10

3.8K 328 22
                                    

"Ini enak sekali. Terimakasih." Jimin mengambil secarik tisu di dashboardnya lalu mulai membersihkan tangannya yang kotor setelah menghabiskan ayam krispi yang dibawa Somin.

Somin mengangguk.

Jadi mereka memutuskan untuk menghabiskan ayam krispi bersama di dalam mobil Jimin. Walaupun itu akan membuat mobil Jimin bau, mereka tetap saja melakukannya karena itu yang Jimin inginkan. Lagipula diluar masih hujan, kata Jimin bahaya jika berkendara saat hujan.

Dasar pria modus.

"Ngomong-ngomong bagaimana kau tau rumahku?" Tanya Jimin.

"Oh!" Somin mengeluarkan paper bag yang tadi ia bawa dan menyerahkannya pada Jimin. "Ini."

"Apa ini?" Jimin menerima paper bag tersebut dan langsung membukanya. "Ini jaketku kan? Kenapa dikembalikan?"

"Itu milikmu. Jadi harus dikembalikan, lagipula didalamnya ada kartu namamu."

"Kartu nama?" Jimin mengernyit.

Somin mengangguk. "Iya. Semacam kartu mahasiswa."

Kemudian Jimin mulai merogoh seluruh saku yang ada di jaketnya. Dan ia menemukan kartu yang Somin maksud.

Awalnya Jimin mengernyitkan dahinya namun itu berlangsung lama karena beberapa saat setelahnya ia malah tertawa sangat keras.

"Ini?" Jimin mengangkat kartu tersebut sambil menahan tawa. "Ini kartu lama. Aku sudah tidak tinggal di alamat ini lagi." Jimin tertawa lagi. Kali ini lebih keras. "Kau tidak lihat wajahku didalam sini, hm? Sangat cupu, benarkan?"

Jimin mendekatkan kartu itu didekat wajahnya dan mengeluarkan ekspresi yang sama dengan yang di foto. Sontak hal itu berhasil membuat Somin tertawa sekeras tawa Jimin yang tadi.

"Untung saja aku belum datang kesana ya kan?"

Jimin mengangguk dan masih menahan tawanya.

"Bagaimana kau bisa tau aku yang memayungimu tadi?"

Somin mengangkat kedua bahunya acuh. "Entahlah, suaramu terdengar begitu lembut ditelingaku, dan juga tidak asing pastinya."

"Benarkah? Apa kekasihmu tidak pernah bicara selembut itu padamu?"

Somin mengeluarkan ekspresi terkejut, "tidak pernah. Dan apa itu kekasih? Aku tidak punya kekasih, Jim."

"Aneh. Gadis secantik kau tidak punya kekasih. Itu mustahil. Kau bohong ya?"

Somin menggeleng. "Tidak. Tidak. Aku sungguh tidak punya kekasih. Hanya.."

"Apa aku boleh mendekatimu kalau begitu?" Jimin bertanya dengan raut wajah cukup serius.

Mata Somin yang membelalak seketika mengerjap beberapa kali karena begitu terkejut.

"Apa maksudnya?" Tanya Somin.

Jimin mendekatkan wajah dan tubuhnya pada Somin. Membuat gadis itu memundurkan tubuhnya sedikit kebelakang.

Somin bahkan menelan ludahnya dengan kasar.

"Apa yang..."

Cklek!

Jimin tertawa lalu mundur setelah berhasil memasangkan sabuk pengaman pada Somin.

"Maksudnya apa aku boleh mendekatimu untuk memasangkan sabuk pengaman. Hahaha, kenapa kau panik sekali."

Somin menghela nafas lega. "Tidak, kupikir..."

"Aku tidak akan melakukannya." Kata Jimin penuh keyakinan.

Semoga aja. Batin Jimin.

"Ngomong-ngomong." Jimin kembali bicara. "Aku sekarang tinggal di apartemen. Orang tuaku pindah ke Busan. Jadi aku hanya sendiri di Seoul. Jadi, apakah rumahmu sama seperti beberapa waktu lalu?"

Somin mengangguk, dan Jimin langsung menancap gas.

***

Sesampainya di depan apartemen, Somin menawarkan apakah Jimin ingin masuk atau tidak. Tapi Jimin menolak, meskipun Somin sudah bilang bahwa ia sedang sendirian.

"Tidurlah. Ini sudah hampir malam."

"Benar tidak mau masuk?"

Jimin menggeleng, "tidak perlu. Besok saja jika ada orang tua atau keluargamu. Kau tau, iblis sangat kuat dalam hal menghasut manusia untuk melakukan kesalahan." Jimin tertawa kecil, "tidurlah. Kau butuh istirahat. Apalagi kau baru saja terkena air hujan."

Somin mengangguk. Ia melambai pada Jimin lalu masuk kedalam apartemennya, sebelum ia benar-benar masuk, Jimin lebih dulu menahan gadis itu dengan cara mencengkram pergelangan tangan Somin.

Ia lalu mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya kemudian menyodorkan ponsel itu kedepan Somin.

"Bisa aku minta nomor telepon mu?" Tanya Jimin.

Somin mengernyit. Wajahnya menunjukkan bahwa ia ragu harus memberikannya atau tidak. Terlebih lagi Jimin belum lama ia kenal. Ia hanya takut Jimin bukan orang baik. Tapi dari yang ia lihat beberapa hari ini, ia terlihat begitu baik. Tapi tetap saja Somin kan perempuan.

"Tidak apa-apa jika tidak mau. Aku tidak..."

"Tidak kok." Somin mengambil ponsel dari tangan Jimin dan mulai mengetikkan sesuatu diponsel Jimin. "Ini." Ucap Somin seraya mengembalikan ponsel tersebut kepada pemiliknya.

"Terimakasih. Aku akan menelponmu nanti. Jika ada apa-apa kau boleh menghubungiku." Jimin mengacak rambut Somin, "selamat malam Somin-ah. Aku pulang dulu." Ia lalu melambai dan menghilang diujung lorong apartemen meninggalkan Somin yang tersenyum sendiri sambil memegang rambutnya sendiri. 

Somin melepas sepatu dan menggantungkan tas yang ia pakai di gantungan dekat rak sepatu. 

"Kenapa setiap dekat dengan Jimin hatiku seperti terombang-ambing? apalagi disaat dia mengacak rambutku. Ah seperti ada ribuan kupu-kupu yang keluar didalam perutku." 

Somin tersenyum diatas kasurnya, dan berandai-andai kalau yang akan menikah dengannya itu Jimin bukan pria kasar dan suka main wanita seperti Kim Taehyung sialan itu. 

"Hffttt, seharian keluar tapi kenapa tidak terasa capek ya? apa gara-gara pergi dengan JImin? makanya aku tidak secapek biasanya? Somin men-salting sendirian didalam kamarnya.

***

Taehyung duduk berhadapan dengan laptop didepannya, "Apakah beso aku akan menikah dengan perempuan itu? Ah kenapa harus secepat ini?!"

Taehyung melepas dasinya secara kasar, "kenapa ini semua harus terjadi denganku?"

Ting!Ting!

Min-Ra.

Taehyung-ahh

Bisa bertemu sebentar?

Taehyung.

Kau ingin bertemu atau bermain, hmm?

Min-Ra

Hahaha, bertemu dan mungkin sedikit permainan Tae?

Membaca pesan Min Ra yang penuh dengan godaan itu, Taehyung  segera merapihkan pakaiannya. Dan bergegas keluar, tapi tiba-tiba suara dari appa-nya mengintruksi dia untuk berhenti.

"Kau mau kemana, malam-malam begini?" tanya appa yang sedang melihat Taehyung dari kejauhan.

"Keluar menemui Jimin."

"Tetap dirumah, besok adalah hari pernikahanmu Tae. Sehatkan dan persiapkan badanmu, besok pasti akan melelahkan."

"Tapi ap-"

"Turuti perintah appa, appa tidak ingin acara besok kacau karena tubuhmu yang tidak fit."

To be continued.

MysterKim [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang