SEPULUH : Kebodohan Yg Hakiki

84 25 15
                                    

Sekejam-kejamnya preman di pasar, lebih kejam bendahara kelas.

-Je t'aime-
.

"BAYAR gak lo!!"

Semua orang yang ada di koridor berlarian ke dalam kelas. Untuk kesekian kalinya dalam bulan ini cowok itu kena amuk bendahara kelas. Bedanya, yang hari ini diteriakin tambah dianiaya - padahal biasanya cuma diteriakin sampai semua orang gak berani keluar kelas.

Jeritan marah cewek berambut panjang ditambah polesan lipstik yang gak kalah tebal dari bibirnya itu masih kalah menakjubkan dibanding bu Siti yang kemana-kemana gak pernah pakai lipstik yang bikin murid-murid memanggilnya mayat hidup. Bibirnya yang pucat dengan tubuhnya yang langsing bu Siti suka kena ejekan murid nakal di sekolah. Balik lagi ke bendahara kelas yang sekarang sudah siap tempur bawa sapu nenek sihir punya mang Kal penjaga sekolah.

Bendahara kelas itu namanya Keisha, gebetan Rano yang galaknya melebihi guru Bk. Orangnya emosian kalau ada orang yang ngutang uang kas. Dia gak segan-segan kirimin pesan beribu-ribu demi si orang yang ngutang mau bayar uang kas secepatnya, dia juga gak mikirin kalau orang yang dikirimin pesan beribu-ribu membuat ponselnya lemot. Di pikirannya cuma satu : bayar uang kas yang nunggak sampai berbulan-bulan dan sebelnya lagi si tukang ngutang suka marah giliran gak dikasih fotokopian soal, sangat aneh.

Keisha menarik kerah cowok itu yang pasang tampang memelas, wajah tanpa berdosanya bikin Keisha pengen menghabisinya. Segaris senyum sinis yang bisa bikin orang yang ngutang makin memelas, memohon ampun supaya diberi keringanan. Dengan nada ketus, Keisha bilang, "Giliran ngapelin cewek aja ngasih coklat, ngasih bunga, uang kas lo ada. Tapi giliran bayar uang kas masih aja ngutang. Minta keringanan segala lagi, dipikir gue ibu kos!"

Muka cowok itu langsung asem. "Tapi gue gak ada duit Keisha. Lo cantik, baik hati dan tidak sombong, jangan gitu dong sama gue.. gue bakalan bayar hutang gue, tapi gak sekarang. Besok gue bayar deh."

"Besok aja terus sampe lulus sekolah. Lo pikir gue mau luluh gitu aja? Engga Di, gue udah tau akal-akalan lo." cecoros Keisha sampai lupa kalau cengkraman tangannya sudah dilepas dari kerah Rendi, kesempatan buat cowok itu untuk kabur.

BRAK! Rendi menutup pintu kelas bikin kami semua geleng-geleng kepala.

Pandangan matanya menyapu seluruh sudut di kelas ini, mencari tempat persembunyian supaya Keisha gak bisa menemukannya. "Rendi, buka pintunya!" Keisha bersikeras menggedor-gedor pintu.

Rendi kelihatan mengetik sesuatu di layar ponselnya, lalu mengatur napasnya yang ngos-ngosan. "Tito, bantuin gue dong. Lo masa tega sama gue?" Temannya itu menggeleng, kepalanya ditenggelamkan diantara kedua tangannya, mengacuhkan Rendi yang sekarang sedang dalam bahaya.

Lalu pandangannya beralih pada Rano. "No, bantuin gue kek. Lo kan pawangnya si Keisha, please!"

"Sori Di, gue baru aja baikkan sama Keisha. Gue gak mau Keisha marah lagi sama gue, cuma gara-gara bantuin lo."

Rendi memejamkan mata sebentar, dan saat membuka mata, tatapan matanya beradu denganku. "Alera.." lirihnya. " lo baik, kan?"

"Iya." jawabku singkat.

"Lo cantik, kan?"

Aku menopang dagu di atas meja . "Dari lahir, gue udah cantik kok."

Je t'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang