SEBELAS : Preman Baik Hati

79 25 6
                                    

Tampang boleh preman, tapi hati hello kitty.

-Je t’aime-
.

MOTOR Mario menepi di depan aku dan Luna. Lalu cowok itu membuka helmnya, memperlihatkan wajah sedihnya. Dia celingak-celinguk dan menghela napas panjang sebelum akhirnya bilang, “Maaf Al, gue gak bisa antar lo pulang. Gue mau antar mama belanja.”

Aku menoleh ke samping, melihat Luna yang prihatin. Lalu pandanganku kembali ke Mario. “Ya udah gak apa-apa, gue bisa bareng sama Luna.”

“Tapi, Al..” aku tahu hari ini Luna mau dijemput sama Adit, kekasihnya yang sedang berlibur, sekalian bertemu Luna. Sementara aku kini memberikan sebuah kode mengedipkan mata sehingga cewek itu akhirnya mengangguk walaupun dia ingin sekali berbicara pada Mario jika setiap detik cowok itu berduaan dengan kekasihnya membuat dadaku sesak.

“Iya, Alera pulang bareng gue.” cetus Luna.

Mario lantas mengangguk. “Ya udah kalo gitu, gue duluan ya.”

Aku tersenyum, “Iya, hati-hati.”

Mario menyalakan mesin motornya, dan berlalu pergi meninggalkan aku dan Luna.

Luna memandang aku yang berdiri di sampingnya. Dia terlihat gak tahan dengan sikapku yang selalu saja tersenyum saat tersakiti Mario, membuat cewek itu menggerutu. “Terus aja pasang topeng di depan Mario, mau sampe kapan sih, Al?”

“Pasang topeng apa sih, Lu. Dipikir gue lagi tari topeng apa?” balasku sengit tanpa menatap Luna.

Luna terdengar berdecak dengan sikapku yang seolah baik-baik saja. “Gini nih kalo udah cinta banget sama seseorang.”

Please Al, jangan sakitin diri lo terus dong.” sambung Luna sementara aku melangkah mundur untuk duduk di kursi halte sekolah.

Luna menarik napas sambil menggeleng gak percaya. Kemudian cewek itu duduk di sebelahku. “Alera sayang.. dengan cara lo yang terlihat baik-baik aja di depan Mario, itu sama aja lo terus menyakiti hati lo sendiri.”

“Lo liat kan, Mario gak mikirin kalo sebenarnya lo kecewa sama dia.”

Tangan Luna terulur hinggap di bahuku. “Mario mungkin gak bisa melihat lo kecewa, tapi gue.. gue bisa liat jelas dari senyuman lo.”

“Lebih baik lo samperin Adit deh, kasian tuh dia nunggu lo di pinggir jalan.” aku menunjuk ke arah Adit yang baru tiba. Luna mengikuti arah pandangku, bibirnya tersenyum lebar mengetahui bahwa kekasihnya sudah tiba di sekolah. “Gak usah pikirin gue, jangan sampe topik pembicaraan yang lo obrolin sama Adit tentang gue ya. Gue pengen lo obrolin tentang kerinduan lo sama Adit. Arasseo¹?”

Mianhaeyo².”

Aku mengibaskan tangan. “Gak usah minta maaf deh, udah sana samperin Adit.”

“Lo pulang gimana?”

Aku tersenyum. “Gue bisa naik angkot.”

Luna memeluk tubuhku. “Geuraeyo³.” aku melambaikan tangan di udara saat kekasih Luna memberi klakson.

Kini aku pergi meninggalkan halte, mencari angkutan umum di pinggir jalan.

Je t'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang