Part-3

281 27 4
                                    

***

Nazla berjalan menuju kamarnya,  meninggalkan bunda yang masih terduduk di sofa ruang tamu.

Nazla masuk kekamar dan menaruh tas sekolahku di meja belajar kesayanganku lalu bergegas untuk mandi menyegarkan badan yang telah lelah menjalani aktivitas hari ini.

Tak perlu waktu yang lama, Nazla pun telah selesai membersihkan diri, memakai pakaian khas rumahan yang biasa dipakai.

Hijab? Oh tidak, Nazla bukan seseorang yang menggunakan hijab dalam segala aktivitas. Baginya pergi sekolah dengan hijab saja itu sudah cukup, diluar sekolah ia rasa tidak perlu memakainya. Yah, walaupun orangtua dan kakak nya sering menasehatinya untuk istiqomah menggunakan hijab. Tapi Nazla selalu merasa belum siap untuk itu.

Langit telah beranjak gelap. Awan hitam perlahan datang menyelimuti langit dan membawa kesunyian bersama datangnya kegelapan.

Nazla terduduk di depan meja belajar, sambil menatap sebuah figura yang menampilkan foto dua orang perempuan dan satu lelaki. Orang-orang dalam foto itu terlihat sangat bahagia, terlukis senyum indah di wajah mereka. Ya, itu adalah foto Nazla bersama kedua kakaknya saat sedang berlibur. Nazla sangat merindukan saat-saat itu.

Mata Nazla terus menatap foto itu, hingga tanpa terasa airmata turun membasahi pipi. Kesedihan selalu Nazla rasakan. Ia menikmati rasa perihnya kehilangan, mencoba merelakan kepergiannya, namun hati nya menolak.

Ditengah tangis nya yang tanpa suara, tiba-tiba ada orang yang memeluknya dari belakang. Nazla terkejut dengan pelukan yang ia berikan

"Mb..mbak?" ucap nazla sambil menolehkan kan kepala sedikit. Suara gadis itu terdengar sedikit serak. Pasti ini karena dia menangis.

"Kamu baik-baik aja, dek?" suaranya begitu lembut terdengar jelas di telinga Nazla. Dia adalah kakak kedua Nazla, namanya Naira adreena saila. Dia kini tengah melanjutkan pendidikannya sebagai seoarang dokter di sebuah universitas negeri di kota yang mereka tempati.

"Aku baik-baik aja kok, mba." Nazla mengusap air mata yang membasahi pipiku sejak tadi dengan kedua tangannya.

Mbak Naira, begitu lah sapaan Nazla untuk gadis itu.

Gadis itu, Naira. Kini melepaskan pelukannya dan menarik sebuah kursi yang tak jauh dari Nazla meletakkannya di samping kursi Nazla untuk ia duduki.

"Terus kenapa kamu menangis? Lagi ada masalah?"ucap naira sambil mengusap rambut nazla.

"Nazla nggak kenapa-kenapa kok, mba." nazla menghadapkan dirinya pada Naira. "Mba kapan dateng, kok gak telpon aku dulu?" ucap nazla mengalihkan pembicaraan.

"Mba baru aja sampek, langsung nyariin kamu. Mba mau bikin kejutan buat kamu, maka nya mba gak bilang kalok mba mau pulang."

Naira menarik hidung adik kesayangannya yang masih merah karena tangisnya tadi.

"Aaw..mba apaan sih narik hidungku, kan sakit mba" Nazla mengercutkan bibirnya dan mengusap hidungnya yang terasa sakit akibat tangan naira yang jahil.

Nazla beranjak dari kursi yang ia duduki dan beralih duduk di tepi tempat tidurnya.

"Yaaa, jadi ngambek nih sama mba?"

Naira terkekeh melihat tingkah adik kesayangnya. Dia menghampiri nazla dan duduk disamping adiknya.

"Mba kangen sama Nazla" ucap naira seraya memeluk nazla.

"Nazla juga kangen sama mba, sama mas....." Nazla memilih tak melanjutkan ucapannya dan memeluk naira dengan erat.

"Mba juga kangen sama dia, naz. Kita cuma bisa berdo'a aja sama Allah, semoga dia ditempatkan ditempat terindah disisi Allah" ucap naira.

Rahasia Indah Dari-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang