Jieun menatap sendu seorang gadis yang tengah terbaring dengan selang infus yang menempel dilengan putih porselennya. Tangannya terangkat memegang erat jemari lentik terbalut perban itu.Hiks!
"Maafkan aku Jiyeon, aku benar-benar minta maaf! Maafkan aku Jiyeon." Isak tangisnya terdengar, kepalanya tertunduk dan genggaman tangannya semakin erat menggenggam jemari Jiyeon.
Hiks!
Hiks!
"Aku mohon maafkan Jiyeon maafkan aku."
Bahunya bergetar dengan hebat. Dia membenamkan wajahnya semakin dalam, hatinya begitu sakit melihat betapa menyedihkannya sahabat terbaiknya.
Jieun merasa sangat menyesal karena tidak melindungi Jiyeon disaat hancur, merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri yang terlihat mengabaikan Jiyeon.
Batinnya menjerit mengingat betapa bodohnya dia saat itu.
Jieun hanya terpaku menatap Jiyeon yang meminta pembelaan darinya.
Flashback on.Jiyeon masih terus menangis, dia menatap semua anak-anak dikelas yang meneriaki seperti seorang pendosa.
"Jiyeon."
Jieun memalingkan wajahnya, hatinya mencelos sakit saat melihat bagaimana Jiyeon kini.
'Ada apa dengan ku?'
Ingin sekali rasanya dia berlari untuk melindungi Jiyeon, tapi entah kenapa semua itu tertahan begitu saja. Jieun hanya terdiam menatap Jiyeon seperti orang bodoh.
"Apa kalian sudah gila!!"
Jieun memalingkan wajahnya menatap suara teriakan seorang pria yang sangat dia kenal. Pria itu bukanlah orang yang terlintas dalam kepalanya untuk menolong Jiyeon.
Pria itu bukanlah pria yang selalu memperlakukan Jiyeon dengan baik, mungkin dialah yang selalu memperlakukan Jiyeon dengan kasar, tapi kini didepan semua teman sekelasnya.
Pria itu yah dua pria yang selalu memperlakukan Jiyeon seperti pembantu. Dua pria yang selalu memanggil Jiyeon budak. Dua pria yang selalu berlaku semena-mena pada sahabatnya itu kini mati-matian mereka membela dan melindungi gadis malang tersebut.
"Kalian benar-benar gila!" Sindir pria jangkung bermata tajam langsung membawa tubuh Jiyeon dari pelukan kembaran nya.
"Hyung tunggu aku."
Jieun terdiam menatap kedua tangannya, tetesan airmata membasahi kedua tangannya yang terlihat sangat kotor.
"Bagaimana bisa aku sebodoh itu."
Flashback off."Aku sahabat yang bodoh Jiyeon."
Gadis berambut hitam itu lalu berjalan keluar dari ruang inap Jiyeon.
"Kau memang bodoh Jieun." Lirih Jiyeon menatap Jieun yang telah menghilang dari balik pintu, kembali memejamkan matanya yang terasa memanas. Menjatuhkan beberapa kristal bening dari manik indah nya.
***Jiyeon menatap tajam gerbang kokoh didepannya, tangannya terkepal dengan kuat dan kembali matanya terasa memanas saat mengingat kejadian kejam yang dilakukan orang-orang yang berada dibalik gerbang yang berdiri begitu angkuh itu.
Kaki jenjangnya berjalan memasuki gerbang kokoh tersebut, kepalanya terangkat menatap tajam setiap sudut gedung yang berdiri begitu megah nan sombong tersebut.
Langkah kakinya terus berjalan dan membawanya masuk semakin jauh.Pluk!
Pluk!
Pluk!
Satu butir hingga beberapa butir telur menyambut kedatangan nya, dia menatap dengan dingin orang-orang yang telah menyambutnya dengan lemparan telur busuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED
FanfictionTerkadang kita selalu merasa takdir tak berpihak kepada kita,merasa tidak adil dengan jalan yang Tuhan berikan, tapi di balik semua luka yang mewarnai detik langkah kehidupan. Pasti disana terdapat secercah kebahagiaan walaupun itu dalam balutan pe...