Shani melangkahkan kakinya riang memasuki rumahnya. Perasaannya benar-benar bahagia.
Bagaimana tidak, pagi ini Vino mengatakan suka padanya secara tidak langsung. Dan siangnya, Vino fokus memperhatikannya di depan kelas karena tidak ada Dyo dan Gracio yang mengganggunya.
Shani pun langsung menghampiri kedua peliharaannya yang nampak terbaring lemas di kandang mereka.
"Siang peliharaan-peliharaanku sayang." Shani tersenyum manis pada keduanya. "Kalian mau tau sesuatu?"
Shani mendekati keduanya. "Vino bilang suka padaku tadi pagi." Shani terkekeh. "Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku dan melupakan kalian yang selalu mengganggunya."
"Jangan macam-macam sama Vino!!" Teriak Gracio sambil memukul jeruji kandangnya. Membuat bunyi keras yang sedikit mengganggu indra pendengaran.
"Diam!!" Bentak Shani balik.
Shani mengambil cambuknya dan mengarahkannya ke arah Gracio.
"Kalian cukup tenang dan diam di sini. Selamat tinggal."
Shani ke luar dari ruangan khususnya dengan bantingan keras pada pintunya.
***
Setibanya Vino di rumah, ia duduk di sofa ruang tamu. Vino menghela nafasnya kasar. Bagaimana dirinya yang sangat memperhatikan Shani, Ibu gurunya itu sedari awal memasuki pelajaran.
Dan parahnya, mulutnya tak bisa diajak berkompromi. Dengan lancangnya mengucapkan rahasia terbesarnya pada orang yang bersangkutan.
Vino mengacak rambutnya frustasi, merutuki kebodohannya. "Aduh! Bego amat sih! Sampe keceplosan gitu!"
Vino pun membuka tasnya dan mengambil blazer miliknya yang telah dikembalikan oleh Shani. Ia menghirup dalam aroma wangi yang melekat pada blazernya.
"Aku suka dengan wanginya ini," kekeh Vino.
Vino pun mencoba menghirup lebih dalam wangi yang melekat pada blazernya itu.
Vino menjauhkan blazernya. Memikirkan kembali perasaan cintanya pada sang guru yang tak seharusnya. Bagaimana jika kedua sahabatnya tahu pada perasaannya itu?
"Ck," Vino berdecak. Boro-boro berkomentar tentang dirinya, memberi kabar saja tidak.
Vino mengeluarkan kembali handphone-nya. Grup chat Line nya bersama Dyo dan Gracio terlihat begitu sepi. Padahal dulu sangat-sangatlah rame karena ulah keduanya yang tak pernah bisa diam. Tapi, kali ini keduanya menghilang. Apalagi tadi Gracio ikut-ikutan tidak masuk ke sekolah.
Vino sudah mencoba menghubungi nomor keduanya namun tidak aktif. Menghubungi rumah mereka pun percuma, keluarga Gracio nampaknya tidak peduli. Begitupula orang tua Dyo, memang sang ibu beberapa kali menghubungi Vino namun Ayahnya nampak tak khawatir sama sekali.
Vino hanya bisa berharap kedua sahabatnya cepat memberi kabar padanya.
***
Hari telah berganti dan Vino nampak termenung duduk di pinggir lapangan sekolahnya. Padahal jam istrihat akan segera berakhir, namun Vino enggan untuk bangkit kembali ke kelasnya.
Shani yang kebetulan lewat mengganti tujuannya dan memilih menghampiri Vino. Tepukan di pundaknya membuat Vino terkesiap, Vino langsung menoleh dan terkejut begitu melihat bahwa Shani lah yang menghampirinya.
"Kok di sini? Udah makan?"
Vino tersenyum tipis dan menggeleng. "Gak nafsu."
Shani pun langsung duduk di samping Vino dan menatapnya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lesson
FanfictionBasic idea from "The Lesson" (2016) movie by Rutt Platt A story duet with @Rabiurr and @Shion2 Warning a Mature Content - Violence Scene