FLASHBACK ON
Rintik hujan jatuh membasahi tanah pemakaman seorang wanita berhati lembut. Dalam diam kedua orang yang sangat mencintainya masih bertahan menatap nisan tersebut dengan derai airmata.
“Jieun-a ayo pulang.” Suara baritone pria disampingnya menyadarkan seorang gadis kecil cantik berusia 8 tahun tersebut kembali pada dunianya.
“Tapi Appa, eomma hiks.. Nanti kedinginan disini.” seolah itu adalah wajah cantik ibunya Jieun mengelus nisan itu dengan lembut.
Tuan Lee menghela napas berat melihat sang putri yang masih tak dapat menerima kepergian sang ibu, sama seperti dirinya.
Dengan lembut Tuan Lee merangkul putri kecilnya itu lalu menggendongnya pergi dari sana. Dia tidak ingin membiarkan Jieun dan dirinya terus larut dalam rasa sakit yang semakin menghujam hati keduanya.
Langkahnya semakin jauh meninggalkan gundukan tanah basah itu, meninggalkan cinta nya yang kini tengah tertidur dalam dekapan bumi.“Hiks! Eomma!! Appa eomma!!” Isak Jieun menangis dalam gendongan sang ayah. tangan mungilnya tergapai diudara. Gadis kecil itu berusaha untuk menghentikan langkah kaki ayahnya.
Dia menangis.
Menjerit menatap makam ibunya yang semakin jauh.
Tuan Lee semakin meneguhkan hatinya, pria itu sengaja menulikan telinganya dari semua jerit dan isak tangis putri tunggalnya.
Dia juga terluka seperti Jieun. Dia juga tidak menerima takdir kejam ini, karena dia sendiripun bingung bagaimana bisa sang istri begitu cepat meninggalkannya dengan putri mereka yang masih sangat kecil. Hatinya selalu bertanya apa dia bisa menjadi ayah sekaligus ibu yang baik untuk Jieun? Apa dia mampu hidup sendiri tanpa sang istri?“Jihyo kenapa kau begitu tega meninggalkan ku dengan Jieun disini sendirian.” Tuan Lee semakin mendekap erat putrinya
Pria itu terus berjalan meninggalkan seribu tanya dalam benaknya. Berjalan meninggalkan cinta dan seluruh kenangannya dengan sang istri. Meninggalkan kenangan dan menyambut takdir baru yang mungkin jauh lebih indah.
Benarkah akan jauh lebih baik?
***Hujan.
Seakan masih belum bisa keluar dari gelung kesedihan. Hujan masih terus jatuh membasahi bumi yang terasa begitu senyap.
Seorang gadis kecil cantik memandanginya dengan pilu, dia tidak mengerti kenapa langit seakan masih ikut larut dalam kesedihannya. Kenapa langit seakan mengerti bahwa tetes airmata itu masih saja tetap jatuh dari manik hitam gadis manis itu.“Eomma, hari ini hujan lagi.” Ujar Jieun memandangi bingkai foto sang ibu dengan wajah sembab karena airmata.
Dulu dia sangat menyukai hujan, karena disaat seperti ini Ibu nya akan keluar. Menarik Jieun lalu menari dibawah rintik hujan yang membasahi keduanya.
KRIET!!!
Terdengar suara pintu kamar yang terbuka membuat gadis kecil tersebut menengok untuk melihat siapa yang membuka pintu kamarnya. Dia berjalan menghampiri seorang pria yang berjalan sempoyongan memasuki kamarnya.
“Appa.” Ucap Jieun menatap tuan Lee yang terlihat aneh.
“Appa baik-baik saja?” Tanya Jieun menghampiri sang ayah yang terlihat sangat berbeda, dia mencium bau yang menyengat entah apa itu namanya dia tidak mengerti.
Alkohol..
Jieun kecil tanpa rasa curiga mendekati sang ayah yang tengah terduduk di ranjang kecilnya, menatap polos pada seorang pria yang masih menundukkan wajahnya.
“Jieun kamu mau membantu Appa sayang?” Tanya Tuan Lee dia mendongkakkan wajahnya menatap putri kecilnya yang manis, tangan besarnya mengelus lembut rambut hitam Jieun.

KAMU SEDANG MEMBACA
FATED
FanfictionTerkadang kita selalu merasa takdir tak berpihak kepada kita,merasa tidak adil dengan jalan yang Tuhan berikan, tapi di balik semua luka yang mewarnai detik langkah kehidupan. Pasti disana terdapat secercah kebahagiaan walaupun itu dalam balutan pe...