32 [END]

1.3K 127 34
                                    

Jisun POV

Hari ini hari Jumat, 3 hari sebelum masuk sekolah setelah libur dari masa ujian tengah semester dan Jaemin masih belum sadar.

Terhitung 4 hari gue, keluarga, dan teman teman gue masih menunggu Jaemin membuka kelopak matanya.

Pukul 10.00 tepat setelah sarapan, gue meninggalkan rumah dan mencari angkutan umum untuk pergi ke rumah sakit tempat Jaemin dirawat.

Hampir setiap hari gue ke sana, dan hari ini gue ingin menginap untuk melepas rindu dan menemani Jaemin supaya ga kesepian. Meskipun jiwanya melayang entah kemana, gue harus tetap ada di sisinya.

Menunggu di halte, gue mengeluarkan earphone dan memutar playlist musik buatan gue dan Jaemin.

Hari ini langit labil, ga mendung pun ga cerah. Gue memperbaiki posisi ransel sembari menatap sekitar, ada minimarket tempat biasanya gue dan Jaemin beli cemilan atau es krim.

Lainnya gue menemukan bakery tempat cheesecake kesukaan Jaemin dijual. Waktu itu gue disuruh mama untuk ambil cake pesanannya, tanpa disengaja Jaemin liat cheesecake dengan banyak buah di atasnya.

Jaemin ngelihatin cakenya terus, gue pun diam diam beliin dia, 1 slice dulu karena takut kurang cocok sama lidahnya, tapi ternyata malah jadi favorit sampai sekarang.

Bus yang gue tunggu datang, gue pun segera naik dan duduk di dekat jendela, ingin menikmati suasana melakonis dengan alunan lagu kesukaan.

Hampir 20 menit gue di perjalanan, sebelum memasuki rumah sakit gue membeli jajanan pinggir jalan untuk gue, kangen banget karena biasanya gue cuma bisa dapet jajanan seperti ini saat sekolah.

Memasuki lobby, gue bertemu ayah Jaemin. Lantas gue berjalan mendekat ke beliau dan menyalami,

"Mau kemana, Yah?" tanya gue sembari menyelipkan rambut yang menghalangi pandangan.

Ayah Jaemin tampak memperbaiki selempang tas kantornya di bahu, "Ayah mau ke kantor abis anter Ea ke sini, di kamar ada bunda juga kok. Kamu udah makan?" tanya ayah di akhir kalimat.

"Udah kok yah, ya udah ayah langsung aja nanti keburu telat," kata gue sambil memberi jalan untuk ayah Jaemin pergi.

"Ya udah nak, ayah tinggal dulu ya. Kalau ada apa apa segera hubungi," ayah mengelus pelan rambut gue ga lupa dengan senyum manis yang menurun ke Jaemin.

Gue membalas senyuman ayah "Iya yah, hati hati,"

Ayah Jaemin tampak sudah menjauh, gue pun segera pergi ke kamar rawat inap Jaemin. Lobby kelihatan ramai, kayaknya ada acara yang diselenggarakan sama rumah sakitnya.

Sampai di kamar inap, gue menemukan hanya ada Ea seorang di sana, gue pun memeluk lembut sembari mengelus punggung Ea pelan.

Mengendorkan pelukan, gue menatap Ea, "Ea udah gapapa?" tanya gue lembut.

"Iya udah gapapa, cuma masih sedikit agak deg deg an aja kalau denger suara pesawat lewat." jelas Ea membuat gue sedikit prihatin.

Gue mengeluarkan snack yang sempat gue beli kemarin malam untuk Ea, "Nih, makan yang banyak."

Ea senyum lebar dan menerima dengan senang hati, setelahnya gue pun menaruh ransel di sebelah Ea lalu duduk di kursi dekat bangsal dimana Jaemin masih menutup kelopak matanya.

"Hai, apa kabar?" ucap gue pelan, Jaemin tampak lebih baik, bibirnya ga sepucat sebelumnya. Tangannya pun mulai hangat ketika gue genggam.

Gue mengelus punggung tangan Jaemin, "Kamu kapan bangun sih? Ga kangen apa main sama aku?"

[1] Aice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang