12

4.5K 200 38
                                    

"Mau makan, gak?" Tanya Vino setelah ia dan Shani ke luar dari bioskop.

"Aku ikut aja."

"Aku laper. Jadi kita makan dulu. Kamu juga belum makan, kan?" Shani mengangguk.

Vino tersenyum sambil menatap Shani. "Mau makan di mana?"

"Terserah kamu. Aku ikut aja."

"Jangan jawab begitu," lirih Vino. "Bukannya aku gak punya pilihan, tapi aku perlu nanya kamu dan kamu perlu ngasih tau aku apa yang kamu suka, atau apa yang bisa dan boleh kamu makan. Aku gak mau nantinya, makanan di restoran yang aku pilih merusak pola makan sehat kamu."

"Aku ngikut kamu aja, Vino. Aku yakin kamu juga menjaga pola makan kamu. Kalau gak, pasti badan kamu gak akan sebagus ini...." Lirih Shani pelan.

"Hmm?"

Vino langsung menoleh. Walau pelan, Vino dapat mendengar pujian Shani yang membuatnya tersipu malu. Tidak sia-sia ia olahraga dan menjaga pola makannya, ternyata Shani menyukai itu.

"Ja-jadi pasti selera makan kita gak beda jauh.."

"Kalau gitu... Food and Salad."

"Boleh banget," jawab Shani semangat sambil tersenyum manis.

Vino ikut tersenyum, jantungnya terus berdegup atas segala tindakan Shani. Gawat, Vino telah benar-benar jatuh cinta pada gurunya itu.

"Kalau gitu, ayo."

Vino pun menggenggam tangan Shani dengan seenaknya dan membawanya ke restoran yang dimaksudnya.

***

Vino dan Shani pun akhirnya tiba di restoran pilihan Vino. Vino memilih restoran ini karena ia dan kedua sahabatnya sering makan di restoran itu. Menu yang beragam dan bahan yang segar serta sehat, membuat restoran itu menjadi restoran favorit ketiga sahabat itu.

Setelah memesan salad sesuai keinginan mereka, Shani menatap kesekeliling restoran.

'Tempat yang bagus,' batin Shani.

Ia sudah menduga, pasti selera Vino tidak akan mengecewakannya.

"Kenapa milih di sini? Kamu sering ke sini, Vin?" Vino mengagguk, lalu meletakkan handphone nya di meja setelah sebelumnya ia mengecek grupnya dengan kedua sahabatnya.

"Iya, suka makan disini bareng Cio sama Dyo."

Wajah Vino tampak sedikit murung mengingat kedua sahabatnya itu belum juga ada kabarnya.

"Jangan sedih. Aku yakin, kamu pasti secepatnya bisa ngumpul lagi bareng mereka." Ucap Shani sambil mengusap punggung tangan Vino yang berada di atas meja.

Vino tersenyum. Shani hanya melakukan hal kecil, tapi bisa membuat hatinya sedikit tenang. Ditambah senyum Shani yang seakan menjerat hatinya semakin membuatnya menyukai sosok wanita di hadapannya ini.

Shani menjauhkan tangannya dari Vino saat seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka.

Mereka pun mulai memakan pesanan mereka dan tampak keduanya menikmati makanan mereka, sesekali diselingi dengan obrolan ringan.

Entah sadar atau tidak, Vino malah mengomentari rambut Shani.

"Bagusnya rambut aku diapain?" Tanya Shani sambil menyentuh rambutnya.

"Ya, emang cantik sih rambut panjang. Tapi gak tau kenapa, aku lebih suka kalau perempuan rambutnya sebahu. Keliatan lebih gimana gitu."

Mendengar hal itu, Shani semakin merasa senang. Satu lagi fakta yang ia ketahui dari Vino.

The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang