4

3.8K 395 4
                                    

Jisun POV

Gue segera turun ke lantai bawah karena takut Jaemin menangkap gue, terlihat bunda dan ayah Na sedang nonton TV sambil berbincang manis.

"Bunda, ayah, Jisun pulang dulu ya." gue menahan napas gue agar terlihat tenang sambil tersenyum, bunda dan ayah terlihat sedikit kaget karena kedatangan gue yang tiba tiba,

"Loh kok buru-buru?" bunda berdiri sambil menahan bahu gue, "Udah di telepon mama bun, besok insyaallah Jisun ke sini deh." gue berkata sambil sedikit melihat ke arah tangga, takut Jaemin datang lalu menahan kepulangan gue.

"Ya udah, Jae---"

"E-EHH itu bunda, Jaemin lagi tidur jadi ga bisa antar aku pulang gitu bun." gue menyela panggilan bunda dan membuat alasan, bunda mengerutkan kening, "Terus kamu pulang naik apa Jisun? Dianter ayah ya?" tanya ayah yang daritadi memperhatikan,

"Dianter Guanlin yah." nama Guanlin terlintas dipikiran gue, sedikit beruntung karena rumah Guanlin memang berdekatan dengan rumah Jaemin. Akhirnya ayah dan bunda mengangguk, gue pun mencium punggung tangan keduanya dan memakai sepatu lantas pergi.

Gue pergi ke rumah Guanlin yang hanya berselang beberapa rumah,

Dor dor dor

Gue menggedor tanpa berniat mengetuk, karena rumah Guanlin besar sepertinya ketukan ga akan kedengaran.

"Guanlin!" panggil gue tapi orangnya belum juga muncul, gue masih terus menggedor pintunya sambil memanggil namanya,

"Apa woy!" wajah Guanlin muncul di jendela atas, rambut acak acakan seakan memberi tanda kalau dia baru saja bangun dari tidur siang atau sore(?)

"Anterin gue balik dong!" titah gue, Guanlin kelihatan frustasi, "Si Jaemin kemana emang?" tanya dia dengan  kepala menyembul di jendela,

"Ada lah, anterin pokoknya! Kalau ga gue ancurin nih pintu." kata gue lalu menunjuk pintu sebagai ultimatum, "Ya udah bentar!" kepalanya pun hilang dari jendela.

Gue berjongkok untuk menunggu Guanlin bersiap siap. Eh iya belum gue kenalin, ini dia Guanlin, sohib terlama gue selama SMA selain Bambam, bisa di bilang dia adalah orang yang hampir sama tingkat kedinginannya sama Jaemin ketika pertama kali gue kenal dia. Tapi daripada dingin dia lebih merujuk ke ngeselin.

Beruntung, dia berhasil luluh karena gue dekatin dia terus, di sini gue dekatin dia dalam maksud untuk berteman, bukan yang lain.

Dia masih tetap dingin, tapi hanya ke orang orang tertentu, kayak fansnya.

Iya gue ga ngerti kenapa dia punya banyak fans :(

"Ayo!" dia kasih gue helm dan gue pasang, tapi kegiatan Guanlin berhenti ketika dia memperhatikan gue dengan seksama, "Lo bawa jaket ga?" ranya nya dan gue menggeleng, dia berdecak kesal.

"Tunggu bentar." dia kembali masuk dan gue kembali menunggu, selang 10 menit dia datang dengan 1 hoodie di tangannya, "Nih pake!" gue mengerutkan kening sambil menerima jaketnya,

"Kenapa harus pake jaket?" tanya gue yang dibalas putaran bola mata Guanlin,

"Kalo lo masuk angin gue diamuk Jaemin!" katanya sambil memakaikan hoodie-nya di tubuh gue, gue hanya mengangguk.

Guanlin ini bisa di bilang sangat boyfriend material, tapi ga tau alasan apa dia memilih untuk menjomblo, kalo ga salah sih katanya gini,

"Nanti deh nunggu gue bisa makan strawberry dulu."

Masalahnya tuh dia alergi strawberry ya mana bisa makan dong.

Gue menaiki motor Guanlin setelah selesai bersiap siap, dan segera pergi.

[1] Aice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang