Sinar matahari menyambut pagiku hari ini, rasanya mataku masih sangat berat hingga tiba-tiba aku mendengar suara gaduh dari dalam lemariku.
Dengan ragu aku membuka lemari pakaian di depanku dan hampir saja jantungku copot saat tiba-tiba gadis kecil keluar dari lemariku, dia berlari menuju balkon kamarku.
"Hei, siapa kamu? " aku mengikutinya dari belakang.
Gadis kecil ini sangat cantik dengan bibir merah, hidung mancung, alis tebal, berkulit putih, berambut coklat dan bermata hitam legam, gadis itu tersenyum kearahku.
"Hei, maafkan aku telah mengganggumu" ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
"Emm.. Tidak, siapa kamu? " aku menatapnya yang masih menundukkan kepalanya.
"Aku Fiona, senang bertemu denganmu Zee" dia tersenyum tulus kepadaku berbeda dengan Liza.
"Kok kamu tau nama aku?kamu berasal dari mana? " aku merasa sedikit janggal dengan gadis ini pasalnya kulitnya memang putih tapi terlihat pucat seperti tidak ada darahnya.
"Aku tidak sedunia denganmu Zee kamu pasti mengerti itu, tentang mengapa aku tahu namamu? Mungkin jika aku masih hidup aku akan menjadi teman sebaya mu" aku sangat terkejut mendengarnya.
"Maksudmu? " aku menatapnya serius.
"Iya jika aku masih hidup aku akan seuisa mu, dulu saat kita masih seumuran aku pergi ke rumah temanku namanya salsa rumahnya tidak jauh dari sini tapi diperjalanan aku malah ditangkap dengan orang asing lalu aku dibawa ke---" Fiona langsung menghilang ketika Papa memasuki kamarku, apa dia takut ketahuan Papa?
"Zee, bicara dengam siapa? " Papa langsung menghampiriku ke balkon.
"Tidak hanya menenangkan pikiran, Pa" Papa masih celingak-celinguk mencari orang aku ajak bicara.
"Oh ya? Kamu gak bohong kan? "aku tidak merespon apapun.
"Zee, segera mandi setelah itu sarapan ke bawah ya,sayang" Papa langsung meninggalkan aku sendiri dikamar dan aku langsung mencari-cari Fiona.
"Fi... Fi... Fionaa.. " aku memanggilnya namun ia tak kunjung datang akhirnya aku segera mandi dan sarapan kebawah setelah itu baru aku cari Fiona.
-----------------------------------------------------------
Aku menuruni satu persatu anak tangga,di meja makan hanya ada Papa aku menarik kursi di depannya.
"Pa.. Mama mana? " Papa menatapku sejenak lalu mengambil air di depannya.
"Ekhm.." Papa berdeham sebelum melanjutkan pembicaraannya.
"Mama udah pergi tadi pagi" setelah mendengarnya aku kaget bukan main apa pergi? Kenapa? Sebegitu berbahanya kah aku?
"Kemana? Kenapa Pa? " suaraku sedikit bergetar aku menahan tangis dan juga amarahku.
"Kamu tidak perlu tau nanti jika adikmu sudah lahir Mama akan kembali lagi" dengan santainya Papa mengatakan itu semua, tidak taukah dia seberapa sakitnya aku?
Aku tidak sarapan hari ini aku langsung berangkat sekolah setelah pembicaraanku dengan Papa tadi, aku menangis di dalam mobil, pagi ini langit sangat mendung seperti ikut bersedih bersamaku, aku menatap ke luar jendela disana ada seorang anak kecil yang tersenyum bahagia bersama ibunya walau dari kelihatannya bajunya lusuh tapi mereka tampak bahagia bermain hujan bersama.
"Aku rindu Mama" aku semakin menangis sesenggukan, Pak Fari memberikan tisu untukku.
"Ini non di hapus dulu air matanya, sekolahnya udah dekat kan malu kalau dilihat temannya non" Pak Fari tersenyum tulus kepadaku, Pak Fari sangat baik kepadaku dia sudah menganggapku anaknya sendiri.
"Makasi,Pak Fari" aku membalas senyumannya sambil mengapus air mataku.
Akhirnya aku sampai di sekolah dengan selamat aku berusaha agar tidak terlihat bersedih.
"Zee.." Gavin menepuk sebelah pundakku dari belakang.
"hmm.. Iya? " aku membalikkan badanku, Gavin sepertinya menyadari apa yang terjadi padaku dia terus melihat kedua mataku,aku segera menundukkan kepalaku.
"Hei, are you okay? " ucapnya sambil memegang kedua bahuku.
"I'm fine" aku langsung membalikkan badanku dan kembali berjalan menuju kelasku.
Jam pelajaran pertama dimulai dengan tertib hingga terasa jam istirahat sudah tiba, saat aku ingin pergi ke kantin tiba-tiba Gavin menahan tangan kananku.
"Zee, kalau kamu punya masalah cerita jangan nahan sendiri, kalau kamu anggap aku temen kamu please cerita,Zee" aku hanya bergeming tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Zee, aku tau kamu lagi gak baik-baik aja,cerita aja siapa tau itu ada kaitannya sama Liza" awalnya aku lupa sama Liza tapi Gavin baru saja mengingatkanku.
"Mama aku pergi Vin, tapi aku gak tau dia kemana" aku tidak bisa menahan air mataku yang tiba-tiba meluncur bebas.
"Udah aku duga ini pasti ada kaitannya sama Liza kan? " ucapnya sambil memberikanku tissu.
"Aku gak tau ini ada hubungannya sama Liza atau enggak" aku menghapus air mataku.
"Iya sih tapi intinya kan dia penyebabnya,Zee" aku tidak berani menerka-nerka salah-salah Liza bisa marah jika ia mengetahuinya.
"Entahlah aku hanya rindu Mama sekarang, aku rindu calon adikku"
"Bersabarlah... "
Mungkin bersabar salah satu solusinya tidak dengan berbuat egois lagi. Ma, jika suatu saat aku hanya meninggalkan suatu tulisan berikannlah itu pada adikku yaa..
Mungkin itu pesan yang mungkin akan aku sampaikan pada Mama suatu saat nanti.Hai.. Thank you so much semuanya yang udah mau luangin waktu buat baca cerita aku, yang mungkin belum sebagus harapan kalian sekali lagi makasii, tunggu next partnya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
WELCOME TO MY SCARY HOME(TAMAT✔)
Paranormalsudah 14 tahun aku menempati rumahku ini banyak kejadian-kejadian yang tak wajar ku alami entah kenapa orang tuaku melarangku ke salah satu sudut rumah? hingga pertemuanku dengan seorang perempuan misterius mengakhiri semuanya.... ...