Shani nampak tengah membersihkan rumahnya yang cukup besar untuk ditinggali hanya oleh dirinya sendiri. Mulai dari menyapu, mengepel, memasak, mencuci piring, hingga merapihkan rumput di taman belakangnya Shani lakukan sendiri.
Kehidupan mandiri Shani yang sudah cukup berat itu harus ditambah oleh bebannya sebagai guru yang menjadi bahan bully di sekolahnya.
Shani menghela kasar nafasnya setelah baru saja selesai mengepel. Ia lap keringatnya yang bercucuran di keningnya. Badannya yang sudah gerah pun meminta untuk segera dibasuh oleh air.
Shani pun melangkah ke dalam kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat blazer Vino tergeletak di atas tempat tidur bersamaan dengan sapu tangannya.
Shani mengubah haluannya, duduk di tempat tidur dan mengambil blazer itu. Shani memejamkan matanya mencoba menikmati harum wangi parfum Vino yang bercampur dengan keringat Vino yang tercium dari blazer tersebut.
Membuatnya teringat kembali atas perhatian Vino saat itu. Dan bayangan Vino yang tengah bermain basket dengan kerennya pun melintas.
Shani terkekeh pelan dan kembali menaruh blazer tersebut. Ia pun bangkit kembali untuk segera mandi.
***
Hari Senin yang sama sekali tidak ditungu oleh para murid tiba. Rasanya baru saja 2 hari kemarin mereka beristirahat dari kegiatan padat di sekolah, namun hari telah berganti dan mereka harus datang lebih pagi di hari Senin ini jika tidak ingin mendapatkan hukuman.
Begitupula Dyo, Gracio, dan Vino. Ketiga sekawan itu sudah berada dan berkumpul di dalam kelas. Datang lebih pagi untuk menghindari hukuman. Lebih baik mereka upacara dibanding harus menjalani hukuman berlari keliling lapangan di tengah terik mentari.
"Lo mau tau sesuatu, gak?"
"Apaan, Yo?" Tanya Gracio yang seperti biasanya tengah bermain PSP.
"Sebenernya, waktu itu gue lama ganti baju karena ngintipin si guru baru."
Vino yang tengah membaca novel sambil meminum susu tersedak.
Dyo pun langsung menatap Vino. "Vin, lo gak apa?"
Vino mengangguk sambil mengangkat tangannya lalu mencoba kembali fokus pada novelnya. Walau sebenernya, telinganya tak bisa mengelak untuk tidak mendengar obrolan Gracio dan Dyo.
"Seriusan lo, Yo? Gimana-gimana? Cakep gak?"
"Cakep banget anjer!!" Sahut Dyo bersemangat sambil mengingat pemandangan indah yang dilihatnya kala itu.
"Gak gede sih, tapi lumayan. Putih mulus lagi. Gue jadi penasaran. Pas gak ya sama tangan gue."
"Bangke lo, Yoooo!"
"Ya abisnya--"
Ding-dong!
Beruntung suara bel tanda masuk sekolah berbunyi. Vino bersyukur dalam hati, setidaknya bel tersebut menyudahi percakapan tidak pantas kedua sahabatnya di pagi hari ini.
Vino pun langsung bangkit, diikuti oleh Gracio. Dyo pun bangkit dengan panik.
"Woee bentar dasi gue." Teriak Dyo.
Gracio pun berlari dan menepuk bahu Vino. "Vin, blazer lo mana?"
Vino menghentikan langkahnya dan tersadar bahwa sejak berangkat ke sekolah ia sama sekali tak memakai blazernya.
"Blazer gue di--"
Vino menghentikkan ucapannya saat mengingat bahwa terakhir kalinya ia memakai blazer adalah saat ia memberikannya pada Shani saat baju gadis itu basah kuyup.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lesson
FanfictionBasic idea from "The Lesson" (2016) movie by Rutt Platt A story duet with @Rabiurr and @Shion2 Warning a Mature Content - Violence Scene