu turun dan melepas helm fullface. Pantas dia kenal, cuma satu orang yang punya motor tersebut di sekolah. Januari Abraham.
"Sorry. Gue gak liat lo tadi," ucap Januari penuh sesal ketika jarak keduanya tinggal satu meter.
Mei menundukkan kepala. Berpikir keras mengenai peringatan temannya barusan. Hati-hati katanya, namun Mei sama sekali tidak paham. Apa jangan-jangan karena kedatangan Januari? Seberapa berbahayakah dirinya, sehingga kehadirannya sanggup mengusir hantu-hantu di sekitar Mei? Mendadak Mei jadi bingung. Entahlah dia rasa dia harus menjauhi Januari.
"Lo gak apa-apa?" tanya Januari. Pemuda itu khawatir melihat penampilan gadis didepannya yang tampak basah kuyup.
Mei menggeleng. Lantas berjalan menjauh.
Januari berteriak, "Hai!" namun gadis itu tak seincipun melihatnya.
"Cewek aneh." padahal Januari berniat ingin menolong, tapi sepertinya cewek itu tidak ingin ditolong. Sudahlah! Lebih baik ia segera melanjutkan perjalanan ke sekolah yang jaraknya tinggal beberapa puluh meter lagi.
Saat melewati gadis itu, Januari sedikit melirik. Sepertinya dia merasakan keanehan mengenai gadis itu. Namun apa? Ah! Mungkin untuk pertama kalinya ada cewek yang tak acuh padanya. Padahal selama ini dirinya adalah pusat perhatian kaum hawa di sekolah. Tak ayal mereka berusaha mencari cara apa pun untuk mendapatkan simpatinya.
Sayangnya, Januari tidak selemah itu terjerat tipu muslihat kaum wanita. Karena wanita termasuk tiga hal cobaan terberat kaum laki-laki, selain harta dan tahta. Setidaknya ia punya kelebihan membaca pikiran orang sehingga ia tahu mana cewek yang benar-benar tulus menyukainya atau hanya sekadar memandang kekayaan dan ketampanannya saja.
Namun, bukan ketidakacuhan gadis itu saja yang mengganggu Januari, tapi sesuatu yang lain. Sialnya, Januari tak tahu sesuatu itu apa. Tanpa ia sadari untuk pertama kalinya ia dibuat frustrasi oleh seorang gadis yang tak dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari VS Mei 🔚
FantasyHana mati dua tahun lalu. Arwahnya bergentayangan, mengusik si anak Indigo bernama Mei. Saat itulah Mei tahu, bahwa urusan Hana di dunia belum selesai. Dan itu menyangkut si ketua geng Lucifer, Januari yang amat sangat Mei benci.