Tidak peduli seberapa buruknya dia dimatanya, yang terpenting sekarang aku menyukainya.
-Je t’aime-
.“ALERA?”
Kepalaku mendongak saat merasa namaku terpanggil. “Mario?” dengan tatapan datar aku bangkit sambil mendelik sebal ke arahnya. Mba Susi yang berbicara pun gak aku hiraukan, sampai mba Susi menatapku heran – mungkin mba Susi mengerti kondisi, dia pergi meninggalkan kami berdua.
“Lo ngapain disini?”
“Kita perlu bicara, Yo.” Aku menarik tangan Mario keluar.
“Emangnya gak bisa bicara disini, Al?” kata Mario menahan langkah kakinya.
Aku menarik napas panjang lalu memulai memecahkan suasana yang terasa panas. mario mengerti kalau harus menuruti keinginan aku untuk berbicara di luar. Itu adalah salah satu cara agar orang di dalam rumah gak tahu masalah ini, karena ini masalah kecil yang bisa diselesaikan sendiri.
Masih memegang tangan Mario, aku melanjutkan tarikannya dengan santai tapi cepat. “Gue suka sama Darrell.” Empat kata yang berhasil keluar dari mulutku, detik selanjutnya aku menghela napas cukup panjang setelah mengatakan itu. Entahlah, aku gak mengerti kenapa kalimat itu bisa keluar.
“Alera, lo bercanda?” Mario kelihatan keget. “Bilang sama gue kalo sekarang lo lagi bercanda, ya, kan?”
Aku diam ketika merasakan jantungku yang tiba-tiba berdegup kencang, gak memberi respons atas pertanyaan Mario tadi. Mario mengangkat kedua tangannya, lalu hinggap di bahu saat aku sedang berpikir dalam waktu yang singkat. Aku sebenarnya merasa menyesal karena telalu cepat mengungkapkan pada Mario, kalau aku suka sama Darrell – perkataan tadi sebenarnya gak sesuai dengan hatiku. Aku masih cinta Mario, tapi karena cintaku belum dibalas juga, akhirnya aku mencoba menyukai Darrell. Entahlah, kini aku rasa sedang melampiaskan rasa amarahku pada Darrell.
“Kenapa gue harus bercanda?” tanyaku tanpa menatap Mario.
“Alera..”
“Mulai saat ini, lo gak boleh beranggapan kalo Darrell itu orang jahat. Dia orang baik, buktinya sekarang gue jatuh cinta sama dia.”
Mario masih belum percaya dengan kenyataan ini dan aku memasang tampang serius. Mario menjatuhkan tangannya saat menyadari kalau ucapanku itu benar nyata. Mario sepertinya kelihatan gak rela kalau aku jatuh cinta sama Darrel sementara dia sendiri sadar kalau kedekatan kita itu gak akan bertahan lama. Karena sudah ada sosok perempuan lain yang berhasil mengambil hatinya.
“Gue merasa khawatir sama lo, Al.”
“Alera.” Panggilnya.
Mario membujuk aku. “Coba lo pikirin omongan yang barusan lo bilang.”
Pandangan aku yang melihat kesembarang tempat pun teralihkan. Aku menatap sosok yang berdiri di hadapanku. “Apa yang harus dipikirkan lagi, Yo? Gue suka sama Darrell, apa kurang jelas?”
Mario memandang wajahku lekat-lekat seraya menjawab. “Gue gak akan membiarkan lo suka sama Darrell.”
Aku lantas mengerutkan kening sambil mengembuskan napas kasar. “Sahabat yang baik adalah sosok manusia yang bisa menyemangati sahabatnya ketika menyukai seseorang yang berhasil mengambil hatinya, bukan melarang sahabatnya untuk dekat dengan cowok lain selain dirinya.”
Sambil menelan ludahnya yang terasa cekat, Mario gak tahan mendengar pernyataanku tadi. “Oke, anggap aja gue sahabat yang jahat di mata lo.”
Aku sudah gak anggup lagi menyembunyikan perasaan ini pada Mario lagi. Jika cowok itu terus bersikap tak terima dengan pernyataanku tadi, apa boleh buat? Aku harus jujur pada Mario tentang perasaan yang sudah sekian lama tertanam dalam diri tanpa diungkapkan. “Tolong jangan mempersulit gue, Yo. Dengan cara yang seperti ini gue semakin susah menjauh dari lo, menghilangkan rasa cinta ke elo itu ibaratkan susahnya menghilangkan bekas tip-x di rok.”
“Alera..”
Entahlah, rasa maluku sekarang hilang seketika. Aku gak memikirkan respons Mario yang mungkin terkaget karena pernyataan aku kalau nyatanya suka sama Mario. dengan senyum yang terulas, aku menimpali lirihan Mario. “Jangan bikin gue semakin melukai hati gue sendiri.”
“Maaf, kalau sikap gue ke elo terlalu berlebihan.”
Maaf?! Cuma maaf? Ah, aku pikir cowok semacam Mario memang sulit untuk peka. Seharusnya dia tanggung jawab! Dadaku seketika menyesak. Hatinya dihantui perasaan resah. Aku teramat gak menyangka dengan ucapan Mario yang baru saja didengar dari tempatku berdiri yang gak jauh dari Mario. Aku mengambil kesimpulan dari ucapan Mario bahwa cowok itu secara gak langsung menolak perasaanku padanya.
Setelah aku diam beberapa saat dan Mario mencoba membuyarkan lamunanku yang mungkin terlihat begitu syok dengan permintaan maaf darinya, tangan Mario terulur lembut menggapai tanganku yang gemetar. “Al, gue minta maaf.”
Aku berupaya menghela napas namun perasaan lega gak bener-bener mengampirinya. “Gue-“ aku gak tahan lagi, air mataku meluncur tepat di hadapan Mario. Aku merasa malu karena sudah terang-terangan mengakui perasaan ini. Tapi kalau terus dipendam, pasti akan lebih sakit.
Baru saja aku mau berbicara panjang lebar, tiba-tiba tubuhku tersentak merasakan pelukan hangat dari Mario. Mario bermaksud untuk menenangkan aku yang pasti ini sangat berat untuk aku dirasakan sendiri.
“Berhenti Alera..” Dengan nada tenang Mario menggapai ujung rambutku dan membelainya dengan penuh kasih sayang.
Aku menelan ludah. “Gue malu, Yo.”
Mario melepaskan pelukannya dan memperlihatkan kerutan di keningnya. “Jangan malu, bukannya dengan mengungkapkan perasaan itu bisa bikin lo merasa lega?”
Aku mendorong Mario, menjauhkan tubuh. Memang lega, tapi nyesek, Yo. Lo harus tahu. Batinku. “Iya gue merasa lega.” Aku mencoba tersneyum meskipun terpaksa.
“Perasaan lega yang menyakitkan?” Mungkin ini suatu anugrah yang luar biasa ketika cowok itu menunjukan sikap kepakaannya. Buktinya Mario bisa melihat apa yang coba disembunyikan dariku. Walaupun sudah berusaha menutupi kesedihan, namun aku gak bisa mengelabui cowok itu untuk saat ini.
Gelagat aku kelihatan gak tenang. Mataku gak fokus pada Mario. “Menyakitkan apanya sih, Yo. Berlebihan tau gak.”
“Gak usah bohong, Al.”
“Jangan menjauh, hanya karena gue gak bisa memilih lo, Al.”
.
[ToBeContinue]
Maaf nih, sempet hiatus.
Maaf juga part ini gak terlalu greget karena aku bingung, bener-bener lagi gak ada ide.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime
Teen FictionSelalu bawa perasaan sama sahabat cowok alias sahabat rasa pacar? Tapi Mario menolak seperti itu. Karena baginya berpacaran dengan sahabat tidak mengenakan. Berbeda dengan Alera, cewek itu sangat menyayangi Mario - bahkan melebihi rasa sayang terha...