part-15

123 15 8
                                    

"Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin ALLAH; dan sesiapa yang beriman kepada ALLAH, ALLAH akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu..." {Surah At-Tagaabun:11}

***
"Nazla...." Seorang gadis masuk keruang rawat Nazla dengan tergesa-gesa. Memakai seragam putih abu dengan hijab syar'i yang setia ia kenakan.

"Afifah?" Nazla membelalakan matanya melihat sahabatnya yang kini terlihat begitu tak karuan. Hijabnya sudah tidak rapih lagi.

Afifah menghambur memeluk Nazla yang masih diam mematung. Siapa yang memberi tahu Afifah bahwa Nazla dirumah sakit? Nazla bahkan telah memohon pada orang orang yang menemaninya kemarin, untuk tidak memberi tahu Afifah tentang keadaannya.

"Kenapa, Naz? Kenapa kamu nggak kasih tau aku?" tetes air mata mulai turun membasahi pipi putih Afifah yang masih memeluk tubuh Nazla dengan erat.

"Afifah, kenapa kamu nggak kesekolah? Kenapa kamu kesini?"

Nazla menghela napas, dan melepas peluk Afifah. Sungguh gadis itu tidak ingin menangis lagi, bukan tidak sedih, hanya saja merasa lelah menangisi keadaan yang tak berubah dengan tangisnya dan penyesalan.

"Enggak, Naz. Aku mau di sini. Aku baru tau kabar ini dari Hasan tadi pagi disekolah." Afifah menautkan jemari tangannya dengan jemari tangan Nazla.

"Hasan kasih tau kamu, Fah?" Nazla menautkan kedua alisnya. Kenapa Hasan memberitahu Afifah, padahal Nazla sudah memintanya untuk bungkam pada siapapun.

"Aku yang paksa dia buat kasih tau. Kenapa kamu nggak mau aku tau hal ini, Naz?" Nazla tersenyum simpul. Setengah mati dia menahan air mata agar tidak luruh.

"Apa aku harus berbagi kesedihan sama kamu, Fah? Aku rasa itu nggak baik. Aku nggak mau kamu juga sedih, dan aku tau kamu bakal nangis kayak gini." Tangan Nazla menghapus air mata yang tersisa di pipi Afifah dengan lembut.

"Aku baik-baik aja, Fah. Tolong jangan nangis ya. Udah sering aku libatin kamu dalam kesedihan aku, Fah."

"Aku sahabat kamu kan, Naz? Bahkan aku nganggep kamu kayak sodara aku sendiri. Terus kenapa nggak bisa berbagi?" mata sendu Afifah menatap Nazla penuh makna.

Dengan tiba tiba Nazla memeluk Afifah dengan erat. Bahunya mulai bergetar samar. Pertahanannya runtuh seketika. Dia menangis, tidak kuasa lagi menahan kesedihannya. Afifah membalas peluk Nazla. Dia menyadari bahwa Nazla menangis. Dia bisa merasakan bagaimana yang hati Nazla rasakan.

"Kamu bisa cerita sama aku, Naz. Aku bakal setia mendengar cerita kamu."ucap Afifah iba.

"Ayah ku Fah... Ayah koma. Aku denger dokter bilang gitu sama bunda hiks hiks hiks."

"Aku takut hiks hiks, takut ayah pergi ninggalin aku sama kayak mas Irfan dulu hiks hiks." ucap Nazla tersengal-sengal karena isak tangisnya.

"Ayah kamu bakal baik-baik aja. Kamu harus yakin sama Allah. Kita harus banyak-banyak berdo'a, mendekat dan memohon sama Allah. Cuma Dia yang bisa sembuhin ayah kamu, Naz." ucap Afifah mencoba menenangkan.

"Aku malu, Fah. Malu untuk berdoa, disaat aku udah meragukan Allah begitu lama. Aku malu sama Allah. Mungkin Allah nggak akan ampunin aku lagi, Fah." Afifah melepaskan pelukan Nazla dan memegang bahu Nazla dengan erat. Nazla hanya menundukkan kepalanya.

"Allah maha pengampun, Naz. Dia mendengar setiap doa hamba-Nya, bahkan yang nggak kamu ucapin sekalipun Dia tau, Naz."

"Mungkin ini jalan kamu buat kembali mendekat sama Allah. Ini hidayah bagi kamu."Afifah mengangkat dagu Nazla dengan perlahan. Dia bisa melihat kesedihan dan penyesalan dari sorot mata sahabatnya. Tangannya menghapus air mata itu dengan penuh kasih sayang.

Rahasia Indah Dari-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang