LIMA : Pengagum Rahasia

104 39 19
                                    

Sebuah hadiah yang tak ternilai tapi mengandung makna di dalamnya.

-Je t'aime-
.

"DAEBAK!" cetus Luna sok ngomong bahasa korea. "Darrell ketua geng rorombeheun, kan? Anak baru yang ada di kelas lo?" Mata Luna mengikuti cowok yang duduk mengangkang dengan ke-empat teman lainnya.

Raisa yang kelihatan rada syok cuma mendengarkan saja, sedangkan Rano mulai buka mulut. "Padahal udah gue bilangin suruh pindah kursi, tapi dia gak mau dan pada akhirnya Alera uring-uringan karena kacamata bacanya pecah."

"Cewek mah emang gitu kali, keras kepala, susah dibilangin." sahut Haikal.

Saat ini kami sedang berada di kantin. Hari seneng-senengnya Haiamratuna makan gratis karena ditraktir Haikal yang katanya burung anis-nya lagi ultah. Nongkrong ditemani dengan enam gelas es teh manis dan seblak spesial buatan Mang Odas sambil melotot memandangi orang-orang yang lalu lalang dan berkomentar saat melihat orang aneh.

"Eh tapi, si preman ganteng juga ya." celetuk Raisa, akhirnya dia buka suara juga.

"Lumayan sih," kataku sekenanya.

Luna menyikut lengan Mario. "Kenapa lo diam aja? Kalah saing?"

Mario mengernyit. "Dih kenapa harus kalah saing segala, kemana-mana gantengan gue kali." kata Mario sinis.

"Lo emang ganteng Yo, tapi untuk saat ini kegantengan lo nomor tiga deh setelah Darrell dan Kak Hiro." Bukan Raisa namanya kalau gak langsung jatuh cinta, meskipun katanya cowok itu seperti preman.

"Weits! Jangan buru-buru kasih penilaian bagus, guys. " Jari Haikal teracung tinggi. "liat dong seluruh penampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Modis sih modis, tapi harus banget ya ke sekolah pake sepatu kuning?! Ih, gak kebayang kalo banjir."

Aku dan Luna bergidik. Memang sih, rata-rata di sekolah ini pake sepatu warna hitam atau putih, lah ini kuning? Beda sendirian.

"Jangan-jangan kolornya kuning juga. Ihh!!" komentar Raisa gak penting banget. Asal nyeletuk saja tanpa sadari kami semua tertawa karena ucapannya. "kayaknya gue pernah lihat sepatu kuning itu."

Whattt?! Semua melongo.

"Lo tiba-tiba nyeletuk tentang kolor, lo ngintip? " selidik Luna dengan muka tolol.

"Seriusan ngintip? " sambungku dengan muka gak kalah tolol dari Luna.

"Gimana ceritanya lo ngintip WC cowok? Bukannya WC cowok sama cewek berjauhan?" sekarang Haikal yang ikutan penasaran juga.

Raisa langsung duduk tegap begitu melihat kami semua penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Tangannya dilambaikan menyuruh kami semua untuk mendekat. "Ya kali gue ngintip, ya gak mungkin lah. Gak sengaja ngeliat aja." Raisa berbisik, tapi kok keras ya? Dia bisik-bisik apa pengumuman?

"Kolor Darrell? " Rano yang sibuk main Pou ikut merapat.

Raisa mendelik. "Ya iyalah kolor Darrell, kita kan lagi ngomongin cowok itu. Masa iya kolor Rano."

"Kok bisa?" tanya aku dan Luna kompak. Pikirannya ngeres semua.

"Pada ngeres sih pikirannya. Waktu itu Darrel kekurung di kamar mandi. Teriak-teriak minta tolong, ya gue gak tega dong pergi gitu aja, jadi gue bukain. Namanya juga gak sengaja, dia lupa nyeletingin celananya. "

Luna ngakak. "Loh, bukannya lo yang ngeres. "

"Loh kok gue?"

Aku gemas mencubit pipi Raisa. "Terus ngapain lo ngeliat ke situ, sampe ngeh kalo restletingnya kebuka?"

Je t'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang