part-7

189 18 2
                                    

Gadis itu mengambil kain yang yang diberikan tadi. Yang membuat lelaki disampingnya tersenyum puas melihatnya.

Tangisnya mulai mereda dan dia memanfaatkan kain itu untuk menghapus air matanya. Tidak. Nazla tidak boleh terlihat lemah. Dia kuat, dia yakin dia kuat. Walau sebenarnya dia rapuh.

Dia tertegun, nafasnya seolah tercekat saat hidungnya menghirup aroma dari kain yang diberikan lelaki itu. Wangi. Bahkan sangat wangi. Namun bukan masalah kain itu terlalu wangi, tapi karena wangi dari kain itu mengingatkan Nazla pada seseorang. Sesorang yang pernah hadir dalam hidupnya, seseorang yang selalu membuatnya merasa nyaman,bahagia dan karena seseorang itu juga Nazla hancur dan terpuruk hingga sekarang.

***
Dibawah rindangnya pohon, diiringi semilir angin yang menyejukkan, dua remaja itu mengisinya dengan keheningan. Tidak ada yang bersuara, tatapan keduanya menuju kearah langit yang membiru. mungkin saja suara angin yang mengisi keheningan mereka.

"Kamu ngapain nangis sendirian disini?" tanya lelaki itu. Sepertinya dia menyerah untuk tetap diam tanpa sepatah katapun. Jujur saat dia melihat gadis itu menangis, dirinya merasakan sakit yang entah berasal dari mana. Tidak tahu apa yang membuatnya merasakan demikian.

"Kamu ngapain masih disini?" gadis itu tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan lelaki itu. Bukannya menjawab dia malah balik bertanya.

"Apa itu jawaban dari pertanyaan saya?" ucapnya dengan santai.

Sungguh ini bukan lelaki yang mengantarnya pulang waktu itu. Wajahnya sama, semua sama tapi kemana sikap dinginnya, dimana kecuekkannya, bahkan Nazla tidak menemukan itu hari ini.

Yang Nazla lihat hari ini, dia adalah seorang yang ramah senyum dan bertutur kata halus. Berbeda. Sungguh berbeda dari yang pertama kali bertemu.

Nazla diam. Dia tidak menjawab ucapan lelaki itu. Tapi, dia menatapnya heran. Heran, kenapa lelaki disampingnya berubah, ekspresinya tidak sedingin saat pertama mereka bertemu.

"Saya tau, saya ganteng. Tapi nggak gitu juga kali natapnya." lelaki tersenyum melirik kearah gadis yang duduk disampingnya.

Nazla yang merasa tertangkap basah sedang menatap lelaki itu, segera menundukkan kepalanya. Menyembunyikan rona wajahnya yang memerah karena malu.

"Kamu lebih baik pergi. Jangan ganggu aku." ucap Nazla galak.

Lelaki itu terkekeh. "Sensitif banget jadi cewek. Jangan-jangan kamu abis diputusin pacar kamu ya? Terus kamu nangis disini."

Pacar?
Dia gila?
Bahkan ini lebih sakit daripada kehilangan pacar!

Nazla yang mendengar itu, menatap lelaki itu dengan tatapan marah. Kesal. Mood nya sedang buruk hari ini, lalu lelaki ini datang dan membuat mood nya semakin buruk.

Tapi Nazla tetap diam, dia tidak meluapkan amarahnya. Tatapan nya berubah menjadi sendu. Dan tentu saja membuat lelaki itu merasa bersalah telah mengatakan hal seperti itu.

"Ma...maaf ya." lelaki itu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

Dia hanya mengangguk lemah. Dan kembali menundukkan kepalanya. Membuat lelaki yang disampingnya menjadi semakin bingung dan merasa bersalah.

Keheningan kembali menemani mereka. Entah karena keduanya merasa canggung atau memang tidak ada bahan pembicaraan.

"Kenalin saya Azka." Lelaki itu mengulurkan tangannya kearah Nazla. Namun tidak mendapat sambutan dari gadis itu. Lalu dia menarik kembali tangannya dan menatap sekitar taman.

Nazla, gadis itu melirik sedikit untuk melihat sosok yang bersamanya sekarang. Bibirnya tertarik keatas, membentuk sebuah senyum yang bahkan Azka tidak bisa melihatnya.

"Aku Nazla."ucap gadis itu. "Maaf. Mungkin mood ku sedang buruk hari ini."lanjutnya.

Azka mengangguk dan tersenyum pada Nazla, yang kemudian membuat Nazla balas tersenyum. Manik mata keduanya saling bertemu. Mereka saling menatap. Tidak lama. Sampai akhirnya Nazla bangkit dari duduknya.

"Maaf, saya harus pergi sekarang." Dia melangkah menjauh dari lelaki itu. Menuju sebuah halte yang ada di dekat taman.

Dan ada apa dengan dirinya?
Dia merasa gugup saat bersama Azka.
Dan jantungnya? Ya tuhan, bahkan jantungnya bekerja diluar batas normal.
Apa ini yang namanya jatuh cinta pandangan pertama? Eh, ralat bukan pertama, tapi ini pertemuan mereka untuk kedua kalinya, bukan?
Tapi mengapa begitu cepat?

***
Azka hanya tersenyum melihat gadis itu perlahan menjauh dan menghilang dari taman. Bibirnya membentuk sebuah senyum. Hatinya menjadi senang hanya bertemu dengan gadis itu.

Pertemuan mereka yang selalu kebetulan dan begitu singkat. Namun nyatanya mampu membuat dia menjadi kepikiran dengan gadis itu. Gadis yang sedikit aneh, mungkin. Ya, aneh, waktu itu saat bertemu dengannya pertama kali, gadis itu terlihat takut saat dia menawarkan tumpangan, nada bicaranya cuek. Tapi hari ini dia melihat gadis itu menangis tersedu-sedu sendirian, dan gadis itu bahkan terlihat gugup saat berbicara dengannya.

Jangan lupakan senyumnya. Senyum yang dia berikan saat hendak pergi. Begitu manis dan terlihat begitu tulus.

"Aargh! Kok jadi mikirin dia?" gumam Azka. Dia mengacak rambutnya sendiri. Merasakan gejolak aneh dalam dirinya.

"Nazla. Namanya Nazla. Nama yang cukup indah, bukan?"

Azka menepuk dahinya. Bagaimana dia bisa lupa. Dia ada janji dengan seseorang hari ini. Namun dia melupakan itu semua karena bertemu Nazla. Gadis yang membuat hatinya menjadi tidak menentu.

Azka segera berdiri dan berjalan menuju kendaraannya, lalu melajukannya dengan kecepatan yang cukup tinggi.
.
.
.
~bersambung~
.
.
.

Hai, hai👋Assalamuaikum😃

Aku hadir kembali teman-teman. Emm, bagaimana dengan part ini? Tunjukkan apresiasi kalian ya. Seperti biasa, melalui vomment kalian semua😊 kritik dan saran nya juga sangat membantu lho.

Oh iya, untuk cover cerita ini aku ganti ya hehehe. Gimana covernya lebih bagus, bukan? Ya, cover yang ini adalah usulan dari sahabat-sahabat aku tersayang.
viviseftiani Ndestri dan @prtw.ajeng
Terimakasih sahabatku.😍😂
Bagi yang berminat untuk berkenalan silahkan. Siapa tau nyaman hahaha😅😄

Selamat membaca

Wassalamualaikum warahmatullah

Rahasia Indah Dari-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang