(Harapan yang selalu gagal!)
Sepasang mata sipit seorang gadis menatap ke sekeliling Bandara - Bibirnya tersenyum lebar. Tapi seketika wajahnya yang bahagia menjadi masam, seolah ada sesuatu yang begitu menyebalkan.
Gadis itu menghela napas, lalu mendorong koper abu-abu yang digantungi kartu pengenal bertuliskan 'Alera Daniela Thomas, Indonesia'.
"Alera!"
Langkah kaki Alera refleks berhenti. Seorang lelaki bertopi putih dengan kemeja biru langit menghampirinya sambil melambaikan tangan. Wajahnya yang masam kembali tersenyum.
"Maaf terlambat, tadi macet." katanya dengan suara lembut.
"Gue kira lo gak akan jemput," Alera menatapnya lurus. "Untung gue belum pesan taxi."
"Gue gak akan ngebiarin lo naik taxi sendirian, dengan barang bawaan lo yang banyak." lelaki itu tersenyum manis sambil melihat ke arah koper dan mengambil alih koper yang dibawa Alera.
"Lo emang terbaik, Yo." Alera menghela napas lega sambil tersenyum memperlihatkan gigi rapihnya melihat Mario begitu perhatian.
"Ini udah kewajiban gue untuk selalu ada di samping lo, ketika lo butuh gue." Mario tersenyum simpul. "Ayo pulang. Gue gak pengen lo pulang terlambat." Alera mengangguk semangat, lalu melangkah mengikuti Mario yang mendahuluinya.
Senyum di bibir Alera masih belum pudar. Saat menyadari jika ia tidak akan sendiri lagi.
Lima bulan berada di negeri orang membuat Alera kesepian. Senyuman manisnya hilang begitu saja, hanya air mata nampak di wajahnya yang muram. Begitu benci setiap kali mengingat cobaan Tuhan yang harus dilalui olehnya, selalu menyalahkan Tuhan dengan ketidakadilan yang diberikan padanya.
Namun, Alera berusaha menerimanya dan yakin jika Tuhan itu adil memberi cobaan pada setiap umatnya. Tuhan sayang Alera, maka dari itu, Tuhan memberi cobaan ini. Cobaan yang begitu menyakitkan baginya dan keluarga kecilnya.
Masih jelas di ingatan Alera saat ia mendengar perkataan seorang lelaki muda berjubah putih. Hatinya merasa hancur dan berpikir jika ia tidak bisa melewatinya.
Tadinya Alera pikir, kejadian buruk yang menimpanya hanyalah mimpi. Tidak sekalipun Alera menduga bahwa rasa sakit yang sering dialaminya bisa lebih menyeramkan daripada hantu. Awalnya Alera masih belum bisa menerima, tapi seiring berjalannya waktu banyak orang yang memberi semangat kalau ia tidak bisa putus asa begitu saja.
Semangatnya kembali muncul untuk mencapai harapan yang diinginkan. Alera tidak boleh mengeluh lagi hanya karena berpikiran negatif jika ia tidak bisa hidup normal seperti manusia sehat lainnya.
Alera harus sehat kembali supaya orang-orang yang ada disekelilingnya tidak sedih karena melihat keadaannya yang memprihatinkan. Senyuman Alera tidak boleh hilang, ia harus terus memperlihatkan pada semua orang bahwa tanpa senyumannya, orang-orang tidak akan bisa tertawa lagi.
Hati Alera sebenarnya masih sakit hingga saat ini, bukan karena cobaan Tuhan, tapi kebohongan yang selalu teringat bahwa ia telah membohongi Mario dan teman yang lainnya.
Pergi ke negeri orang memang impian yang diharapkannya dari dulu-dengan maksud untuk berlibur, bukan hanya berdiam diri di suatu ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime
Teen FictionSelalu bawa perasaan sama sahabat cowok alias sahabat rasa pacar? Tapi Mario menolak seperti itu. Karena baginya berpacaran dengan sahabat tidak mengenakan. Berbeda dengan Alera, cewek itu sangat menyayangi Mario - bahkan melebihi rasa sayang terha...