DELAPAN BELAS : Kabur

53 14 8
                                    

Barang siapa yang menyulitkan orang lain maka Allah akan mempersulitnya pada hari kiamat (HR Al-Bukhari)

-Je t’aime-
.

SMA ANGKASA.

PUKUL 06.50. murid-murid berlarian melewati koridor begitu mendengar bel berndering dengan nyaring di seluruh penjuru sekolah, termasuk aku yang berlari sekuat tenaga supaya gak terlambat masuk ke kelas karena pelajaran sekarang gurunya killer.

Hari ini aku pergi sendirian tanpa diantar Mario karena dia harus mengantar Gitta kekasihnya, aku hanya bisa mengalah saat Mario menelponku tadi pagi. Alhasil aku datang terlambat karena tadi harus menunggu sang supir angkot yang tiba-tiba kebelet pipis.

07.00. aku baru sampai di lantai dua, tempat dimana kelasku berada. Susah payah untuk sampai disini karena aku harus berhimpitan dengan murid lainnya yang sama-sama gak ingin terlambat masuk kelas.

“Kemana aja lo, tumben terlambat?” heran Raisa yang kini berdiri di sampingku.

“Gue naik angkot, mana si mang angkotnya kebelet pipis segala lagi.” jawabku seadanya, lalu mengeluarkan buku pkn ke atas meja dari dalam tas. “nih, lo mau liat kan?” aku menyodorkan buku tulis ke hadapan Raisa yang langsung tersenyum mengambil buku punyaku ke dalam pelukannya.

“Untung bu Siti bakalan telat datangnya.” Cewek itu menghela napas, dan matanya melotot ketika dia mendapati tugas yang kutulis semalaman. “ini tugas pkn atau indonesia sih, kok panjang banget kayak cerita.” keluh Raisa.

“Makanya, kalo ada tugas tuh cepet-cepet dikerjain jangan nunggu sampe banyak.”

Raisa nyengir, “Nonton drakor gue, jadi mager deh..”

“Dasar ya lo, ketularan Luna sih. Eh tapi, mending Luna sih dari pada lo, yang tingkat kemagerannya melebihi emak-emak yang pantatnya gede.” kataku cekikikan.

“Buruan tulis, jangan sampe lo dikasih tugas tambahan dari bu Siti.” tambahku.

Sorot mata Raisa terlihat bingung, dia buru-buru ke tempat duduknya dan mencari alat tulis ke dalam tas sampai ke kolong meja. Aku menggeleng gak percaya, yang biasanya Raisa gak pernah lupa menyimpan alat tulisnya yang banyaknya melebihi toko alat tulis di sekolah, sekarang dia kelihatan kebingungan. “Pinjem pulpen lo dong, Al. Kayaknya tempat pensil gue ketinggalan deh.”

“Lo boleh nonton drakor, tapi jangan sampe melupakan tugas lo sebagai pelajar.” Itu kata Rano.

“Cerewet amat sih, emang lo udah?” tanya Raisa ketus.

Rano memperlihatkan bukunya yang sudah penuh dengan tulisan sambunya, “Udah dong, gue gitu loh.”

“Dih sombong.” Raisa mencibir.

“Duh kelamaan deh, Sa. Cepetan tulis.” aku jadi gemas sendiri deh kalau Rano sama Raisa mulai adu mulut yang gak ada ujungnya.

“Selamat pagi anakku tercinta..”

Aku berdeham keras, menyuruh Raisa untuk berhenti menyalin pekerjaannya. Raisa mengerti, dia melepaskan pulpen dan langsung menjawab sapaan dari bu Siti serempak dengan yang lain.

“Kumpulkan tugasnya di atas meja.”

Raisa menutup pekerjaannya dan menyerahkan bukunya kepada Udin, ketua kelas. Raut wajahnya kelihatan santai membuatku bisa bernapas lega kalau nyatanya Raisa bisa menulis cepat meskipun tulisannya gak sebagus Rano.

“Darrell Agra Dharmawangsa,” panggil bu Siti.

Aku melirik Raisa yang mengelus dada, pertanda selamat dari tugas tambahan. “Syukur deh,” gumamku pelan. Lalu mataku memandang ke arah Darrell yang dengan santainya bangkit untuk menghadap bu Siti yang sudah kesal dengan sikap cowok itu.

“Jangan buat guru darting, Rell.” kata Rendi berbisik.

“Santai.” jawab Darrell, kemudian cowok itu mengambil beberapa langkah untuk sampai di hadapan bu Siti.

Bu Siti menghela napasnya kasar, sepertinya guru itu harus ekstra sabar menghadapi murid seperti Darrell. Cowok itu selalu menimbulkan masalah, tugas yang diberikan guru mapel gak pernah dikerjakan dengan baik alhasil banyak guru yang gak segan-segan menghukum Darrell – terkadang dia hanya menuliskan soalnya saja atau menulis ‘Barang siapa yang menyulitkan orang lain maka Allah akan mempersulitnya pada hari kiamat (HR Al-Bukhari)’

“Ini tugas udah satu minggu yang lalu, kenapa belum selesai juga?” Ada penekanan di setiap katanya.

“Udah kok bu. Coba deh baca yang teliti.” kata Darrell hati-hati, dia gak mau bikin bu Siti darting lagi.

Tapi nyatanya guru itu darting. “Darrell, ibu lagi serius tolong jangan bercanda.”

“Saya juga serius bu, saya udah kerjain.”

Jawaban Darrell tadi membuat bu Siti semakin kesal. “Lari keliling lapangan basket tujuh putaran!” suruh bu Siti.

Darrell hanya menatap bu Siti datar. “Biasanya lima putaran bu, kok jadi nambah?” tanya Darrell dengan wajah tak berdosanya, seolah dia adalah bayi yang baru lahir ke dunia.

“Gak usah banyak tanya, cepat!” suara bu Siti mendadak tinggi, membuat suasana kelas menjadi hening seketika.

“Bentar bu, ijinkan saya untuk berbicara pada Rendi terlebih dahulu.” Langkah kaki Darrell berjalan lambat ke arah Rendi yang menatapnya bingung, lalu dia berbisik di telinganya, temannya itu hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu kata pun dan tak lama setelah merasa temannya mengerti dengan ucapannya, Darrell pergi meninggalkan kelas.

Bukannya lari tujuh keliling ke lapangan basket, Darrell malah pergi ke gerbang belakang sekolah. Lagipula bu Siti juga gak akan tahu kalau Darrell lari atau gak, guru itu sedang mengajar di kelas.

Darrell berhenti di depan gerbang hitam yang menjulang tinggi ke atas, jarinya dengan lihai mengetik sesuatu di layar ponselnya setelah itu dia mulai memanjat gerbang tanpa rasa takut.

“Rell, lo yakin alpukat-nya udah pada mateng?” tanya Ilham yang sudah berdiri di hadapannya saat cowok itu berpijak di tanah. “nanti banyak yang komplein kayak waktu itu karena alpukat-nya belum matang.”

“Udah, yuk.”

“Yang lain gak ikut?” tanya Ilham ketika menyadari kalau Darrell cuma sendiri.

Darrell menggeleng. “Gak. Hari ini giliran kita yang manjat, saya suruh mereka jualan hasilnya.”

Ilham mengacungkan jempolnya. “Oke deh.” Kedua cowok itu lantas melangkah lebih jauh lagi untuk sampai di pohon alpukat. Ilham berhenti melangakah, “bentar, Rell. Luna sms.”

07.50
Ham, jangan bilang lo mau bolos lagi?
Mantan gue.

07.55
Emang mo bolos ko Lu, sori ya. Alpukat disana lebih menggiurkan dibanding lo.
Tukang madog.

07.56
Pasti ini akal-akalan si Rendi kan?
Mantan gue.

08.00
Bukan. Sori-sori gue lupa kasih tau lo, kalo ketua gengnya udah diganti sama Darrell.
Tukang madog.

Read

.
[ToBeContinue]
Vote dan komen.

Je t'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang