***
Sang mentari pagi telah menunjukkan dirinya. Ia bersinar cerah seperti hari-hari yang lalu memberi udara hangat bagi siapapun.Jam menunjukkan pukul 07.00 WIB. Dan gadis itu belum bangun dari tidurnya. Gadis itu adalah nazla, sehabis sholat subuh tadi ia kembali tertidur pulas. Gadis manja. Ya, kurang lebih begitu. Usianya kini telah 17 tahun, tentu itu usia yang bukan anak-anak lagi. Bahkan dia kini telah duduk di kelas 3 SMA dan akan segera lulus dari sana.
Tookkk... Tookk.. Tookk
Naira mengetuk pintu kamar nazla.
"Nazla, kamu udah bangun? " seru naira sambil mengetuk pintu kamar nazla.Nihil, tak ada jawaban dari orang yang ia panggil sejak tadi. Akhirnya, naira memutuskan untuk membuka pintu itu langsung dan untung saja sang pemilik kamar itu tak menguncinya.
Naira menggelengkan kepalanya melihat nazla yang masih tertidur pulas. Ia melangkah mendekati nazla.
"Nazla, bangun. Ini udah siang."ucap naira sambil menepuk-nepuk pipi adiknya.
"Heem, mba apaan sih ganggu aja" ucap nazla tanpa membuka matanya, ia malah menarik kembali selimut nya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Ini udah siang, nazla. Ayo bangun."
Naira merasa kesal dengan tingkah adiknya, ia menarik paksa selimut yang dikenakan nazla.
"Ah, mba apaan sih! Aku masih ngantuk mba." Nazla membuka matanya, dan menatap naira dengan wajah kesal.
"Kamu itu perempuan, masa jam segini masih tidur. Ayo bangun dan lekas mandi. Kita sarapan bareng di bawah."perintah naira
Nazla tak menjawab lagi ucapan kakaknya. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan langsung masuk ke kamar mandi yang berada di pojok kamarnya.
Gadis itu menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan. Tingkah nazla benar-benar seperti bocah yang mengesalkan, tapi naira sangat menyayanginya.
Naira pergi meninggalkan kamar itu dan menuju ke dapur untuk membantu bundanya menyiapkan sarapan.
***
"Adikmu sudah bangun nai?" tanya bunda saat naira baru datang di dapur."Tadinya belum bangun bun. Tapi nai paksa buat bangun." ucap naira sambil membantu bunda merapihkan makanan di meja.
Bunda terkekeh mendengar ucapan naira. Bagi bunda itu adalah hal biasa. Bahkan bukan hanya waktu libur saja nazla bangun siang, tapi hari-hari sekolah pun nazla kadang seperti itu. Untung saja nazla memiliki bunda yang penyabar.
"Adikmu memang begitu, susah kalau suruh bangun." ucap ayah yang baru datang dan menarik kursi untuk ia duduk.
"Iya yah, nai aja kesel bangunin dia." naira memasang wajah kesal saat mengingat kejadian tadi. Nazla memang benar-benar menguji kesabaran naira.
"Waaah, aroma masakannya bikin aku laper" seru nazla dan langsung duduk dikursi samping ayahnya.
Mereka yang melihat nazla hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka. Nazla memang sering mengesalkan mereka, tapi kasih sayang di dalam keluarga itu begitu besar untuk nazla.
"Wangi ya masakannya?" tanya naira pada nazla sambil duduk di samping nazla.
Bunda menarik kursi yang ada di hadapan nazla untuk ia duduki.
"Iya mba, wangi nya menggoda, apalagi rasa nya hehehe. Bunda memang the best" ucap nazla dengan semangat dan mengacungkan kedua jempolnya.
Bunda hanya tersenyum mendengar percakapan mereka.
"Masakan bunda kan memang yang paling enak" ucap ayah sambil mengelus puncak kepala nazla.
"Hehehe, iya yah. Nai aja kalau lagi di kost'an suka kangen sama masakan bunda." ucap naira
"Lagi godain bunda nih jadi? Terus kapan mau sarapannya kalau ngobrol terus?" kata bunda sambil menyendokkan nasi ke piring ayah.
"Yaudah, kita sarapan dulu ya." ucap ayah.
Suasana sarapan terasa menyenangkan, sesekali mereka saling bercanda. "Andai saja ada dia disini, pasti akan lebih menyenangkan"batin naira.
***
Sarapan telah selesai, bunda dan naira merapihkan dapur sedangkan ayah dan nazla pergi ke ruang tamu."Ayah hari ini nggak kemana-mana?"tanya nazla
"Hari ini ayah mau ke toko ustad malik, nak. Ada hal penting tentang pekerjaan yang harus kami bicarakan." jawab ayah. Nazla hanya menganggukkan kepala mendengar jawaban dari ayah.
"Nazla mau ikut ayah?" tanya ayah sambil mengambil koran yang terletak di atas meja.
"Nggak ah, yah. Nazla mau jalan-jalan sama mba naira"
"Kemana?"
"Nazla nggak tau, yah."
"Nai sama nazla mau ke mall yah, ada yang mau nai beli." ucap naira yang baru dari dapur bersama bunda.
"Oh ya sudah. Tapi ingat jangan terlalu sore pulangnya"
"Siap yah." ucap nazla dan memeluk ayahnya.
"Ya sudah, kita siap-siap yuk Naz." ajak naira
Nazla langsung berdiri menuruti kakaknya. Mereka berdua pergi ke kamar mereka masing-masing.
Bunda dan ayah masih duduk, menatap nazla dan naira dari yang semakin menjauh.
"Anak-anak kita sudah besar ya, bun?" ayah melipat korannya dan menaruhnya di meja.
"Iya yah. Bunda seneng lihat mereka bisa bersama dan saling menyayangi" ucap bunda diiringi dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
***
Nazla keluar dari kamarnya dan telah siap untuk berangkat.Dia berniat menunggu kakaknya yang masih belum keluar dari kamar. Di ruang tamu ayah dan bunda masih duduk disana sedang berbincang dan naira menghampiri mereka.
"Nazla, mau pergi pake baju seperti itu?" ucap ayah, saat nazla telah berada didekat mereka.
Ayah menatap Nazla dengan seksama.
"Emang kenapa yah? Ada yang aneh ya, yah?" nazla menatap ayahnya dengan wajah bingung.
Sang ayah menghembuskan nafas dengan halus.
"Kenapa gak pakai hijab, nak?" ayah berucap dengan halus namun tetap bijak.
"Gerah yah." ucap nazla singkat. Dia memilih untuk duduk di sofa sebelah ayahnya.
"Kamu sudah baligh, nak. Kamu akan berdosa kalau kamu mengumbar aurat."
"Iya, nak. Gantilah pakaian kamu dan pakai hijab ya. Karena itu adalah kewajiban seorang wanita muslim." bunda berucap dengan lembut
"Tapi yah, bun.." belum selesai nazla berucap, namun ayahnya memotong nya.
"Apa nazla mau kalau ayah masuk neraka, karena kamu mengumbar auratmu?" ayah menatap nazla dengan lekat.
Nazla hanya diam mendengar setiap kata yang diucapkan orang tuanya. Bukan hanya sekali mereka mengatakan hal seperti itu pada nazla bahkan hampir setiap hari mungkin.
"Kamu tau nak, jika kamu keluar rumah atau berpergian tanpa menutup aurat mu dan tidak memakai hijab, maka sama saja kamu menarik ayah untuk masuk neraka" ayah berucap sambil mengusap rambut nazla.
"Tapi yah..."
Lagi-lagi ucapannya terpotong. Kali ini bunda yang menyangkalnya.
"Nazla, turuti yang kami katakan. Nggak baik membantah ucapan orang tua" nada suara bunda sedikit meninggi. Hal ini membuat nazla tak mampu berkata-kata atau pun menjawab ucapan orang tua nya.
Nazla pergi ke kamar nya dengan wajah kesal.
"Ayah sama bunda selalu aja nyuruh pakai hijab, bentar-bentar hijab, bentar-bentar aurat. Selalu itu. Arrrgh!"rutuk nazla dalam hati dan terus melangkah masuk ke kamar nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Indah Dari-Nya
SpiritualKenangan yang menyakitkan dapat membawa mu kepada luka yang begitu mendalam yang sulit untuk disembuhkan. Namun bukan berarti luka itu tidak akan sembuh bukan? Mereka akan selalu ada untukmu, membantumu menyembuhkan luka itu. Bukan menghapus kenang...