part-10

163 12 4
                                    

***
Nazla jalan sedikit terburu-buru. Jam istirahat telah berakhir 5 menit yang lalu. Sudah tentu dia terlambat masuk kelas hari ini. Seorang Nazla terlambat masuk kelas? Wah ini baru pertama kali untuknya. Selama dia sekolah disini, dia bahkan tidak pernah terlambat untuk masuk jam pelajaran.

Nazla makin mempercepat langkahnya. "Aaargh! Pasti udah ada guru dikelas. Nazla, kenapa jadi gini sih." Nazla merutuk dalam hati.

Pelajaran ekonomi, dia telat di jam pelajaran itu. Yah, setidaknya dia sedikit lega karena guru mata pelajaran ini bukan guru yang killer.

"Assalamualaikum." ucap Nazla ketika memasuki kelas dan mendapati gurunya sedang duduk di kursi paling depan. Tempat khusus bagi guru.

"Waalaikumsalam warahmatullah." balas guru cantik itu. Nama guru itu Aila Varisha, dan para murid biasa memanggilnya ibu varisha/ibu risha. Bisa dibilang dia salah satu guru muda disekolah, dia memiliki perangai yang baik dan seorang wanita muslimah yang taat beribadah insya Allah.

"Mmm, maaf bu saya telat."

"Iya, nggak apa-apa."ucap guru itu sambil tersenyum "Habis dari perpustakaankah?" tanya ibu risha, raut wajahnya sangat bersahabat. Ramah. Andai saja semua guru seperti itu.

"Iya bu, abis pinjem beberapa buku."

"Ya sudah, silahkan duduk Nazla.

Nazla tersenyum dan berjalan menuju tempat duduknya yang berada di barisan nomor dua, cukup dekat dengan meja guru.

"Tumben telat Naz?" Afifah bertanya sedikit berbisik, saat Nazla telah duduk di dekat nya.

"Entahlah. Aku keasikan baca kayaknya." jawab Nazla sekenanya. Tidak mungkin dia cerita pada Afifah bahwa dia telat karena dari kantin. Dan bersama lelaki? Pasti Afifah akan terkejut mendengar ceritanya. Aaah tidak! Sebaiknya jangan ceritakan hal itu. Atau nanti Afifah akan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

"Tadi Hasan nyariin kamu, Naz."
Afifah berbicara sambil tangannya menyalin catatan yang ada di papan tulis.

"Nyariin aku? Itu mah alibi dia, padahal kan mau ketemu sama kamu, Fah." Afifah menghentikan aktifitas menulisnya dan menatap Nazla kesal. Eeh, lebih tepatnya terkejut.

"Buat apa dia nyariin aku Naz? Kamu ngaco!"

***
Bebaaaaaas. Pak budi tidak hadir, 4 jam pelajaran akan kosong. Murid dikelas XII IPA 2 nampak begitu senang dengan hal ini. Ya, siapa yang tidak senang dengan jam kosong, mungkin hanya untuk orang tertentu saja yang tidak menyukainya.

"Kamu sehat, ka?" Hasan mentap Azka penuh heran, temannya itu seperti orang yang stress senyum-senyum tidak jelas.

"Rasanya bahkan jauh lebih sehat, san."

"Waaah, kayaknya dia abis nembak cewek dan diterima" celetuk lelaki dengan gigi ginsulnya, Aldo. "Atau.... Kamu balikan sama cewek itu ya, ka?!" Aldo berkata cukup histeris, sehingga membuat teman teman yang ada di dekatnya menatap dengan tajam padanya.

"Bener, ka? Waaah gila kamu! Katanya mau berubah tapi masih pacaran juga."Cibir Galih.

"Kalian apaan sih! Pada sok tau. Saya nggak pacaran!" Azka nampak geram terhadap ucapan dari sahabat sahabatnya itu. Ya, Azka, hasan, Aldo dan galih adalah sahabat. Mereka itu seperti kumpulan lelaki tampan yang banyak digemari kaum hawa di SMA N Nusa Bangsa.

"Bener, ka?" Hasan yang dari tadi hanya menyimak ucapan itu, kini angkat bicara. Di antara mereka berempat memang hasan lah yang paling pendiam.

"Ck! Kamu percaya aja sama makhluk astral kayak mereka, San." ucapan Azka barusan mendapat tatapan tajam dari Aldo dan galih yang menghunus dirinya.

"Jadi?"

"Aku ketemu cewek... Dan dia..dia...aaargh!nggak tau ah susah jelasinnya." Azka mengacak rambut nya frustasi.

"Dia kenapa? Cantik? Terus kamu tergoda untuk pacaran lagi?" tanya Hasan bertubi-tubi namun tanpa amarah.

"Kalian do'a in aja biar saya jadi lebih baik, jadi saya nggak pacaran lagi."

Hasan menggelengkan kepalanya sejenak. "Jangan cuma bilang 'doain saya ya supaya jadi lebih baik' tapi kamu nggak mau usaha, semua akan jadi angan." ucap hasan santai, sahabatnya hanya diam mendengarkan ucapan lelaki itu.

"Allah swt. Berfirman, yang artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q. S Ar-rad : 11)

"Jadi, semua juga butuh usaha. Bukan cuma omongan aja. Kamu tau kan, seburuk apapun masa lalu seseorang dia berhak untuk berubah jadi lebih baik." Mereka salut pada hasan. Lelaki ini tidak memilih-milih teman, seburuk apapun temannya dia tetap berbuat baik pada mereka, tidak membenci.

"Kamu orang baik, San. Kamu sholeh, rajin ibadah tapi temenan sama saya...yang bahkan sholat pun jarang." Azka tersenyum miring.

"Yaelah, ka. Kamu sahabat saya, dan....saya akan bantu kamu kalok kamu memang bener bener mau berubah."

"Waaah, jadi sahabat kamu cuma Azka ya, San?" ucap galih dengan gaya sok tengil.

"Duuuh, udah lah jangan jadi dramatis gini.. Alay! Kayak anak cewek!" desis Galih.

"Mmm, jadi cewek itu siapa?"

"Salsabila nadhifa!" ucap Galih datar. Sontak membuat Azka menatap nya tajam, layaknya sebuah mangsa yang siap untuk diterkam.

Nama wanita itu, haaaah! Azka tidak suka mendengarnya lagi.

"Bisa diem nggak!"

Untung suasana kelas hari ini tidak hening, jadi suara Azka yang bervolume tinggi tidak terlalu diperhatikan teman teman yang lain. Mereka sedang sibuk dengan aktivitas mereka sendiri, ada yang ngerumpi, main games dihanphone masing-masing, nonton film di laptop, dan masih banyak lagi kelakuan mereka mengisi jam kosong ini.

"Jangan emosi." Hasan menepuk pundak Azka pelan. "Cepet cerita, jangan buat penasaran."

"Gak selera! Saya mau keluar." Azka berdiri dan keluar kelas meninggalkan sahabat-sahabat nya yang menatap punggung lelaki itu dengan wajah lelah.

"Duuh, saya salah ya?" Galih mengacak rambutnya frustasi. Ya, pasti karena dia menyebut nama perempuan itu tadi. Tapi cuma nama kenapa jadi bikin nggak enak suasana.

"Udah nggak apa-apa, galih. Tapi lain kali jangan diulang lagi."

"Iya, mungkin Azka masih emosi dengan orang itu." timpal Aldo

"Kayaknya dia marah, apa saya kejer dia?"

"Kasih waktu dia buat sendiri dulu, buat tenangin diri. Nanti juga bakal balik lagi."

"Tau kamu, Lih. Kayak film romantis aja pake kejar-kejar pacarnya yang lagi ngambek." Hasan dan Aldo terkekeh, sedangkan galih hanya memutar bola matanya malas.

Dalam lubuk hati galih, dia merasa sangat bersalah karena ucapannya tadi. Tapi ya sudah lah, semua sudah terjadi dan waktu tidak bisa diputar kembali. Anggap saja ini adalah sebuah pelajaran bagi galih, dan mungkin bagi yang lainnya juga agar bisa berfikir dahulu sebelum berbicara.

Kita tidak tahu bagaimana perasaan orang lain, mungkin diri kita menganggap ucapan itu tidak jadi masalah, tapi bagi orang lain justru menyakitkan. Mungkin bagi diri kita masalahnya sangat sepele tapi bagi orang lain justru masalah itu begitu berat. Kita tidak penah tahu bukan? Jadi berhati-hatilah! Sekalipun dia orang yang dekat dengan kita, sahabat kita sendiri, kita tidak akan sepenuhnya memahami mereka.
.
.
.
Bersambung
.
.
.

Maaf update terlambat. Ada beberapa halangan minggu kemarin. Lagi fokus ke masa depan, caelaaah...hohoho😅

Rahasia Indah Dari-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang