09

3.6K 379 23
                                    

Taehyung kembali ke kantornya, kemudian langsung bergegas pergi ke ruangan Jimin dan melemparkan undangan pernikahannya dengan kasar keatas meja Jimin setelah membagi seluruh undangan pada teman-teman kantornya.

Pemuda bermarga Kim itu duduk dengan kasar diatas kursi sementara pemuda bermarga Park dihadapannya mengernyit bingung.

"Undangan, Tae?"

"Bukan! Itu coklat." Kata Taehyung sambil memijit keningnya perlahan.

"Ah gomawo Tae. Kau tau sekali kalau aku sedang lapar."

Taehyung menghela nafas kasar, "kurangi kebodohanmu sedikit saja Jim. Sedikit saja."

Jimin tertawa.

"Aku sudah tidak bodoh." Jimin membuka undangan yang ada diatas mejanya, "jadi dengan siapa Tae Tae menikah. Gadis keluarga Park itu ya. Park So... Min?" Jimin melihat Taehyung dengan wajah penuh tanda tanya.

"Kenapa?"

"Nama istrimu Somin?" Tanya Jimin.

Taehyung mengangguk. Tiba-tiba saja ia jadi semangat karena penasaran. "Memangnya ada apa Jim?"

Jimin menggelengkan kepalanya. "Tidak. Hanya saja, aku mengenal seseorang yang bernama Somin."

"Dasar bodoh!" Taehyung berdiri, "kau pikir hanya ada satu nama Park Somin di Korea. Sebenarnya kau itu temanku atau tidak sih,  Jim. Terserahlah, aku pergi dulu." Taehyung mendekat ke pintu saat Jimin berseru.

"Kemana?" Seru Jimin.

"Bermain-main."

Jimin masih berdiam dikursinya, nama yang tertera diundangan pernikahan sahabatnya itu tidak asing bahkan sangat familiar. Dia bukan wanita yang ia temui beberapa hari lalu di minimarket kan? Kalau bisa memohon, semoga wanita yang dinikahi sahabatnya itu berbeda dengan wanita yang berebut roti tuna dengannya. 

Mengingat kejadian itu, membuat Jimin sedikit merindukkan wanita itu. Jimin mengeluarkan ponselnya, dan mengetikkan sesuatu di room chatnya dengan- siapa lagi kalau bukan Somin?

P.Jimin

Apa kau sibuk Somin-ah?

Sominp

Aniya, ada apa oppa?

P.Jimin

Tidak, hanya saja aku ingin mengajakmu makan nanti. Apakah kau ada waktu luang?

Sominp.

Entahlah, sepertinya tidak bisa. Karena aku baru saja membeli sekotak ayam keju AHAHA. 

Sominp.

Mungkin lain kali?

P.Jimin

Oke, lain kali.

*** 

Hujan menghambat segalanya, itu yang  sekarang ada dipikiran Somin. Dia tidak terlalu suka hujan karena hujan selalu menghalanginya.

Buktinya sekarang, dia disini. Di halte sendirian menunggu hujan reda bersama beberapa anak SMA yang punya tujuan yang sama dengannya. Dipangkuan Somin terdapat kotak ayam krispi dan sebuah paper bag berwarna soft pink. Warna yang senada dengan hoodie yang ia kenakan.

Sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial.

Bagaimana bisa mencari rumah Jimin jika hujannya seperti ini? Benar-benar. Batin Somin begitu. Sebenarnya Somin membeli 2 kotak ayam keju, yang satu untuk dirinya dan satunya lagi untuk Park Jimin. 

Lebih parahnya lagi, Somin tidak membawa payung.

Bukan.

Ia bukan takut tubuhnya basah karena hujan. Ia hanya takut ayam krispi yang ia bawa untuk basah dan tidak enak dimakan.

Singkatnya, Somin berniat mencari rumah Jimin dengan alamat dalam kartu namanya yang ada di dalam saku jaket yang Jimin pinjamkan padanya.  Somin berniat mengembalikan jaket itu. Tapi ibunya bilang, tidak sopan jika hanya mengembalikan jaketnya saja. Makanya ia membawa sekotak ayam krispi untuk pria itu.

Apa kukembalikan besok saja ya? Lagipula aku lelah. Kata Somin dalam hati.

Pada akhirnya gadis itu mengangguk sendirian. Ia mengikat plastik yang membungkus kotak ayam krispi tadi kemudian dengan hati yang sudah diyakinkan,  ia berlari menerobos hujan. Membiarkan tubuh dan ayam krispinya basah begitu saja.

Mungkin karena hari ini bukan hari keberuntungan Somin,  di ujung jalan dia dihambat lampu merah pejalan kaki yang menyala. Terpaksa,  Somin harus berdiri disana selama beberapa waktu jika tidak ingin tertabrak.

Kedua kakinya mengetuk-ngetuk diatas aspal. Dalam hati ia terus merutuki hujan yang turun disaat yang tidak tepat. Lalu, rutukannya berhenti. Ia yang menunduk tak lagi merasakan tetesan air hujan diatas kepalanya. Senyum terukir dibibirnya. Bersamaan dengan ia beranggapan hujan telah reda, kepalanya mendongak. Dan pada saat itulah ia tau bahwa hujan belum sepenuhnya reda.

Bukan menemukan langit cerah,  ia malah menemukan payung berwarna biru laut terbuka diatas kepalanya, dengan seseorang yang berhasil membuat mulutnya menganga.

"Gadis cantik tidak boleh hujan-hujanan." Kata orang itu.

"Jimin?" Somin bingung sekaligus terkejut.

"Iya." Jimin mengangguk dan melambaikan tangannya, "oh hai. Kita bertemu lagi, Somin-ssi. Tidak. Tidak. Somin-ah maksudku."

"Hai." Somin masih tampak terkejut.

"Omo!" Jimin menunduk menatap kotak ayam krispi yang tertutup kantong plastik putih yang ada dalam genggaman Somin. "Ige mwonde?"

"Sebenarnya untukmu. Tapi sudah tidak layak. Jadi,  lain kali saja kuberikan."

Jimin menggeleng, "tidak. Tidak. Sayang makanannya dibuang begitu saja. Ayo masuk."

Somin mengernyit, "kemana?"

"Mobilku. Ayolah, sebelum hujannya kembali turun dengan deras."

To be continued.

Ngebosenin, hm. Mianhae :)

Double update deh ya
Jangan lupa vote+vommentnya ❤

Gomawo chingu-ya

-sal

MysterKim [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang