Rinduku selalu datang dikala aku tidak bisa berkomunikasi denganmu.
-Je t’aime-
.AYAH kayaknya libur kerja. Pagi-pagi beliau menggedor pintu kamarku menyuruh untuk sarapan pagi bersama, padahal yang biasa menggedor pintu kamarku bi Inah asisten rumah tangga. Dari kamar aku bisa mendengar keributan di bawah, lebih tepatnya di dapur. Sepertinya ayah terinspirasi buku resep yang dikasih bi Inah, mendadak ayah heboh masak. Bi Inah memang jago masak, bahan mentah apapun yang dilihat bi Inah bisa jadi makanan lezat ala-ala restoran bintang lima.
Ayah tiba-tiba tertarik untuk belajar masak setelah diberi resep andalan punya bi Inah. Hari ini ayah yang memasak untuk sarapan pagi, lagipula hari ini bi Inah gak ada di rumah karena malam kemarin beliau harus pulang ke kampung halamannya saat mendengar kabar bahwa anaknya sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Ayah mengijinkan bi Inah untuk pulang dan ayah menyuruh mang Ujang untuk mengantarkan bi Inah sampai tujuan.
“Ini yakin bisa dimakan yah? Gak beracun kan?” Bion buka suara saat menatap beberapa masakan di piring.
Ayah mengembuskan napas berat. “Masa ayah tega meracuni kalian. Jangan merendahkan kemampuan ayah, Bion. Dicoba dulu, baru boleh komentar.”
Aku menilik masakan, kayaknya perasaanku dengan Bion sehati. Buktinya aku gak percaya dengan masakan buatan ayah, secara gitu, ayah kan gak terlalu pandai memasak. Terakhir kali aku melihat ayah masak saat ibu masih ada, saat itu masakan ayah memang lezat tapi mungkin karena dibantu ibu.
“Yah, kalo terlanjur keracunan gimana mau komentar?” ledeknya disertai cekikikan.
“Kan ada gue Bi. Kalo kamu keracunan disini, gue langsung bawa lo ke rumah sakit. Lo coba duluan Bi.” aku nyengir jahil, mengambil kesempatan dalam kesempitan saat Bion meledek ayah. Aku harap dengan caraku begini, Bion bisa menerimaku lagi.
“Bismillahirahmanirahim..” kata Bion hati-hati. “Doain gue ya, La.” sambungnya bikin aku melongo. Akhirnya Bion mau berkomunikasi denganku lagi, bahkan dia memanggilku ‘La’, yang diambil dari nama kedua ‘Daniela’.
“Enak kok.” Selang beberapa detik Bion memperlihatkan senyumannya.
Ayah tersenyum bangga.
“Cepat-cepat minum obat ya kalo..”
Ayah melotot. “Bion yang benar dong!”
Aku dan Bion cekikikan geli. “Lumayan sih yah.” kataku setelah mencicipi potongan ayam goreng bumbu kecap manis.
“Ya udah makan yang banyak.” kata ayah. “mau bekal? Makanan rumah lebih sehat loh dibandingkan makanan sekolah.”
Aku dan Bion saling tatap, lalu mengangguk. “Boleh yah.”
Dengan gerak cepat, kini ayah menyodorkan tupperware biru ke hadapanku dan Bion. Cowok itu bangkit, “Bion pergi dulu ya, yah.”
Aku juga ikutan bangkit. “Alera juga ya.” aku mencium pundak ayah sebelum akhirnya menyusul Bion.
“Bion..” panggilku sedikit berteriak.
Bion menoleh, “Apa?” cetusnya.
Aku menghampiri Bion yang siap-siap untuk pergi. “Makasih ya.”
“Buat apa?”
“Lo udah mau ngomong lagi sama gue.”
Bion memutar bola matanya malas. “Jangan pede dulu deh, gue lakuin ini supaya ayah mau mengijinkan gue pergi ke bar setiap malam. Kalo bukan karena ini, gue ogah ngomong sama lo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime
Teen FictionSelalu bawa perasaan sama sahabat cowok alias sahabat rasa pacar? Tapi Mario menolak seperti itu. Karena baginya berpacaran dengan sahabat tidak mengenakan. Berbeda dengan Alera, cewek itu sangat menyayangi Mario - bahkan melebihi rasa sayang terha...