+elf+

1.1K 131 70
                                    

Ini ga cocok masuk ke SS, soalnya panjang :v wkwkwk

Oiya Jadi gue mau nyoba2 ya. Narasi gue jadiin baku, tapi conversation ttp gue lo. Kalo gaenak, ntar diubah lagi narasinya jadi ga baku.

***

Selambat-lambatnya kura-kura, aku yakin masih lambat diriku memahami semua ini. Ketika sadar apa yang kuketik dan kukirim ke Daniel barusan ini aku baru sadar karena itu berarti aku harus mengajak Yoongi saat ini juga. Bukannya aku takut, atau bagaimana. Yoongi bukan tak suka aku pergi malam. Kalau bersamanya, sudah pasti ia perbolehkan. Tapi, gagasan bahwa sebelum ini aku akan pergi tanpa persetujuannyalah yang membuatku takut.

Serius, aku tak bisa membayangkan wajah kecewa Yoongi setelah aku mengatakannya. "Nge! Kenapa dih, bengong mulu." Eunhoon menyadarkan ilusi sesaatku. Cewek cantik tapi suka pecicilan itu kini berusaha mengintip ke ponselku. "Lah iya, mau ngajak Yoongi jadinya?" katanya dengan semangat.

Aku hanya bisa menatapnya ragu sambil menggeleng—berharap Eunhoon mengerti dan berhenti bicara—karena aku ingin mengatakannya sendiri kepada Yoongi, bukan dari mulut orang lain. "Ngajak gue apaan?" Yoongi menatapku sambil bertanya-tanya, sebelah alisnya terangkat satu dengan sempurna. Wajah tampannya seakan mengalihkan duniaku begitu saja.

"Itu, besok—mmmppph."

Juki menutup mulut kekasihnya dengan segera. Ya tuhan, entah mengapa aku merasa Juki a.ka Jungkook hari ini seperti pahlawan bagiku. Eunhoon sungguh ember, ingin sekali-kali kuketuk kepalanya agar sadar. Kusadari saat ini tatapan Yoongi mengarah padaku.

"Aku sama Eunhoon mau jalan besok malem, kamu mau ikut?" tanyaku hati-hati.

"Kemana?" Tiba-tiba nada suara Yoongi agak meninggi membuatku jadi takut melanjutkan.

"Ih udah lo ikut aja si. Ribet banget." Nada suara Eunhoon terdengar kesal ke arah Yoongi.

Yoongi malah tak menanggapi ucapan Eunhoon, kali ini ia menatapku dengan lembut, lalu bicara, "Aku gabisa pergi besok malem, Sayang. Makanya aku tanya kalian mau kemana?"

Uh, Yoongi.

"DKM. Jungkook tau kok tempatnya. Kalo lo gaikut yaudah. Lo bisa serahin Yonge ke gue, oke? Jangan dikekang terus Yongenya. Kalian belom nikah keles."

Bisa kudengar Jungkook, Kuda, Emon, dan yang lain-lain terbatuk-batuk mendengar nada sindirian Eunhoon yang keras terhadap Yoongi. Aku juga begitu, merasa dikekang, tapi aku pikir apa yang Yoongi larang itu memang baik untukku. "Oke."

Sudah? Itu saja yang Yoongi ucapkan untuk melepasku? Serius? Kulihat mata Yoongi mulai terpejam, seakan menahan amarah. Tapi posturnya tetap tenang. Aku yakin, sejujurnya ia tak suka aku pergi dengan Eunhoon besok malam. Lagipula, mengapa ia tak bisa ikut coba? Katanya libur tiga hari?

Setelah semua kembali normal, aku menarik tangan Yoongi keluar cafe. Yoongi menurutiku kemana saja aku berjalan. Sesampainya di depan cafe, aku mulai menatapnya. "Gi, kalo kamu gasuka aku pergi, aku bisa batalin itu semua dan ga ikut Eunhoon," kataku sungguh-sungguh. Bagiku, batal pergi itu lebih baik daripada melihat wajah kecewa Yoongi seharian.

Wajah Yoongi mendadak mengkerut—lagi-lagi aku merasa ia marah. "Nggak pergi dan ngerasa dikekang sama aku?" jawabnya.

"Kamu tau Eunhoon ga maksud begitu kan?" Aku menatapnya lebih tak masuk akal lagi.

"Tapi emang keliatannya begitu. Aku selalu ngekang kamu." Setelah bicara, Yoongi membelakangiku, seolah-olah ia tak sanggup menatapku lagi.

"Yang pacaran itu kita! Bukan dia! Kenapa harus mikirin orang lain?!" teriakku mencoba membuatnya berbalik lagi menatapku. Aku tak ingin menangis, tapi rasa sesak terus melesak dari dadaku. Akhirnya setetes air mata meluncur tepat di pipiku.

Es Buah 2 : myg [fin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang