part-12

142 12 4
                                    

Hati ibarat kaca. Dan saat ini kaca itu telah retak, pecah berkeping-keping. Bisakah utuh kembali seperti sediakala?

***
Cuaca hari ini sangat terik. Panas. Sepulang sekolah hasan mengajak Nazla untuk mampir ke cafe langganan mereka. Ya langganan, karena mereka memang sering datang ke cafe ini untuk memakan es krim.

Seperti hari ini, mereka duduk di bangku dekat jendela, ditempat yang tidak begitu dekat dengan orang, walaupun cafe hari ini cukup ramai tapi masih ada tempat yang lumayan jauh dari meja lain.

Hasan dan Nazla asik memakan es krim masing masing. Hasan memilih rasa coklat, sedangkan Nazla memilih rasa vanila. Ya, vanila adalah rasa kesukaan Nazla. Rasa nya tidak bisa dijelaskan(kalau mau coba sendiri hehehe)

"Hasan.." panggil Nazla. Dari tadi gadis itu mencoba menahan dirinya untuk berbicara dengan Hasan. Tapi batin nya selalu memberontak, memaksa dia untuk berbicara.

"Iya." Hasan masih sibuk menyuap es krim kedalam mulutnya.

"Emm, abis lulus kamu mau lanjut kemana?"

"Uuhukk uuhuuuk.." Hasan tersedak es krim yang di makan nya karena pertanyaan Nazla. Gadis itu tidak perlu tahu sekarang karena Hasan harus mempertimbangkan keinginannya dulu. Tapi bagaimana, dan dia harus menjawab apa pada gadis di depan nya?

"Makan es krim aja keselek gitu san, kayak anak kecil aja." omel Nazla.

Hasan tersenyum hambar pada Nazla. Hatinya kalut harus menjawab apa. Mau lanjut kemana?

"San, kamu nggak harus ada di deket aku, ngejagaan aku. Aku bisa jaga diri aku. Lebih baik kamu kejar cita-cita kamu."

"Naz..." Hasan menatap Nazla, baru saja dia hendak melanjutkan ucapnya, dengan cekatan Nazla memotong.

"Jangan terkungkung sama janji kamu, terus kamu nggak bisa kejar impian kamu." Nazla menghela napas sebelum melanjutkan bicaranya. "Mas irfan bakal tau posisi kamu saat ini. Aku baik-baik aja, San."

"Apa kabar sama hati kamu? Udah baik juga?" Nazla tercengang mendengar ucapan Hasan.

Hati aku? Rasanya masih kayak dulu. Perih. Ibarat kaca hati ini udah pecah berkeping-keping.

"Nazla, berenti pura-pura ceria di depan aku. Aku tau apa yang kamu rasain. Kamu nggak bisa gini terus. Terpuruk sama masa lalu kamu. Berhenti Nazla. Jadi Nazla yang dulu, Nazla yang ceria, bukan Nazla yang hidup dengan kepura-puraannya." Hasan masih mencoba tenang. Tapi tidak dengan Nazla. Matanya mulai berkaca-kaca. Apa perkataan Hasan melukai gadis itu?

"Jangan bahas ini lagi, San. Kalian nggak ngerti apa yang aku rasain. Kalian cuma bisa bilang aku harus ikhlas ngelepasin mas irfan. Tapi kalian nggak pernah ngertiin hati aku."

Yap. Gagal! Nazla gagal membendung air matanya. Kini air mata itu telah mengalir membasahi pipi gadis itu dan dia menunduk memejamkan matanya menahan perih yang dia rasakan dalam hatinya.

"Kita keluarga Naz, bukan cuma kamu yang ngerasa kehilangan tapi semua orang. Ayah dan bunda kamu, mba Naira, aku, dan yang lain sama sama terluka. Tapi kami berusaha tegar Naz."

Memori kelam Nazla seolah memutar kembali, menampilkan kejadian menyedihkan dan mengerikan dalam hidupnya.

Ciiiittttttttt Bruuuukkkkkkkk

Allahu akbar!

Lelaki dengan kemeja biru tertabrak sebuah mobil sangat kuat. Tubuhnya terlempar cukup jauh dan terkapar di jalanan.

Darah segar mengalir dari kepala lelaki itu. Sedang di sana, gadis yang menunggunya tadi berdiri mematung menyaksikan kejadian itu. Cukup jelas dia melihat kejadian mengerikan.

Rahasia Indah Dari-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang