Prolog

1.7K 100 9
                                    

Januari menatap langit biru di atas rooftop sekolah. Selama jam istirahat pertama, ia selalu mengasingkan diri di atas sana. Bukan buat merenung, tapi menghindar dari namanya sakit kepala karena terlalu bising pendengarannya menangkap suara-suara yang berasal dari pikiran orang.
Dia punya kelebihan yang aneh. Bisa mendengar apa yang dipikirkan orang lain. Entah itu anugerah atau musibah baginya. Yang jelas ia tak ingin orang lain selain keluarganya tahu kelebihannya itu. Bisa-bisa dianggap aneh dan di-bully habis-habisan. Gak kece lagi dong! Masa ketua Geng Lucifer di-bully. Bisa-bisa harkat dan martabatnya jatuh sejatuh-jatuhnya.

Dia iseng menanyakan kelebihannya itu berasal dari mana. Dan dijawab sama si Emak, bahwa kakek buyutnya juga punya kelebihan seperti itu. Jadi, kesimpulannya kelebihannya itu menurun padanya.

Meski ia lahir di malam Jumat Kliwon, yang identik dengan hal mistis, ia lumayan takut dengan hal-hal berbau horor. Entah kenapa tengkuknya langsung meremang jika dijejali hal-hal di luar nalar tersebut.

Walau menurutnya kemampuannya itu aneh, ada keuntungannya juga buatnya. Dia bisa mendeteksi sifat asli orang-orang di sekitar dan tidak mudah tertipu akal bulus orang tersebut hanya dengan mendengar pikiran mereka saja.

Dulu sewaktu SD dia sangat kesulitan mengendalikan suara-suara yang masuk pendengarannya, namun sekarang dia bisa mengatur suara pikiran mana yang ingin ia dengar satu per satu, walau ketika sedang bad mood, pengendaliannya sering amburadul.

"Mana nih sih Ari Ari?!"

Januari memonyongkan bibir mendengar dengan sangat jelas salah satu sahabat di Geng Lucifer. Andrew namanya. Rasanya dia ingin meninju wajah sok imut Andrew karena beraninya dia menyebutnya ari-ari.

Tak lama Andrew muncul. Dia berdecak mendapati Januari sedang tidur-tiduran. "Dicariin muter-muter sekolah ampe keluar galaksi, ternyata lo di sini!"

Januari memutar bola mata. Hiperbolis banget! "Ngapain cariin gue."

"Rapat, oy. Elah ketua udah pikun."

Januari bangkit. Dia tak lupa sama sekali, tetapi karena malas berdebat, pemuda itu membiarkan saja ocehan Andrew.

"Kalo gitu kumpulin anak-anak di Mushola. Kita sholat Dhuha dulu baru rapat pleno dibuka."

Andrew nyengir kuda. Meski geng Lucifer terdengar orang awam akan menimbulkan perspektif yang negatif, jangan salah anggotanya tetap menjalankan kewajiban sebagai umat muslim yang taat. Ya meski belum disebut sebagai alim. Setidaknya Januari berusaha menempatkan Tuhan di hati masing-masing.

"Kuylah sekalian traktir."

______

Mei duduk sembari membaca novel di taman belakang sekolah pada jam istirahat pertama. Bukan tanpa alasan ia mengasingkan diri, melainkan karena ia tidak punya teman, kecuali gadis berambut panjang di sebelahnya. Gadis yang dilihat mata awam tak kasatmata.

"Hai," sapa Mei ramah.

Gadis itu terdiam. Membuat Mei menghela napas. Terkadang makhluk seperti gadis di sampingnya hanya ingin dekat-dekatnya saja tanpa mau diajak ngobrol.

Bisa saja Mei tak mengacuhkannya, namun karena teramat kesepian karena tak punya teman, dia mencoba berinteraksi dengan makhluk tersebut.

Tak mendapat respons, akhirnya ia memilih melanjutkan membaca.

Orang lebih sering menganggapnya aneh ketimbang indigo. Entah kelebihannya adalah istimewa atau bencana. Mengingat banyak orang yang takut padanya maka ia menyebutnya sebagai bencana. Namun, dia menganggap kemampuannya istimewa karena masih sangat jarang ada manusia seperti dirinya.

Dia iseng menanyakan kenapa dia bisa mendapatkan kelebihannya itu pada ibunya dan ibunya bilang bahwa beliau ngidam film horor. Itu saja. Secara nalar dan ilmiah keduanya jelas tidak nyambung satu sama lain.

Kendati demikian, dia tak mempersalahkan jika dia dikucilkan. Dianggap aneh karena sering ngomong sendiri, tak hanya di tempat sepi, di tempat ramai pun ia sering berjumpa dengan hantu.

Mendadak gadis itu pergi. Padahal Mei ingin tahu kapan gadis itu meninggal dan berbincang seru untuk menemaninya yang kesepian. Saat dia melemparkan pandangan ke arah lain, dia melihat Januari. Cowok pembuat onar sekaligus most wanted-nya SMA Pelita. Entah kenapa Mei tak suka melihat cowok itu. Auranya terasa menyenangkan memang, tetapi tidak untuk teman-temannya. Dia tak suka padanya karena secara tak langsung cowok itu sudah mengusir teman tak kasatmatanya. Hingga membuatnya kembali sendirian.
















Januari VS Mei 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang