Triiinggg....triiiingggg....
Bel sekolah telah berbunyi, pelajaran hari ini telah selesai. Semua murid berhamburan keluar kelas, seperti semut yang keluar dari sarang mereka.Nazla dan afifah berjalan keluar kelas mereka dan menuruni satu persatu anak tangga.
"Hari ini kamu dijemput nggak, Naz?" tanya afifah
"Emm, gak fah. Hari ini bunda lagi nggak bisa jemput katanya mau ketoko kue dulu." jawab nazla
"Hari ini aku bawa motor sih, tapi aku mau mampir ke toko abi ku dulu."
"Yaudah nggak papa, biar aku naik angkot aja, fah."
"Hhm, kalau nggak kamu ikut aku aja dulu ke toko, nanti aku anterin kamu pulang."
"Nggak usah fah, nanti malah ngerepotin kamu. Aku bisa pulang sendiri kok." Nazla menghentikan langkahnya diikuti dengan afifah. Nazla menatap Afifah dengan tersenyum.
Bagi Nazla, Afifah bukan sekedar sahabat, tapi dia juga seperti seorang kakak. Dia sangat perhatian kepada Nazla. Dia bukan hanya berwajah cantik, dia juga gadis yang ramah dan sopan terhadap siapapun.
"Tapi Naz...." ucapan afifah di potong dengan Nazla
"Aku bukan anak kecil lagi, fah." Nazla meletakkan tangan kanannya di bahu afifah. "Aku bisa jaga diri aku kok" lanjut Nazla, Afifah menganggukkan dan tersenyum pada Nazla.
Nazla dan afifah berjalan terpisah melangkah ke tempat tujuan masing-masing.
***
Nazla berdiri di trotoar jalan seorang diri. Tidak, sebenarnya tidak sendiri ada beberapa orang yang berdiri agak jauh dari nazla mereka sama-sama menunggu angkutan umum.Nazla melirik jam tangan yang ia kenakan. "Kenapa angkotnya belum muncul sih. Aarrrgh!" gerutu nazla. Jam telah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Nazla telah berdiri menunggu angkot kurang lebih 30 menit, namun angkot yang ditunggu tak kunjung datang.
Nazla mengeluarkan ponsel dari sakunya. Berharap dapat menghubungi seseorang
Saat Nazla tengah sibuk dengan ponselnya tanpa disadari ada seseorang yang mengendarai motor matic yang menepi di tempat ia berdiri.
"Lagi nunggu angkot?" ucap lelaki itu setelah melepas helm yang dipakai nya.Nazla sedikit terkejut dengan kedatangan lelaki itu. Menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa lelaki itu berbicara kepadanya.
"Ck! Saya nanya sama kamu, bukan sama orang lain" ucap lelaki itu lagi
"I..iya aku lagi nunggu angkot" jawab Nazla dengan gugup sambil menyimpan ponselnya kedalam saku roknya. Nazla terus memperhatikan lelaki itu. "Siapa dia? Apa dia berniat jahat sama aku? Tapi...kayaknya dia satu sekolah sama aku" batin nazla
Lelaki itu menatap Nazla dengan ekspresi yang sulit diartikan, Nazla sungguh takut dengan lelaki yang tidak dikenalnya itu. Nazla mengalihkan pandangannya kearah jalanan berharap angkot yang ditunggu segera datang.
"Mau saya antar?" tanya lelaki itu dengan nada bicara yang sedikit dingin.
"Eh? Nggak usah, kita kan gak kenal." lelaki itu mengikuti arah pandangan Nazla yang terus menerus menatap jalanan.
"Kenapa? Kamu takut? Saya bukan orang jahat, kita bahkan satu sekolah. Kalau udah jam segini, jarang ada angkot yang lewat. Bisa jadi kamu bakal ketemu orang yang lebih menakutkan dari saya." lelaki itu berucap tanpa menatap nazla.
Nazla yang sedari tadi melihat kearah jalan, kini mengalihkan pandangannya menuju lelaki itu. "Sepertinya dia memang bukan orang jahat. Tapi tetap saja aku takut, mana cuek banget lagi, iih!" batin Nazla
"Emm, aku bukan takut. Tapi, aku cuma nggak mau ngerepotin kamu." ucap nazla dengan ragu-ragu
"Dan sayangnya saya nggak ngerasa direpotin." ucap lelaki itu dengan wajah cueknya.
"Yaudah deh, aku terima tawaran kamu. Tapi inget jangan macem-macem!" Lelaki itu tak menjawab ucapan Nazla.
Nazla pun menaiki motor lelaki itu. Tidak, nazla dan lelaki itu tidak duduk terlalu dekat, melainkan ada tas lelaki itu yang menjadi pemisah mereka.
Hening. Ya, itu lah yang terjadi sepanjang perjalanan mereka. Lelaki itu hanya menanyakan alamat rumah Nazla, setelah itu mereka saling diam. Tak ada satupun yang berbicara atau sekedar menanyakan nama.
Motor itu kini berhenti didepan pagar rumah yang berwarna biru. Ya, mereka telah sampai didepan rumah Nazla. Nazla segera turun dari motor lelaki itu dan melepas helm yang ia kenakan.
"Makasih." ucap Nazla dengan singkat sambil memberikan helm ke lelaki itu.
Lelaki itu tak menjawab setelah menerima helm dari nazla, lelaki itu pergi tanpa sepatah katapun.
"Dasar lelaki aneh, cuek banget jadi orang."gerutu Nazla sambil masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum" Nazla mengucap salam sambil masuk kedalam rumah.
Suasana rumah cukup sepi. Dan hal ini sudah biasa Nazla rasakan dalam hari-hari nya
"Waalaikumsalam" terdengar suara wanita paruh baya yang menjawab salam. Wanita itu keluar dari arah ruang belakang. Dia bunda Rumi, bundanya Nazla.
Nazla mencium punggung tangan bunda. Bunda lalu merengkuh pundak Nazla dan mengajaknya duduk di sofa
"Nazla pulang sama siapa?" tanya bunda
Nazla terdiam cukup lama. Dia bingung harus jawab apa.
"Sama temen, bun." jawab nazla
"Temen? Afifah ya?" tanya bunda lagi
Nazla benar-benar bingung harus jawab apa sekarang. "Apa aku jujur aja sama bunda ya? Lagian aku gak ngapa-ngapain sama lelaki itu, bahkan aku gak kenal sama dia. Tapi....bunda pasti gak akan suka dengan jawabanku" batin Nazla
"Nazla, kok diem. Kan bunda tanya sama kamu." Nazla terkejut karena suara bunda yang membuyarkan lamunannya.
"Eh, bukan afifah, bun. Nazla tadi sama temen sekelas nazla yang lain. Soalnya Afifah mau ke toko abinya dulu." Nazla tersenyum kepada bunda. Berharap bunda tidak akan bertanya lagi. "Maaf ya bun Nazla gak jawab dengan jujur." batin nazla
"Ooh. Yaudah Kamu kekamar gih, mandi." ucap bunda sambil mengusap puncak kepalaku yang tertutup jilbab.
"Iya, bun. Nazla kekamar dulu ya."
Nazla bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju kamarnya, meninggalkan bunda yang masih duduk di sofa.
Assalamualaikum teman-teman :-)
Alhamdulillah bisa update cerita lagi...
Gimana dengan part ini? Penasarankah sama lelaki itu?
Kalau penasaran, tetap tunggu ya update ceritanya.heheheMaafkan typo yang bertebaran ya.
Sampai ketemu di part-part berikutnya
Wassalamualaikum:-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Indah Dari-Nya
SpiritualKenangan yang menyakitkan dapat membawa mu kepada luka yang begitu mendalam yang sulit untuk disembuhkan. Namun bukan berarti luka itu tidak akan sembuh bukan? Mereka akan selalu ada untukmu, membantumu menyembuhkan luka itu. Bukan menghapus kenang...