"Bisakah aku menjadi tempat setia mu untuk berbagi? Kamu hancur karena kepergiannya, sedang aku hancur karena keterpurukanmu dan kepergiannya. Ini lebih berat."
~Naira adreena saila~
***
Naira melangkah meninggalkan Nazla yang masih setia menatap kepergiannya.
Langkah kakinya begitu berat. Ia enggan untuk pergi meninggalkan Nazla yang masih dalam kesedihannya.
Naira begitu terpukul dengan keadaan ini.
Langkah Naira terhenti di depan sebuah mobil berwarna silver. Ia segera meraih kunci mobil yang didalam tas selempangnya.
Naira mulai membuka pintu mobil dan masuk kedalam.
Naira menangis didalam mobil. Hatinya begitu perih. Luka yang ia kubur kembali terbuka. Rasa sakit yang telah lama ia pendam kembali ia rasakan hari ini.
Tidak. Naira tidak menyesali kepergian itu. Naira telah belajar untuk mengikhlaskan nya. Naira hanya sedih karena Nazla yang masih tersakiti karena kepergian itu.
Naira merasa bahwa dia tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk Nazla. Bahkan Nazla pun sangat tertutup terhadap Naira.
"Apa mba nggak berarti untuk kamu? Sampai kamu nggak bisa lupain dia? Apa mba nggak membuat kamu nyaman?" ucap Naira lirih dalam tangisnya.
"Aku yang disini setia mendengar semua cerita hati kamu, tapi kenapa kamu seolah nggak menganggap aku berharga untuk kamu. Aku rindu kamu yang dulu, Naz. Kembalilah."
***
Gadis itu masih setia duduk di bangku bercat putih itu. Memandang punggung seseorang yang semakin menjauh dan menghilang.
Dia menutup wajah dengan kedua tangannya.
Selalu saja begini. Hari-harinya selalu ada kesedihan. Kesedihan tentang kenangan yang penuh luka yang sulit untuk dilupakan.
Meski didepan orang dia bisa terlihat bahagia, tersenyum dan tertawa. Namun hatinya tidak demikian. Luka itu masih bersarang disana.
Gadis itu melepaskan tangannya dari wajah. Dia menatap sebuah pohon rindang yang tak jauh dari tempatnya duduk.
Dia bangun dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju pohon itu. Duduk dibawah rindangnya pohon, melindungi diri dari sinar matahari yang cukup panas.
Tangannya meraih selembar foto yang ada ditasnya. Foto seorang pria yang mengenakan baju berwarna hijau. Dengan senyum manis yang ada di wajahnya. Tampan. Ya kurang lebih begitu.
Ya. Dia memang selalu membawa foto lelaki itu kemanapun dia pergi. Dia tidak bisa melupakan lelaki itu. Bagaimana bisa dia melupakan seseorang yang selalu membuatnya bahagia dan merasa nyaman.
Nazla, gadis itu tersenyum kecut memandangi foto lelaki yang ia pegang.
"Kamu apa kabar? Aku kangen sama kamu. Aku benci keadaan ini. Aku benci kepergian kamu."
Nazla berbicara dengan foto itu. Suara nya cukup parau.Gila. Ya mungkin begitu. Ia gila karena hatinya belum bisa menerima kepergian orang terkasih.
Gadis itu duduk memeluk kedua kakinya dengan erat dan menundukkan kepalanya dalam.
Menangis? Ya, dia menangis. Air mata yang selalu setia menemani hari nya, mengalir deras di pipi gadis itu.
Kisah-kisah yang dulu pernah ia alami seolah terputar kembali. Sakit, perih. Begitu lah yang dia rasa.
Gadis itu masih menangis dengan posisi yang sama. Dia tidak sadar bahwa ada yang memperhatikannya dari kejauhan.
"Kamu bohong! Kamu jahat! Kamu ingkari janji kamu. Sekarang kamu pergi. Dan aku terluka karna kepergian kamu. Aku benci. Benci sama keadaan ini. Semua nggak adil untuk aku." gadis itu berbicara dalam hati.
"Kamu baik-baik aja?" Terdengar suara seseorang dari hadapan gadis itu.
Gadis itu terkejut mendengar suara yang seseorang. Tangisnya berhenti sesaat. Secepat mungkin dia mendongakkan kepalanya. Menatap seseorang yang berdiri di depannya.
Mata mereka saling bertemu. Hingga akhirnya nazla tersadar dan menundukkan kepalanya.
Orang yang ada di depannya mengernyitkan dahi dan terus menatap dirinya.
"Kayaknya kita pernah ketemu?." ucap lelaki itu.
Nazla mencoba menghapus air mata di pipinya dengan kedua telapak tangan. Dia masih tidak menatap lelaki itu. Malu. Iya, dia merasa malu, pasti wajahnya sangat kacau karena habis menangis. Dia yakin akan hal itu.
Dalam isak tangisnya, Nazla mencoba mengingat siapa soaok yang ada dihadapannya sekarang. Dan, ya, dia ingat itu adalah lelaki es yang mengantarnya pulang kemarin.
"Oh iya, aku ingat. Kamu yang waktu itu, bukan?" ucap lelaki itu lagi.
Nazla tak bergeming. Dia tetap diam menundukkan kepalanya.
Lelaki itu lalu mendekat. Dia duduk di dekat Nazla. Tidak. Tidak terlalu dekat. Dia menyisakan jarak cukup jauh dari Nazla.
Kemudian dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar kain berwarna biru muda dari sana.
"Ini." lelaki itu mengulurkan tangannya memberikan kain itu pada Nazla.
Nazla mengangkat kepalanya menatap kain yang ada ditangan lelaki itu.
"Hapus air mata kamu. Nggak enak liatnya."lelaki itu berucap tanpa menatap Nazla. Namun ada yang berbeda dari lelaki ini. Dan Nazla merasakan itu. Apalagi kalau bukan wajah cuek dan dinginya lelaki itu, tapi dia tidak menemukan hal itu sekarang.
"Aku nggak butuh itu." ucap Nazla singkat dan suara agak serak.
"Hobi banget nolak kebaikan orang. Apa perlu saya yang elapin?" lelaki itu berucap datar.
Mata Nazla membelalak mendengar ucapan lelaki itu. Menatap lelaki itu dengan tatapan tajam. Lelaki yang aneh bagi Nazla. "Apa dia nggak sadar apa yang dia ucap barusan? Lelaki aneh! Sok peduli. Nazla merutuk dalam hati sambil menatap lelaki itu dengan tatapan tajam. Sedang, orang yang dilihatnya terus menatap ke tempat lain, tidak melirik Nazla sedikitpun. Ya, mana mungkin Nazla berani natap dia kalau dia juga lagi natap ke arahnya. Dia bahkan tidak kenal dengan lelaki disampingnya. Hanya suatu kebetulan yang membuat mereka bertemu. Atau mungkin TAKDIR.
.
.
.
Bersambung
.
.
.Hai😉😀 assalamualaikum teman- teman.
Maaf baru update. Pada nunggu ya? Apaan sih aku jadi geer gini😂. Gak ada yang nunggu padahal. Nunggu apaan hayo? Hehe nunggu cerita nya, masa nunggu aku😊 wkwkw😁
Part ini kesannya gimana? Jelek ya ceritanya? 😥😭 maaf ya. Aku masih pemula soalnya. Insyaallah, next part bakal lebih baik dan menarik lagi ceritanya.
So, jangan bosen bacanya ya. Dan jangan bosen nunggu nya. Nunggu? Bukan nunggu aku kok, nunggu update cerita nya. Padahal nunggu aku juga boleh kok hehehe😁😄
Vommetnya juga aku tunggu lho. Mohon apresiasinya.
Semoga bermanfaat.Wassalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Indah Dari-Nya
SpiritualKenangan yang menyakitkan dapat membawa mu kepada luka yang begitu mendalam yang sulit untuk disembuhkan. Namun bukan berarti luka itu tidak akan sembuh bukan? Mereka akan selalu ada untukmu, membantumu menyembuhkan luka itu. Bukan menghapus kenang...