17

2.5K 289 3
                                    

Jisun POV

Melewati waktu seminggu, hubungan gue dan Jaemin masih buruk. Gue sudah coba untuk ajak Jaemin bicara, tapi setiap gue datangi dia malah pergi.

Gue jadi bingung gimana cara untuk gue minta maaf. Semuak itu Jaemin sama gue?

Sempat gue coba untung datangi rumah Jaemin, tapi Jaeminnya ga mau keluar kamar, akhirnya gue pulang tanpa perasaan lega.

Gue tau kalau marahan lebih dari 3 hari tuh dosa, tapi yang marahan sama gue diajak ngomong aja ga mau, JADI SALAH SIAPA? SALAH GUE? SALAH NENEK GUE?

Tapi ke sini sini, keadaan Jaemin memburuk. Mukanya lebih pucat, kantung mata ekstra hitam, nilai pelajaran menurun, dia gapapa kan?

Line

Ea Na
|Kak Jisun
|Kak Jaemin sakit terus nyebut nama kakak terus, kakak bisa ke sini?

Pagi pagi saat gue menunggu bel dan Jaemin gue malah mendapat pesan dari Ea soal Jaemin sakit.

Sakit apa dek?|
Nanti pulang sekolah aku ke sana|

|Tifus
|Oke kak

Dirawat inap?|

|Iya

Nanti share location ya|

|Oke
Read

Pagi pagi gini ada aja yang bikin gak fokus, gue menghela napas lalu menyimpan ponsel di tas.

Jadi gak enak gini sama Jaemin, gue pikir gue penyebab utama dia sakit gini, tapi kenapa juga dia malah menghindari gue? Kalau ga ngehindar mungkin dia ga bakal sakit kayak gini.

"Itu yang di sebelah jendela, mau cuci muka dulu ga? Pagi pagi anak zaman sekarang udah tidur aja." gue yang sebelumnya sedang menyenderkan kepala di meja langsung mengangkat kepala.

"Maaf bu," gue sedikit cengengesan yang lain pada lihatin, jadi malu.

Gue mengeluarkan buku dan bersiap untuk memulai pelajaran pertama di hari ini, meskipun pikiran gue kemana mana.

"Heh jangan tidur di kelas saya!" Allahuakbar, baru juga nyenderin kepala di jendela ibu. "Maaf bu," sahut gue, untuk kedua kalinya gue dimarahin.

Ibunya berkaca pinggang dengan buku paket di tangan kanannya, "Cuci muka sana! Gak ngehargain banget kamu jadi siswi." gue nurut langsung pergi keluar, sempat Lisa mengelus tangan gue pelan.

Hhhh salah mulu gue kayaknya hari ini, iya salah gue sih, tapi ini gue cuma merem bentar doang ya Allah.

Setelah cuci muka gue mengecek jam yang ditempel sekolah di dinding, sebentar lagi istirahat mending ga usah masuk sekalian.

Pergi ke taman sekolah, gue duduk di salah satu bangku yang disoroti cahaya matahari pagi, hangat.

"Bolos lagi?" gue membuka mata gue, dihadapan gue ada Hendery.

"Engga, izin ke toilet tadi." Hendery ikut duduk di sebelah gue, sama sama memejamkan mata menikmati semilir angin dan cahaya hangat matahari.

[1] Aice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang