9. kenyataan pahit

277 18 0
                                    

Pagi hari ini masih terlihat mendung masih sama seperti hari-hari kemarin aku hanya memandang rintik-rintik hujan yang mengenai jendela kamarku.

"Sampai kapan mendung kayak gini?" aku menyibakkan selimut yang tadi menutupi tubuhku.

Hari ini lagi-lagi sekolah diliburkan karena persiapan untuk kemah dua hari lagi dan lagi-lagi aku teringat dengan Mama biasanya Mama akan membantuku menyiapkan barang yang akan aku bawa, tapi sekarang aku harus menyiapkannya sendiri.

Aku mengambil koper kecil yang aku simpan di dalam lemariku, aku mulai menyusun barang-barang yang akan aku bawa.

"Zee, kamu mau kemana? " suara seseorang yang beberapa hari lalu berkenalan dengan ku terdengar dari belakang.

"Aku akan kemah dua hari lagi Fio" ucapku padanya, Fiona.

"Bisakah aku bercerita? " ucapnya sambil menatapku sendu.

"Tentu saja boleh, berceritalah" aku menutup koperku dan duduk di sebelahnya.

"Sungguh? Apakah kita bisa bicara disini tanpa di ganggu? " ucapnya sambil memandang pintu kamarku, aku tau maksudnya.

"Bisa tapi aku akan mengunci pintunya dulu tenang saja" aku percaya Fiona tidak akan mencelakaiku.

"Sudah, bercerita lah Fio aku akan mendengarkannya" ucapku setelah mengunci pintu kamarku.

"Zee, aku rindu sekali Mama, Papa, dan kakakku, ingin rasanya aku menemui mereka" aku sangat iba padanya.

"Boleh aku tau siapa Keluarga mu? Siapa tau aku bisa membantumu" ucapku menatapnya.

"Baiklah aku akan menceritakan semuanya padamu"

Namaku Fiona Adrianta, aku memiliki kakak laki-laki yang hanya beselisih beberapa menit, ya dia kembaranku aku tumbuh dikeluarga yang mampu Papaku seorang pengusaha sekaligus kolektor barang-barang antik, mamaku seorang fasion designer sejak kecil aku selalu diajarkan menjadi anak yang baik dan tidak sombong hingga beberapa tahun kemudia Papaku mendapat teror dari seseorang yang awalnya tidak aku ketahui dia mengincar aku atau kakak ku Papa mulai memperketat penjagaan rumah kami tapi nasib berkata lain saat itu aku pergi diam-diam dari rumah hingga di tengah jalan aku dijegad oleh laki-laki bertubuh kekar dia menyeretku dan membawaku ke rumah ini aku dibawa melewati pintu ukir dan aku dimasukkan kedalam sebuah ruangan gelap, aku sangat takut Zee,seseorang datang dari luar sepertinya ia orang yang meneror Papaku, dia seperti berbicara dengan seseorang melalui telponnya dan dia mengatakan akan menyekapku dan benar ia menyuruh anak buahnya membiarkan aku di dalam ruangan gelap itu hingga aku sudah tidak kuat lagi karena aku memiliki penyakit asma dan saat itu asmaku kambuh dan kondisiku semakin melemah dan aku berhenti bernafas.

Tak terasa air mataku mulai menetes dan semakin deras aku tidak tahan mendengar kisahnya, tunggu kerumah ini siapa penerornya?

"hiks.. Siapa penerornya Fi?" ucapku masih sesenggukan.

"Hmm..aku rasa kamu tidak akan percaya" ucapnya sedikit kecewa.

"Siapa Fi? Aku rasa kamu tidak mungkin berbohong" dia menatapku serius.

"Orang itu Papa dan Opa mu" duniaku serasa runtuh seketika ternyata ini maksud Liza aku terlahir di keluarga yang kejam?

Aku menutup kedua mataku, air mata semakin deras megalir dari kedua mataku yang tertutup membayangkan betapa jahatnya Papa dan Opa apa yang membuatnya seperti itu.

"Aku tidak menyimpan dendam padamu Zee, aku tau kamu tidak bersalah yang salah itu Papa dan Opamu yang terlalu berambisi dan menghalalkan segara cara demi apa yang mereka inginkan, kamu gadis yang baik Zee jaga baik-baik kakakku ya, aku menyayanginya" ucapnya dan seketika menghilang dari hadapanku.

"Fiona tunggu" ucapku sambil berdiri dari kasur dan mencoba mencarinya tapi hasilnya nihil aku tidak melihatnya dimana pun.

Aku melangkahkan kakiku ke luar kamar, saat ini penampilanku sangat kacau rambut acak-acakan, mata sembab, baju tak karuan dan saat aku ingin mengambil air di dapur aku melihat Papa di ruang kerjanya yang pintunya sedikit terbuka aku masih tidak habis pikir Papa bisa melakukan itu.

Aku mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya ke dalam gelas yang sudah aku siapkan tiba-tiba Papa sudah ada di depanku dan menatapku dari atas ke bawah.

"Kamu kenapa Zee? Nangis gara-gara kangen Mama? Kan udah Papa bilang sementara,lagian supaya adik kamu aman" ucapnya panjang lebar dia tidak tahu jika aku sudah mengetahui semuanya, mungkin kalian berpikir aku mudah percaya dengan orang lain tapi bagiku untuk apa Fiona membohingiku?ingin menghancurkan keluargaku? Tidak mungkin terlihat dari sorot matanya ia hanya ingin didengarkan dan memberitahu kenyataannya.

"....." aku tidak menjawabnya aku bersikap seolah-olah tidak mendengarkan ucapannya, aku kembali ke kamar dengan segelas air dingin di tanganku.

"Zee.. Tunggu" Papa menyusulku dari belakang tapi aku mempercepat langakahku hingga aku berhasil memasuki ke kamar lebih cepat saat aku akan menutu pintu Papa menahan pintu kamarku dengan ujung kakinya.

"Zee.. Kamu kenapa sih? " ucapnya sambil mendorong pintu kamarku aku juga mendorong balik pintu kamarku tapi tentu saja tenaga Papa jauh lebih kuat dariku hingga pintu terbuka dan aku terjatuh.

"Awwh.. " tanganku terbentur di lantai cukup keras.

"Maaf.. Maaf sini Papa bantu" ucapnya menarik tangan kananku segera ku tepis tangannya dan aku berdiri sendiri.

"Kamu kenapa? " aku tak menjawabnya tapi air mataku tidak bisa diajak kompromi air mataku meluncur bebas dengan sendirinya, saat mata coklat milik Papa yang juga menurun padaku menatapku dalam.

"Kenapa? " suara Papa melembut dan menarikku ke dalam pelukannya, aku menangis semakin keras aku masih merasa nyaman di dalam pelukan Papa.

"Kalau kamu nangis karena Papa, Papa minta maaf sayang" ucapnya sambil mengelus rambutku,aku tidak menjawab sepatah katapun aku memilih memejamkan kedua mataku hari ini cukup melelahkan dengan kenyataan yang baru ku ketahui.

Apa alasan Papa seperti itu?

Jika Papa memang kejam kenapa dia selalu menyayangiku? Apa karena aku anaknya? Tapi kenapa dia tega menyakiti anak orang lain? Biarkan waktu yang menjawabnya.

Tbc...

WELCOME TO MY SCARY HOME(TAMAT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang